Buku panduan sosialisasi tata laksana diare balita PDF

Title Buku panduan sosialisasi tata laksana diare balita
Author deliusman Tel
Pages 40
File Size 3.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 342
Total Views 816

Summary

Publikasi ini dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan C-Change (Communication for Change), sebuah proyek yang dikelola oleh Academy for Educational Development (AED) dan didanai oleh U.S. Agency for International Development (USAID). Pendapat yang tertuang dalam publika...


Description

Publikasi ini dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan C-Change (Communication for Change), sebuah proyek yang dikelola oleh Academy for Educational Development (AED) dan didanai oleh U.S. Agency for International Development (USAID). Pendapat yang tertuang dalam publikasi ini tidak mere eksikan pendapat USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

PANDUAN SOSIALISASI

TATALAKSANA DIARE BALITA

UNTUK PETUGAS KESEHATAN

2

DAFTAR ISI

Daftar Isi

2

Kata Pengantar

3

Pendahuluan

4

Struktur Sosialisasi

6

Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia

7

a. Fakta Permasalahan Diare di Indonesia

8

b. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia

11

Tatalaksana Diare

13

1. Diare

15

2. Tatalaksana Diare

17

a. Prinsip Tatalaksana Diare

b.

17

i. Mencegah Terjadinya Dehidrasi

17

ii. Mengobati Dehidrasi (ORALIT)

17

iii. Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC)

18

iv. Memberi Makanan

20

v. Mengobati Masalah lain

21

Prosedur Tatalaksana Diare

22

• Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi

23

• Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang

24

• Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat

25

Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare

27

a. Teknik/Keterampilan Komunikasi

28

b. Tiga langkah cara mengajarkan ibu tentang tatalaksana diare dirumah

29

Lampiran Simulasi Konseling

31

Daftar Referensi

36

3

KATA PENGANTAR Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena mordibilitasnya cenderung meningkat, dari hasil survey mordibilitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2000 diketahui bahwa kasus diare di masyarakat sebesar 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 sebesar 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi, tahun 2008 terjadi 49 KLB dengan dengan jumlah penderita 8133 meninggal 239 (CFR 2,94%), tahun 2009 terjadi 23 KLB dengan jumlah penderita 5734, kematian 98 (CFR 1,71%) dari hasil Riskesdas tahun 2007diare masih sebagai penyebab kematian nomor satu pada Balita. Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 Departemen Kesehatan Republik Indonesia memperbaharui tatalaksana diare yang dikenal dengan istilah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia. Lintas Diare meliputi pemberian oralit, Zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur, antibiotika selektif dan nasihat bagi penggunaan Zinc untuk penderita diare dapat mengurangi lama dan keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta mencegah kekambuhan kejadian diare sampai 3 bulan berikutnya. Salah satu langkah dalam pencapaian MDG’s goal ke-4 adalah penurunan kematian anak sehingga perlu diterapkannya tatalaksana Diare yang benar di Sarana Kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya sosialisasi LINTAS Diare yang berkesinambungan, untuk itu harus disusun Panduan Tatalaksana Diare bagi petugas kesehatan. Terima kasih, kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku panduan ini dan sewaktu-waktu perlu ditinjau kembali untuk disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Direktur Jenderal PP dan PL,

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE NIP 195509031980121001

4

PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei mordibitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2006 angka kesakitan diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, angka kesakitan ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dan tahun 2003 sebesar 374 penduduk. Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2008 terjadi 49 KLB, dengan jumlah penderita 8133 orang, meninggal 239 (CFR 2,94%) sedang tahun 2009 terjadi 24 KLB, dengan jumlah penderita meninggal 5756 orang meninggal 100 (CFR 1,74 %). Kematian balita karena penyakit diare juga masih sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun 2001 terlihat terjadi peningkatan angka kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT 2001 (13%), studi mortalitas 2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya dengan kematian bayi karena diare juga meningkat, SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas 2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007 (42%). Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat bahwa pengobatan diare sebenarnya tidak terlalu sulit. Penggunaan ORALIT di beberapa negara sangat menurun termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil survey IDHS 2007 (Indonesia Demographic Health Survey), hanya 35% dari balita diare yang diberikan ORALIT/ ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare diberikan ORT (Oral Rehydration Therapy dan Cairan Rumah Tangga). Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI No: 1216/MENKES/ SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian ZINC dan ORALIT sebagai paduan obat diare. Studi WHO membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada penderita diare dapat mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut sebesar 20%, mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan terapi atau kematian akibat terapi diare persisten sebesar 42%. Selama ini masyarakat telah mengenal ORALIT sebagai obat diare yang sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1970-an dan dengan diperbaharuinya tatalaksana diare dengan menggunakan ZINC tentunya perlu mensosialisasikan ZINC kepada masyarakat agar mereka menggunakan ZINC dan ORALIT sebagai obat diare. Berdasarkan laporan SUSENAS 2007, sebanyak 58,9% keluarga membawa balita sakitnya untuk rawat jalan; sebagian besarnya dibawa ke Puskesmas (45%) dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga kesehatan. Sedangkan berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh POUZN (Point of Use Water Disinfection ZINC Treatment) Project yang dilaksanakan oleh AC Nielsen, Mei 2009 di Bandung; dalam perilaku mendapatkan saran kesehatan (care seeking behavior) maka ibu yang anaknya diare akan mencari nasehat dari tetangga (69%), dari bidan (31%), Puskesmas (16%), Posyandu (6%) dan Dokter (6%). Oleh karena itu penting untuk mensosialisasikan tatalaksana diare yang diperbaharui ini kepada bidan dan petugas kesehatan lainnya dan panduan ini dikembangkan sebagai alat bantu bagi petugas kesehatan untuk mensosialisasikan tatalaksana diare balita kepada rekan sesama profesi.

