EKONOMI REGIONAL TEORI DAN APLIKASI BAB 4 "Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah" PDF

Title EKONOMI REGIONAL TEORI DAN APLIKASI BAB 4 "Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah"
Author Febrianti Ayu
Pages 67
File Size 504.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 773
Total Views 921

Summary

EKONOMI REGIONAL TEORI DAN APLIKASI BAB 4 “Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah” Robinson Tarigan (2005) Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Regional 1 Dosen Pengampu : Umayatu Suiroh Suharto, S.E., M.Si Disusun Oleh : Kelompok 6 1. Febrianti Ayu Lestari – 5553170029 (5) 2. Enggus Setiawan...


Description

EKONOMI REGIONAL TEORI DAN APLIKASI BAB 4 “Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah” Robinson Tarigan (2005)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Regional 1 Dosen Pengampu : Umayatu Suiroh Suharto, S.E., M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 6 1. Febrianti Ayu Lestari – 5553170029 (5) 2. Enggus Setiawan

– 5553170073 (26)

3. Furqonudin

– 5553170075 (27) Kelas 4B

JURUSAN ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2019

B

ab

4

T

EORI PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH

A. PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Perhitungan Pendapatan Wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riel, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Biasanya BPS dalam menerbitkan laporan pendapatan regional tersedia angka dalam harga berlaku dan harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Menurut (Boediono, 1985, p. 1) : "Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang." Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. Menurut Boediono ada ahli ekonomi yang membuat definisi yang lebih ketat, yaitu bahwa pertumbuhan itu haruslah "bersumber dari proses intem perekonomian tersebut". Ketentuan yang terakhir ini sangat penting diperhatikan dalam ekonomi wilayah, karena bisa saja suatu wilayah mengalami pertumbuhan tetapi pertumbuhan itu tercipta karena banyaknya bantuan/suntikan dana dari pemerintah pusat dan pertumbuhan itu terhenti apabila suntikan dana itu dihentikan. Dalam kondisi

46

Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi

seperti ini, sulit dikatakan ekonomi wilavah itu bertumbuh. Adalah wajar suatu wilayah terbelakang mendapat suntikan dana dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan wilayah lainnya, akan tetapi setelah suatu jangka waktu tertentu, wilayah itu mestilah tetap bisa bertumbuh walaupun tidak lagi mendapat alokasi yang berlebihan. Teori yang membicarakan pertumbuhan regional ini dimulai dari teori yang dikutip dari ekonomi makroekonomi pembangunan dengan mengubah batas wilayah dan disesuaikan dengan lingkungan operasionalnya, dilanjutkan dengan teori yang dikembangkan asli dalam ekonomi regional. Apabila dalam ekonomi makro dan ekonomi pembangunan, istilah ekspor atau impor adalah perdagangan dengan luar negeri maka dalam ekonomi regional hal itu berarti perdagangan dengan luar wilayah (termasuk perdagangan dengan luar negeri). Teori pertumbuhan yang dikutip dari ekonomi makro adalah berlaku untuk ekonomi nasional yang dengan sendirinya juga berlaku untuk wilayah yang bersangkutan. Jadi, tidak mungkin mengabaikan teori tersebut, walaupun yang dibahas adalah satu wilayah tertentu. Namun demikian, dalam penerapannya harus dikaitkan dengan ruang lingkup wilayah operasinya, misalnya daerah tidak memiliki wewenang untuk membuat kebijakan fiskal dan moneter, Wilayah bersifat lebih terbuka dalam pergerakan orang dan barang. Dalam teori yang dikembangkan asli dalam ekonomi regional, antara lain akan dibahas pengklasifikasian pendapatan dari satu daerah dan faktor-faktor apa yang menunjang peningkatan pendapatan daerah tersebut. Demikian pula dibahas akibat hubungan antara dua daerah atau lebih dan kaitannya dengan pemerataan pendapatan dan kebijakan yang

menunjang

pemerataan pendapatan

antardaerah. Teori pertumbuhan yang menyangkut ekonomi nasional cukup banyak, di sini hanya dikutip beberapa teori yang langsung terkait dengan kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah daerah. Teori yang akan dibahas adalah teori ekonomi klasik, teori Harrod-Domar, teori Solow-Swan, dan teori jalur cepat (Turnpike). Sedangkan teori yang langsung terkait dengan ekonomi regional akan dibahas teori basis-ekspor dan model interregional. Dua teori yang disebut terakhir dikembangkan asli dalam ekonomi regional. Bab 4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

47

B. TEORI EKONOMI KLASIK Orang yang pertama membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis sehingga dijuluki sebagai nabi ekonomi adalah Adam Smith (1723-1790) yang membahas masalah ekonomi dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of Nations (1776). Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa yang dirasanya terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stasioner (stationary state). Posisi stasioner terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya termanfaatkan. Kalaupun ada pengangguran, hal itu bersifat sementara. Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomian.

