Dimensi Manusia.pdf PDF

Title Dimensi Manusia.pdf
Author Cahaya Husna
Pages 17
File Size 145 KB
File Type PDF
Total Downloads 298
Total Views 1,007

Summary

DAFTAR ISI Kata Pengatar …………………………………………………………….…i Daftar Isi ………………………………………………………………….….ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….…. 1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….… 1 1.3 Tujuan ………………………………………………………………….….1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Dimensi Dimensi Kemanusian …………………...


Description

DAFTAR ISI Kata Pengatar …………………………………………………………….…i Daftar Isi ………………………………………………………………….….ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….…. 1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….… 1 1.3 Tujuan ………………………………………………………………….….1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Dimensi Dimensi Kemanusian ………………………………….….. 2 2.2 Pengembangan Dimensi-Dimensi Manusia ……………………..... 10 2.3 Sosok Manusia Seutuhnya ……………………………………….... 12 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………14 3.2 Saran ………………………………………………………..…………14 DAFTAR PUSTAKA

Ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : Dimensi-dimensi Manusia, pengembangan dimensi tersebut dan sosok manusia Indonesia seutuhnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Saja Dimensi-dimensi Manusia 2. Apa factor yang mempengaruhinya 3.

Bagaimana Pengembangan Dimensi Manusia

4. Bagaimana Sosok Manusia Indonesia

1.3 Tujuan

Adapun tujuan menyusun makalah ini untuk mengetahui tentang pengertian apa itu Dimensi - dimensi Manusia dan Pengembangannya dalam dimensi-dimensinya.dan Bagaimana sosok Manusia Indonesia.Serta menambah wawasan dan Ilmu Pengetahuan terutama bagi kalangan pendidik. 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DIMENSI – DIMENSI KEMANUSIAN 1. Dimensi Keindividuan Manusia sebagai makhluk individu maksudnya seorang yang utuh ( individual : indevide : tidak terbagi ) yang terdiri dari kesatuan pisik dan psikis.keberadaan manusia sebagai individual bersifat unik (unique), artinya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap manusia sama mempunyai mata, telinga ,kaki, dan anggota tubuh lainnya, namun tidak ada yang sama persis bentuknya. Manusia juga memiliki perasaan , pikiran , kata hati,dan unsure psikis lainnya.namun tidak ada dua manusia yang sama persis sama dimuka bumi ini, karena setiap orang kelak akan diminta pertanggung jawaban atas sikap prilakunya. Kesadaran

manusia

atas

diri

sendiri

merupakan

perwujudan

individualitas

manusia.kesadarn terhadap diri sendiri mencakup pengertian yang sangat luas, antaranya kesadaran akan adanya diri diantara realitas, selfrespect, self narcisme egoisme,martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan orang laindan kesadaran terhadap potensipotensi pribadi yang menjadi dasar dari self realisasi. Semakin manusia sadar akan dirinya sendiri,maka ia akan sadar terhadap lingkungannya karena manusia bagian dari lingkunganya . antar hubungan dan antar aksi pribadi dan melahirkan konsekuensi hak dan kewajiban.manusia sebagai individu memiliki hak sebagai kodrat alami atau sebagai anugrah tuhan kepadanya.hak asasi sebagai pribadi terutama hak hidup, hak kemerdekaan dan hak memiliki. Konsekuensi dari adanya hak, maka manusiapun menyadari kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab moral.

2

Manusia memerlukan perawatan dan pendidikan dari manusia laindi lingkungannya. Ketergantungannya terhadap orang lain yang disebut sebagai pendidik adalah dalam proses pembinaanya unrtuk dapat mandiri.sehubungan dengan itu Lavengeld menyatakan bahwa setiapa anak memiliki dorongan untuk mandiri yangs sangat kuat, meskipun disisi lain pada anak memiliki dorongan untuk mandiri yang sangat kuat, meskipun disisi lain ( pendidik ) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberikan perlindungan dan bimbingan Pemahaman pendidik yang tepat terhadap karakteristik peserta didiknya secara individual sangat diperlukan dalam proses pendidikan.sebab setiap individu memiliki latar belakang dan kebutuhan yang berbeda yang menurut pelayanan pendidikan yang berbeda juga. Suasana pendidikan yang kondusif yang menyenangkan , merangsang rasa ingin tahu yang lebih kuat ,memungkinkan peserta didik merasa bergairah , memilki percaya diri yang positif ,dan dapat mengembangkan kreativitasnya secara optimal.Oleh sebab itu seorang pendidik harus mampu menciptakan dan memelihara suasan tersebut dengan memilih dan mevariasikan pendekatan pelajarannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pelayanan pendidikan yang tepat tentu

akan melahirkan individu – individu yang memilki kepribadian yang

mantap. a) Karekteristik Keindividuan

Setiap individu memiliki ciri dan sifat karekteristik masing-masing, ada karekteristik bawaan (herdity) dan karekteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan, karekteristik bawaan merupakan karekteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun merupakan faktor sosial psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan, kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan. Ini merupakan dua faktor yag terbentuk karena terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaab dan lingkungan dengan cara sendiri-sendiri. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang difikirkan dan dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja, dan dewasa, ini merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh dari lingkungan.