5

II. TUJUAN SOSIALISASI Tujuan Umum Mensosialisasikan tatalaksana diare balita kepada petugas kesehatan

Tujuan Khusus 1. Petugas kesehatan mengetahui prosedur tatalaksana diare balita 2. Petugas kesehatan memiliki keterampilan konseling tatalaksana diare balita

III. PESERTA SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE Peserta sosialisasi tatalaksana diare ini adalah petugas kesehatan

IV. WAKTU Pelaksanaan sosialisasi tatalaksana diare dilakukan selama satu hari

V. TOPIK BAHASAN DALAM SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE A. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia 1. Fakta dan Permasalahan Diare pada balita di Indonesia 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia B. Tatalaksana Diare: 1. Diare 2. Tatalaksana Diare C. Konseling : Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare 1. Teknik/Keterampilan komunikasi 2. Tiga langkah cara mengajarkan Ibu tentang tatalaksana diare di rumah

6

STRUKTUR SOSIALISASI TABEL 1: STRUKTUR SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE UNTUK PETUGAS KESEHATAN JUDUL MATERI

Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia

TUJUAN

1. Setelah sesi ini, peserta mengerti tentang fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia 2. Peserta mengetahui kebijakan pemerintah tentang pengendalian penyakit diare di Indonesia.

Peserta mengenal diare dan Setelah sesi ini, tatalaksana diare balita. peserta mampu mempraktekkan prinsip-prinsip konseling dalam melakukan tatalaksana diare.

1. Fakta Permasalahan Diare pada Balita Di Indonesia 2. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare Di Indonesia: a. Tujuan Umum b. Kebijakan c. Strategi

1. Diare • Definisi diare • Jenis diare • Derajat dehidrasi diare • Epidemiologi diare

1. Presentasi 2. Tanya Jawab

1. Presentasi 2. Peragaan 3. Tanya Jawab

1. 2. 3. 4.

20 menit

120 menit

110 menit

POKOK BAHASAN

METODE

WAKTU

Tatalaksana Diare

Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare

1. Prinsip-prinsip konseling 2. Simulasi konseling Tatalaksana Diare

2. Tatalaksana Diare: 2.1 Prinsip Tatalaksana Diare • Mencegah Terjadi Dehidrasi • Mengobati Dehidrasi (ORALIT) • Mempercepat Kesembuhan (OBAT ZINC) • Memberi Makanan • Mengobati Masalah Lain 2.2 Prosedur Tatalaksana Diare • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang • Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat Curah pendapat Presentasi Peragaan Simulasi

7

Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia 1. Fakta Permasalahan Diare pada Balita di Indonesia 2. Kebijakan Pemerintah tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia

8 Cara Memfasilitasi

Fakta Permasalahan Diare di Indonesia TUJUAN PEMBELAJARAN: Setelah sesi ini, peserta mengerti tentang fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia

POKOK BAHASAN: Fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia

WAKTU: 10 menit METODE: 1. Presentasi 2. Tanya Jawab

MEDIA:

ALAT & BAHAN:

1. Bahan presentasi

1. LCD Projector

2. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare 3. Buku Saku Petugas Kesehatan

Langkah-langkah: 1. 2. 3. 4.

Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi Fasilitator menjelaskan tentang: fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia Tanya Jawab Sesi ditutup

9 Materi

Fakta Permasalahan Diare di Indonesia DIARE penyebab KEMATIAN utama BALITA Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset dilakukan selama sepuluh tahun terakhir bahwa angka kematian balita karena diare masih sangat tinggi Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun dibandingkan dengan kematian balita karena penyebab diketahui bahwa DIARE masih menjadi penyakit lain. Juga terjadi kecenderungan peningkatan penyebab utama kematian balita di angka kematian balita karena diare dari tahun ke Indonesia. tahun. Angka kematian bayi dan balita karena diare berdasarkan hasil beberapa survei yaitu SKRT 2001: angka kematian bayi sebesar 9%, angka kematian balita sebesar 13%; Studi Mortalitas 2005: angka kematian bayi sebesar 9,1% dan angka kematian balita sebesar 15,3%; Riskesda 2007: angka kematian bayi sebesar 42% dan angka kematian balita sebesar 25,2% (lihat grafik 1-6 di bawah ini).

Kelainan Saraf 3% Tetanus 3%

5,5%

Infeksi saluran napas 28%

Diare: 42%

0,6% 22.3%

6,4% 4,9%

Diare 9%

1,1% 2% 1,9% 0.3%

Kelainan saluran cerna 4% Lain-lain 17%

9,1% 14,1% 1,3% 0,8% 0,8% 1,4%

Diare: 9 %

5,1%

Gangguan perinatal 36%

10,6% 9%

1,7% 1,2%

Diare: 9,1 %

Peny. Saluran cerna 6%

23.6%

15,3%

1,6% 2,9% Peny. Saluran napas 23%

0,05% 2,7%

2,9%

2,2% 0,2% 0,4% 0,7%

Diare 13%

4,9%

3,8%

Tifus 11%

Diare: 13 %

2,4% 1,1% 0,4% Peny. Syaraf 12%

15,1% 3,6%

3,8%

Diare: 15,3 %

Pneumonia 24% Diare 42%

Malnutrisi, TB, Campak 5% Tetanus 3% Sepsis 4% Kel. Jantung kongenital & hidrosefalus 5% Kelainan saluran pencernaan 5%

Meningitis / enselfalitis 9%

Diare: 25,2%

0,2% Lainnya 35%

Pneumonia Pertusis Diare Muntah-dehidrasi Malaria Campak-komplikasi DBD Infeksi Berat Tifoid Gizi Buruk & BGM Prematur BBLR Asiksia/Distress Pernapasan Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis) Tetanus Neonatorum Ikterus Trauma Lahir Kelainan Kongenital Masalah lain (termasuk Kecelakaan) Tidak ada

Pneumonia Pertusis Diare Muntah-dehidrasi Malaria Campak-komplikasi DBD Infeksi Berat Tifoid Gizi Buruk & BGM Prematur BBLR Asiksia/Distress Pernapasan Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis) Tetanus Neonatorum Ikterus Trauma Lahir Kelainan Kongenital Masalah lain (termasuk Kecelakaan) Tidak ada

Diare 25,2%

Pneumonia 15,5%

NEC 10,7% Lain-lain (TB, Malaria, Leukimia) 9,7% Meningitis / enselfalitis 8,8%

Tenggelam 4,9% Campak 5,8%

DBD 6,8%

10 Materi

Kejadian diare pada balita berdasarkan kategori umur dari hasil survei IDHS 2007 (Indonesian Demographic Health Survey) bahwa selama 2 minggu terakhir sebelum survey diketahui bahwa ada 20,7% yang terkena diare dari 3094 anak berumur 12-23 bulan yang disurvey dan merupakan yang paling sering terkena diare (lihat tabel 1). Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah terlihat dari data IDHS 2007 pada tabel 2 seperti penderita diare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian cairan selama diare, pemberian makanan selama diare, pemberian ORALIT bahkan masih banyak penderita diare yang tidak diobati yaitu bayi dibawah 6 bulan (50,1%). Demikian halnya pada grafik 7 bahwa masih ada sekitar 15%-24% balita penderita diare yang memberi cairan lebih sedikit/tidak diberikan dan pemberian makan yang lebih sedikit/tidak diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data tersebut di atas menunjukkan perilaku keluarga tentang perawatan balita diare masih sangat rendah di Indonesia. Oleh karena itu sangat penting, agar petugas kesehatan yang memberikan perawatan balita diare perlu menginformasikan dan melibatkan keluarga dalam tatalaksana diare dan memberitahukan kepada ibu/ pengasuh balita cara melakukan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga.

