CRITICAL REVIEW JURNAL - ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN PDF

Title CRITICAL REVIEW JURNAL - ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN
Author Novtaviana Anggraeni
Pages 25
File Size 756.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 515
Total Views 703

Summary

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN i PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016 CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Critical Review...


Description

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN

i

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Critical Review “Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di Kabupaten Sijunjung” sebagai tugas dari mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan. Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang banyak membantu dalam proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini dari awal hingga akhir. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan Bapak Arwi Yudhi Koswara, ST. dan Ibu Velly Kukinul, ST., MT., M.Sc yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini kiranya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota dan dapat memberikan masukan informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Surabaya, 12 Maret 2016

Penulis

ii

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN

DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................................ i KATA PENGANTAR..................................................................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1 1.1 Review Jurnal ...................................................................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................................... 6 2.1

Teori Lokasi ................................................................................................................................... 6

2.2 Teori Lokasi Industri ............................................................................................................................ 7 2.3

Faktor-Faktor Penetuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM ...................................................... 11

2.4

Sistem Informasi Geografis ......................................................................................................... 12

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 13 3.1 Alasan Pemilihan Lokasi .................................................................................................................... 13 3.2 Faktor-Faktor Penentuan Lokasi ....................................................................................................... 14 3.3 Implikasi Teori Lokasi dengan Lokasi Terpilih ................................................................................... 15 3.4 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal ..................................................................................................... 17 BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................................... 19 4.1 Kesimpulan........................................................................................................................................ 19 4.2 Lesson Learned ................................................................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 22

iii

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Review Jurnal Pemberlakuan

otonomi

daerah

menuntut

setiap

Pemerintah

Daerah

dapat

mengembangkan berbagai potensi unggulan daerah agar mampu meningkatkan PDRB daerah dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu sektor yang memberikan peranan cukup besar dalam peningkatan PDRB daerah adalah sektor pertanian terutama subsektor perkebunan. Integrasi antara sektor pertanian dan industri diharapkan memberikan nilai tambah dan daya jual yang tinggi. Namun kegiatan industri pengolahan hasil pertanian masih bertumpu pada daerah perkotaan sedangkan daerah hinterland (Kabupaten) lebih berperan dalam penyediaan (supply) bahan baku pertanian. Berdasarkan hal tersebut maka Pemerintah Daerah mengembangkan kegiatan UIKM (Usaha Industri Kecil dan Menengah) yang pengelolaan usahanya dilakukan oleh para petani (masyarakat) bekerjasama dengan pihak pemerintah. Lokasi industri harus memberikan unit

cost terendah

atau

memberikan

efisiensi

yang

maksimum agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Pada saat ini sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan karet

merupakan

mata pencaharian utama masyarakat di Kabupaten Sijunjung. Produksi karet tertinggi berada di Kecamatan Kamang Baru yaitu 16.627 ton atau 33,18% dari produksi total Kabupaten. Perkebunan karet di Kabupaten Sijunjung keseluruhannya dikelola oleh rakyat dengan luas lahan rata-rata ± 2 Ha dan produksi rata-rata 50-150 kg/minggu. Namun sayangnya, di Kabupaten Sijunjung belum terdapat industri pengolahan karet sehingga rantai pemasaran bahan mentah karet sangat panjang dan memberikan nilai keuntungan yang kecil bagi petani karet di Kabupaten Sijunjung. Maka dari itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung telah merencanakan pembangunan kawasan peruntukan industri di Kecamatan Kamang Baru dan IV Nagari sebagaimana yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Sijunjung Tahun 2011-2030. Akan tetapi, penentuan lokasi industri tersebut dikaji kembali kedalam analisis faktor-faktor penentuan lokasi industri. Salah satu pelopor teori lokasi yaitu Alfred Weber yang menganalisis pemilihan lokasi industri berdasarkan 3 faktor yaitu biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan aglomerasi. Selain ketiga faktor tersebut terdapat beberapa faktor lain seperti bahan mentah, tenaga kerja, transportasi, aksesibilitas, ketersediaan sarana pendukung, harga lahan,

topografi,

Peraturan Pemerintah, dan sebagainya (Soehardi, 1987: 43-44). Metode penelitian yang digunakan didalam jurnal adalah deskriptif kuantitatif deskriptif dengan teknik pembobotan dan weighted overlay. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisa aplikasi Sistem Informasi Geografis dengan mempertimbangkan variabel kesesuaian PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

1

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN lahan industri olahan karet, aksesibilitas, sarana pendukung, nilai lahan, biaya transportasi dan kebijakan RTRW Kabupaten Sijunjung. Adapun hasil analisa tiap variabel adalah sebagai berikut: 1. Analisis Kesesuaian Lahan Industri Olahan Karet Analisis kesesuaian lahan industri olahan karet UIKM dalam penelitian ini menggunakan metode scoring untuk menilai potensi lahan yaitu dengan memberikan bobot (skor) masing masing indikator. Adapun tabel hasil analisa kesesuaian lahan industri adalah sebagai berikut.