3

b) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keindividuan. Pada dasarnya ada dua faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dalam diri individu, yaitu : 1.

Faktor Internal Faktor (dimensi) internal atau yang di sebut juga kerangka acuan internal (internal

frame of refrence) adalah penilaian yang di lakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi/Faktor ini terdiri dari tiga bentuk:

a.

Diri identitas (identity self) Bagian ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu

pada pertanyaan,”siapakah saya?” Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang di berikan pada diri (self) oleh individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya, misalnya ”saya kita”. kemudian dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungannya.

b.

Diri pelaku(behavioral self) Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan

segala kesadaran mengenai “apa yang di lakukan oleh diri”.Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan identitas. Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri prilakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat di lihat pada diri sebgai penilai.

c.

Diri penerimaan/penilai (judging self) Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.

Kedudukannya adalah sebagai perantara(mediator) antara diri identitas dan diri prilaku. Manusia cendrung memberikan penilaian terhadap apa yang dipresepsikan. Oleh karena itu, label-label yang dikenakan pada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai. Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakan yang akan di tampilkannya. 4

Diri penilai menentukan kepuasan tentang seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seorang menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang rendah pula dan akan mengembangkan ketidak percayaan yang mendasar pada dirinya. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya yang lebih realitas, sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar diri, dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih konstuktif.Ketiga bagian internal ini mempunyai peranana yang berbeda-beda namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh.

2.

Faktor Eksternal Pada diri eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas

sosialnya, nilai-nilai yang di anutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya.Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya. Namun, dimensi yang di kemukakan oleh fits adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:

a.

Diri fisik (physical self) Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara

fisik.Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).

b.

Diri etik-moral (moral-ethical self) Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya di lihat dari

standar pertimbangan nilai moral dan etika.Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

5

c.

Diri pribadi (personal self) Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan

pribadinya. Hal ini tidak di pengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi di pengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadiyang tepat.

d.

Diri keluarga (family self) Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam

kedudukannya sebagai anggota keluarga.Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang di jalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.

e.

Diri social (social self) Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan

orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

2. Dimensi Kesosialan Perujudan manusia sebagai makhluk sosial terutama tanpak dalam kenyataan bahwa tidak ada manusia yang mampu hidup sebagai manusia tanpa adanya bantua dari orang lain.Realita ini menunjukan bahwa manusia hidup dalam suasanainterdepensi , dalam antar hubungan , dan antaraksi.dalam kehidupan manusia selanjutnya , manusia berada dalam satu kesatuan hidup, misalnya warga kampus, warga suatu kelompok kebudayaan lainnya. Tidak dapat dibayangkan andaikan manusia sehari saja tanpa ada interaksi dengan manusia lain dilingkungannya.mungkin dari fisik seseorang dapat memenuhinya sendiri., tetapi kepuasan batin tidak dapat diperolehnya.karena bagaimanapun ia membutuhkan orang lain untuk menyampaikan pikiran perasaannya.secara psikologis setiap orang memiliki dorongan cinta dan dicintai , sehingga menimbulkan kebahagian dan kepuasan rohaniah. 6

Ernst Cassirer menyatakan : manusia takkan menemukan diri, manusia takkan menyadari individualitasnya, kecuali melalui perantaraan pergaulan sosial. Masyarakat terbentuk dari individu-individu, maju mundurnya suatu masyarakat akan ditentukan oleh individu-individu yang membangunnya. Sebagai contoh, bila seekor binatang lahir, maka binatang itu cepat sekali menolong dirinya dan mencari makan sendiri.Dalam waktu singkat iya tidak lagi membutuhkan asuhan induk bapaknya.Ia lalu menempuh jalan sendiri dan tidak memperdulikan orang tuanya lagi. Berlainan halnya dengan manusia.Ia lahir di dunia tidak berdaya apa-apa. Dia memerlukan pemeliharaan orang lain dalam waktu yang lama. Alangkah berbedanya dengan seekor anak ayam yang lari begitu saja setelah keluar dari telur, lalu pergi mencari makan. Pada manusia, setelah masa bayi berakhir. Menyusul pula waktu belajar yang sama. Ia belum berdiri sendiri. Jadi dapatlah kita ambil kesimpulan, bahwa manusia dalam masa anakanak banyak memerlukan pemeliharaan orang lain. Di samping itu, kita lihat pula bahwa orang-orang dewasa cenderung untuk memelihara dan menolong kepada yang lebih muda. Juga cenderung untuk berkumpul dan bekerja sama dengan orang-orang dewasa yang lain. Oleh karena setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka idealnya situasi hubungan antara individu dengan sesmanya itu tidak merupakan hubungan antara subjek dengan objek, melainkan subjek dengan subjek. Berdasarkan hal itu dan karena terdapat hubungan timbal balik antara individu dengan sesamanya delam rangka mengukuhkan eksisitensinya masingmasing maka hendaknya terdapat keseimbangan antara individualitas dan sosialitas pada setiap manusia. 3. Dimensi Kesusilaan