Tabel 1: Kejadian Diare Pada Balita (dalam 2 minggu terakhir) Berdasarkan Kategori Umur (IDHS 2007) Kategori umur

Diare dalam 2 minggu sebelum survey

Jumlah balita yang di survey

< 6 bulan

11.7

1686

6 - 11 bulan

17.6

1719

12 - 23 bulan

20.7

3094

24 - 35 bulan

15.3

3162

36 - 47 bulan

9.9

3098

46 - 59 bulan

8.3

3166

Tabel 2: Praktek Keluarga Dalam hal Pengobatan Diare Pada Saat Balitanya Terkena Diare (IDHS 2007)

Umur (bulan) 6 bulan, berikan ASI dan MP ASI

Antibiotik Antibiotik diberi hanya Selektif pada penyakit kolera, diare berdarah Nasihat

Segera kembali ke petugas kesehatan jika menemukan tanda bahaya

13

Tatalaksana Diare 1. Diare • • • •

Definisi diare Jenis diare Derajat dehidrasi diare Epidemiologi diare

2. Tatalaksana Diare 2.1 Prinsip Tatalaksana Diare • • • • •

Mencegah Terjadi Dehidrasi Mengobati Dehidrasi (ORALIT) Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC) Memberi Makanan Mengobati Masalah Lain

2.2 Prosedur Tatalaksana Diare • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang • Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat

14 Cara Memfasilitasi

Tatalaksana Diare TUJUAN PEMBELAJARAN: Peserta mengenal diare dan tatalaksana diare balita

Pokok Bahasan: 1. Diare • Definisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, epidemiologi diare 2. Tatalaksana Diare 2.2 Prosedur Tatalaksana Diare 2.1 Prinsip Tatalaksana Diare • Mencegah Terjadi Dehidrasi • Rencana Terapi A – Untuk Terapi Diare Tanpa • Mengobati Dehidrasi (ORALIT) Dehidrasi • Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC) • Rencana Terapi B – Untuk Terapi Diare Dehidrasi • Memberi Makanan Ringan/Sedang • Mengobati Masalah Lain • Rencana Terapi C – Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat

WAKTU: 120 menit

Media: 1. Bahan presentasi

Metode:

2. Lembar balik

1. Curah pendapat 2. Presentasi 3. Peragaan 4. Simulasi

3. Contoh kasus 4. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita 5. Buku saku Petugas Kesehatan

Alat dan Bahan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Kertas Plano Spidol besar Gelas Air Sendok ORALIT Obat ZINC Boneka

Langkah-langkah: 1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi 2. Fasilitator menjelaskan tentang diare: definisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, dan epidemiologi diare 3. Fasilitator menjelaskan tentang gambaran umum tatalaksana diare: Prinsip Tatalaksana Diare dan Prosedur Tatalaksana Diare 4. Fasilitator menjelaskan tentang ORALIT dan fungsinya dalam mengobati dehidrasi serta memeragakan cara membuat larutan ORALIT dan cara pemberiannya 5. Fasilitator menjelaskan tentang ZINC dan fungsinya dalam pengobatan diare serta memeragakan cara memberikan ZINC 6. Fasilitator menjelaskan tentang prinsip-prinsip pemberian makan balita sakit 7. Fasilitator menjelaskan sekaligus memeragakan cara melakukan prosedur tatalaksana diare: Rencana Terapi A, Rencana Terapi B dan Rencana Terapi C 8. Fasilitator meminta salah satu peserta mengulang cara melakukan prosedur tatalaksana diare dengan studi kasus yang diberikan oleh fasilitator 9. Tanya Jawab 10. Sesi ditutup.

15 Materi

Diare

IBU PERLU TAHU APA

Penyakit yang diderita balitanya

SEBAB Mengapa balita bisa terkena diare BAHAYA Tanda-tanda bahaya diare Apa sebenarnya Diare itu, mengapa penting untuk mengetahui tanda-tanda bahayanya?

DIARE Jelaskan bahwa ibu harus membawa balitanya kembali segera ke petugas jika balitanya mengalami tanda-tanda bahaya diare

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa diare sangat berbahaya terlihat dari hasil penelitianpenelitian. Oleh karena itu sangat penting untuk petugas kesehatan menjelaskan kepada ibu balita; apa sebenarnya diare dan apa tanda-tanda bahayanya. Dengan begitu ibu balita bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk menyelamatkan balitanya dari kematian. Berdasarkan definisi dari WHO (World Health Organization), salah satu lembaga PBB (Perserikatan bangsabangsa) mendefinisikan bahwa DIARE adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu: 1. DIARE AKUT adalah diare yang berlangs...


Similar Free PDFs