Sumber: Jurnal Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di kabupaten Sijunjung, 2016

2. Analisis Sarana Pendukung Analisis ini

bertujuan

untuk

mengetahui

ketersediaan

sumber -sumber

yang

dapat

menunjang keperluan teknis industri seperti jaringan listrik dan sumber air. Kedua indikatorini

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

2

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN dibagi menjadi beberapa kelas data sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun tabel hasil analisa terhadap sarana pendukung adalah sebagai berikut.

Sumber: Jurnal Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di kabupaten Sijunjung, 2016

3. Analisis Aksesibilitas Analisis aksesibilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat aksesibilitas lokasi industry karet dari jalan. Adapun indikator yang digunakan dalan analisis aksesibilitas ini adalah sarana jalan dan fungsi jalan. Adapun tabel hasil analisa aksesibilitas adalah sebagai berikut.

Sumber: Jurnal Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di kabupaten Sijunjung, 2016

4. Analisis Nilai Lahan Analisis nilai lahan bertujuan agar lokasi terpilih memiliki nilai lahan yang paling minimum. Nilai lahan dalam penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan yaitu kedekatan dengan infrastruktur dan kedekatan dengan jaringan jalan. Adapun tabel hasil analisa nilai lahan adalah sebagai berikut.

Sumber: Jurnal Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di kabupaten Sijunjung, 2016

3

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN Adapun tabel hasil pembobotan semua variabel dan indikator adalah sebagai berikut:

Sumber: Jurnal Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di kabupaten Sijunjung, 2016

5. Analisis Biaya Transportasi Minimum Pada penelitian ini diasumsikan harga bahan bakar solar yang digunakan pada mobil pick up L300 adalah Rp 7.500,-/liter dan 1 liter solar dapat menempuh jarak 10 km. Hal ini berarti bahwa biaya bahan bakar (biaya transportasi) yang harus dikeluarkan petani dari lokasi industri ke jalan adalah Rp 750,-/km. Adapun tabel biaya transportasi dari jalan ke lokasi industri karet adalah sebagai berikut:

Sumber: Jurnal Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di kabupaten Sijunjung, 2016

Adapun tabel hasil analisa biaya transportasi dari kebun karet ke jalan adalah sebagai berikut:

Sumber: Jurnal Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di kabupaten Sijunjung, 2016

Berdasarkan hasil overlay maka total biaya transportasi diklasifikasikan menjadi 3 kriteria yaitu rendah, sedang dan tinggi seperti yang terdapat pada tabel berikut ini: 4 Sumber: Jurnal Penentuan Lokasi Industri Olahan Karet UIKM di kabupaten Sijunjung, 2016

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN 6. Evaluasi Lokasi industri Olahan Karet UIKM Terpilih dengan RTRW Kabupaten Sijunjung Dari hasil analisa diatas, maka didapatkan bahwa calon lokasi industri karet UIKM mayoritas terdapat pada 7 Kecamatan (Kamang Baru, Lubuk Tarok, Koto VII, Tanjung Gadang, Sumpur Kudus, Sijunjung, Kupitan) atau 31 Nagari. Sebagian besar lahan pada 7 Kecamatan tersebut merupakan semak belukar dan kebun campuran. Keunggulan lokasi tersebut antara lain dekat dengan sarana jalan (0-1.000 m dari jalan), dekat dengan sungai (500-1.000 m dari sungai), dilalui oleh jalan arteri primer, kolektor dan lokal primer, tersedia jaringan listrik, bukan daerah rawan bencana, jauh dari permukiman penduduk, produksi karet cukup besar, dan berada pada kemiringan lereng kurang dari 25%. Jika dilakukan evaluasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sijunjung

Tahun

2011-2030

menjelaskan bahwa

Sijunjung

diarahkan di Kecamatan IV

Nagari

lokasi

industri

agro

di

Kabupaten Kabupaten

dan Kamang Baru khususnya Kiliran Jao.

Namun, setelah dilakukan analisa dengan teknik overlay peta, diketahui bahwa penetapan Kecamatan Kamang Baru khususnya Nagari Sungai Lansek dan Nagari Takung merupakan wilayah potensial industri sesuai dengan hasil penelitian. Dan Kecamatan IV Nagari tidak sesuai direkomendasikan karena produksi karet di daerah tersebut sangat rendah dan tidak bisa menjamin kontinuitas produksi karet. Selain itu, Kecamatan IV Nagari tidak cocok karena jaraknya yang dekat dengan permukiman penduduk. Selain arahan RTRW, daerah Kecamatan Kamang Baru khususnya Nagari Sungai Lansek dan Nagari Takung cocok direkomendasikan sebagai daerah industri olahan karet UIKM di Kabupaten Sijunjung karena dekat dengan sumber bahan mentah, tersedianya transportasi, ekat dengan sarana jalan (0-1.000 m dari jalan), dekat dengan sungai (500-1.000 m dari sungai), dilalui oleh jalan arteri primer, kolektor dan lokal primer, tersedia jaringan listrik, bukan daerah rawan bencana, jauh dari permukiman penduduk, produksi karet cukup besar, dan berada pada kemiringan lereng kurang dari 25%.