Manusia sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai potensi dan kemampuan untuk berfikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab, serta punya potensi untuk berbuat baik. Karena itulah, eksistensi manusia memiliki aspek kesusilaan. Menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan karena pada manusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak (categorical imperative). 7

Sebgai makhluk otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada satu alternatif tindakan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntutan pertanggung jawaban atas perbuatannya.

4. Dimensi Keberagaman

Dimensi Keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yg diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Keberagamaan menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama, adapun yang dimaksud dengan agama ialah : “satu sistem credo (tata keimanan atau keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia, satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu, dan satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas.

Manusia memiliki potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui utusanutusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan oleh manusia agar (sehingga) manusia beriman dan bertakwa kepadaNya. Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tata cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan hidupnya.

8

Manusia adalah makhluk yang berkebutuhan atau di sebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau di sebut juga dengan homo religious artinya makhluk yang beragama.Berdasarkan hasil riset dan observasi, hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat bahwa pada diri manusia terdapat semacam keinginan dan kebutuhan bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi kebutuhan-kebutuhan yang lainnya,bahkan mengatasi kebutuhan akan kekuasaan keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati berupa keinginan untuk mencintai dan di cintai tuhan.

Dalam pandangan islam,sejak lahir manusia telah mempunyai jiwa agama, jiwa yang mengakui adanya zat yang Maha pencipta dan Maha kuasa yaitu Allah S.W.T sejak di alam roh, manusia telah memiliki komitmen bahwa Allah adalah tuhannya, pandangan ini bersumber pada firman Allah SWT.

Artinya : “Dan(ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka(seraya berfirman) ’’bukankah aku ini tuhanmu?” mereka menjawab ’’betul(engkau tuhan kami), kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan :”Sesungguhnya kami (bani adam) adalah orangorang yang lengah terhadap ini (Keesaan allah)” (Q.S.al-A’raf:172). Jiwa beragama tersebut di sebut juga fitrah beragama. Muhammad hasan Hamshi, menafsirkan fitrah yaitu bahwa manusia di ciptakan allah mempunya naluri beragama yaitu, Agama tauhid. pandangan tersebut di perkuat oleh syekh Muhammad Abduh dalam tafsirnya yang berpendapat bahwa agama Islam adalah agama fitrah. Demikian juga Abu A’la al-Muadudi menyatakan bahwa agama Islam identik dengan watak tabi’i(human nature). 9

Islam

memandang

ada

suatu

kesamaan

di

antara

sekian

perbedaan

manusia.kesamaan itu tidak pernah akan berubah karena pengaruh ruang dan waktu. Yaitu potensi dasar Beriman(aqidah tauhid) kepada Allah. aqidah tauhid merupakan fitrah(sifat dasar) manusia sejak misaq dengan Allah. Sehungga manusia pada prinsipnya selalu ingin kembali kepada sifat dasarnya meskipun dalam keadaan yang berbeda-beda. Pandangan islam terhadap fitrah ini adalah yang membedakan kerangka nilai dasar pendidikan islam dengan yang lain. Dalam konteks Makro, pandangan islam terhadap manusia ada tiga implikasi dasar yaitu Pertama, implikasi yang berkaitan dengan pendidikan di masa depan,di mana pendidikan di arahkan untuk mengembangkan fitrah seoptimal mungkin dengan tidak mendikotomikan materi. kedua, tujuan(ultimate goal) pendidikan, yaitu insan kamil yang akan tercapai bila manusia menjalankan fungsinya sebagai Abdullah dan Khalifah sekaligus. Ketiga, muatan materi dan metodologi pendidikan, di adakan spesialisasi dengan metode integralistik dan di sesuaikan dengan fitrah manusia.

2.2

PENGEMBANGAN DIMENSI-DIMENSI MANUSIA

Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik, tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi kesalahankesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu

1.

Pengembangan yang utuh Tingkat keutuhan perkembangan dimensi manusia ditentukan oleh dua factor,

yaitu kulaitas dimensi manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu, wujud dan arahnya. 10

a.

Dari Wujud Dimensinya Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi

keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.Pengembangan domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang.

b.

Dari Arah Pengembangan Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan

kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagaman secara terpadu.Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat

manusia

sehingga

dapat
...


Similar Free PDFs