1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui pembahasan analisis Penentuan Lokasi Industri Olahan karet UIKM di Kabupaten Sijunjung dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). 2.Untuk mengkritisi isi jurnal tentang penentuan lokasi industri olahan karet dan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG).

5

3. Untuk mengetahui beberapa landasan teori dalam analisis lokasi industri. 4. Untuk mengetahui alasan pemilihan lokasi, faktor-faktor penentuan lokasi dan implikasi teori lokasi terhadap lokasi industri olahan karet yang terpilih di Kabupaten Sijunjung. PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dari sudut pandang geografi industri, industri merupakan integrasi antara komponen komponen fisik alam seperti bahan baku, topografi, geologi dan sebagainya dengan sub sistem manusia yang terdiri dari tenaga kerja, mesin dan peralatan, transportasi, kebijakan pemerintah, dan sebagainya untuk mendukung pertumbuhan

dan

perkembangan industri.

Penentuan lokasi industri merupakan elemen penting dalam perekonomian wilayah terutama yang berkaitan dengan aspek tata ruang. Pemilihan lokasi yang baik akan memberikan efisiensi dalam bidang produksi maupun pemasaran sehingga pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Syafrizal, 2008).

2.1

Teori Lokasi Teori lokasi merupakan suatu teori yang dikembangakn untuk memperhitungkan

pola lokasi kegiatan-kegiatan ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan industri dengan cara yang konsisten dan logis. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tat ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/ kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti bahan baku lokal, permintaan local, bahan baku yang dapat dipindahkan, dan permintaan dari luar(Hoover dan Giarratani, 2007). Von Thunen mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (Pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal dipusat pasar dan semakin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan

yang

berbeda

untuk

membayar

sewa

lahan.

Semakin

tinggi

kemampuannya untuk membayar sewa lahan, semakin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi dipusat kota dan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Konsep Von Thunen pada dasarnya menjelaskan bahwa penggunaan lahan sangat ditentukan oleh biaya angkut PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

6

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN produk yang diusahakan yang pada akhirnya menentukan sewa ekonomi tanah (land rent). Namun kecenderungan saat ini adalah pusat kota umumnya didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa, sedikit ke arah luar diisi oleh kegiatan industri kerajinan (home industry) bercampur dengan perumahan sedang/kumuh. Perumahan elite justru mengambil lokasi lebih kearah luar lagi (mengutamakan kenyamanan). Industri besar umunya berada di luar kota karena banyak pemerintah kota yang melamar industri besar dan yang berpolusi mengambil lokasi dalam kota.

2.2 Teori Lokasi Industri Dalam menentukan lokasi industri karet pada jurnal ini, digunakan konsep dasar teori lokasi Weber. Weber memberikan analisis pemilihan lokasi paling ekonomis (optimal) dengan menghasilkan ongkos angkut dan ongkos tenaga kerja yang penjumlahannya bernilai minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Teori lokasi yang dikemukakan oleh Alfred Weber berawal dari tulisannya yang berjudul “Uber den Standort der Industrien” pada tahun 1909. Prinsip teori Weber adalah: “bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau ongkosnya paling murah atau minimal (least cost location)”. Asumsi Weber yang bersifat prakondisi antara lain : 1. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya. Keadaan penduduk yang dimaksud adalah menyangkut jumlah dan kualitasnya. 2. Ketersediaan sumberdaya bahan mentah. Invetarisasi sumberdaya bahan mentah sangat diperlukan dalam industri. 3. Upah tenaga kerja. Upah atau gaji bersifat mutlak harus ada dalam industri yakni untuk membayar para tenaga kerja. 4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik sangat ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah. 5. Persaingan antar kegiatan industri. 6. Manusia itu berpikir rasional. Weber menyusun model yang dikenal dengan sebutan segitiga lokasional (locationaltriangle). Menurut Weber, untuk menentukan lokasi industri ada tiga faktor penentu yaitu: a. Titik Material.

7

b. Titik Konsumsi. c. Titik Tenaga Kerja.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN Ketiga faktor di atas oleh Weber diukur dengan ekuivalensi ongkos transport. Weber juga masih mengajukan beberapa asumsi lagi yaitu : a. Hanya tersedia satu jenis alat transportasi. b. Lokasi pabrik hanya ada di satu tempat. `c. Jika ada beberapa macam bahan mentah maka sumbernya juga berasal dari beberapa tempat.

(1)

(2)

(3)

Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industri (Sumber: Ilmu Pengetahuan populer, 2000) Keterangan: M = pasar P = lokasi biaya rendah R1, R2 = bahan baku Gambar (1) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak, tanpa memperhatikan biaya transportasi (2) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal daripada biaya angkut hasil industri (3) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah daripada biaya angkut hasil industri Biaya transportasi yang tergantung dari bobot barang yang dipindahkan serta jarak antar asal sumberdaya dan pabrik. Biaya transportasi menurut Weber tergantung dari dua hal pokok yaitu bobot barang dan jarak yang harus ditempuh untuk mengangkutnya. Biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan lokasi. Biaya transportasi bertambah secara proporsional dengan jarak.

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA | 2016

8

CRITICAL REVIEW – ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN Upah dan gaj...


Similar Free PDFs