Tugas

pemerintah

adalah

menciptakan

kondisi

dan

menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian. Pemerintah tidak perlu terjun langsung dalam kegiatan produksi dan jasa. Peranan pemerintah adalah menjamin keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat serta membuat "aturan main" yang memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi. pemerintah berkewajiban menyediakan prasarana sehingga aktivitas lancar. Pengusaha perlu mendapat keuntungan yang memadai (tidak keuntungan minimum) agar dapat mengakumulasi modal dan memo baru, sehingga dapat menyerap tenaga kerja baru. Terhadap pemikiran Smith, perlu dicatat pendapat Joseph Schumpeter (1911 dalam bahasa Jer dalam bahasa Inggris), yang mengatakan bahwa posisi stasione terjadi karena manusia akan terus melakukan inovasi. Sebagai akibat depresi ekonomi dunia tahun 1929-1932, pandangan Smith kemudian dikoreksi oleh John Maynard Keynes (1936) dengan mengatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan ke fiskal (perpajakan dan perbelanjaan pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar), dan pengawasan langsung. Ahli ekonomi setelah itu ada yang mendukung dan memperluas pandangan Smith dan ada

48

Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi

yang mendukung dan memperluas pandangan Keynes. Kedua kelompok ini tetap mengandalkan mekanisme pasar. Perbedaannya adalah ada yang menginginkan peran pemerintah yang cukup besar tetapi ada pula yang menginginkan peran pemerintah haruslah sekecil mungkin. Walaupun berbeda, kedua kelompok umumnya sependapat bahwa salah satu tugas negara adalah menciptakan distribusi pendapatan yang tidak terlalu pincang (ada kaitan dengan tingkat saving dan konsumsi) sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mantap dan berkelanjutan. Belakangan disadari bahwa pemerintah perlu turun tangan untuk menyediakan jasa yang melayani kepentingan orang banyak ketika swasta tidak berminat menanganinya apabila tidak diberi hak khusus. Misalnya pembangkit tenaga listrik, telepon, dan air minum. Swasta mungkin berminat menyediakan fasilitas ini apabila diberi hak monopoli dan karena hal itu mungkin tidak diterima oleh masyarakat, penanganannya diambil alih oleh pemerintah. Atau, kalaupun itu dikelola oleh swasta harus diawasi oleh pemerintah. Hal lain yang dianggap wajar pemerintah turun tangan adalah mengatur stok pangan agar tercipta harga yang stabil. Dalam kerangka ekonomi wilayah, ada pandangan Smith yang tidak bisa diterapkan sepenuhnya, misalnya tentang lokasi dari kegiatan ekonomi tersebut. Sesuai dengan tata ruang yang berlaku maka lokasi dari berbagai kegiatan sudah diatur dan kegiatan yang akan dilaksanakan harus memilih di antara lokasi yang diperkenankan. Terlepas dari kekurangan yang terdapat dalam teori Smith, pandangannya masih banyak yang relevan untuk diterapkan dalam perencanaan pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk itu, hal yang perlu dilakukan pemerintah daerah adalah memberi kebebasan kepada setiap orang badan untuk berusaha (pada lokasi yang diperkenankan), tidak mengeluarkan peraturan yang menghambat pergerakan orang dan barang, tidak membuat tarif pajak daerah yang lebih tinggi dari daerah lain sehingga pengusaha enggan berusaha di daerah tersebut; menjaga keamanan dan ketertiban sehingga relatif aman untuk berusaha; menyediakan berbagai dan prasarana sehingga pengusaha dapat beroperasi dengan efisien serta membuat prosedur penanaman modal yang rumit; berusaha menciptakan iklim yang kondusif sehingga investor tertarik menanamkan Bab 4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

49

modalnya di wilayah tersebut. Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit, teori Smith akan tumbuh subur pada kondisi pasar sempurna. Kondisi pasar sempurna untuk semua transaksi memang sulit diwujudkan, namun pemda harus berusaha untuk membuat kondisi pasan mengarah ke kondisi pasar sempurna. Pemda tidak memberi hak monopoli (penjual tunggal) atau monopsoni (pembeli tunggal) kepada pihak swasta atas dasar lisensi, serta informasi tentang pasar disebarluaskan kepada masyarakat.

C. TEORI HARROD-DOMAR DALAM SISTEM REGIONAL Teori ini dikembangkan hampir pada waktu bersamaan oleh Roy F. Harrod (1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Di antara mereka menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes, di mana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis) sedangkan HarrodDomar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Teori HarrodDomar didasarkan pada asumsi: 1. perekonomian bersifat tertutup, 2. hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan, 3. proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale), serta 4. tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut.

50

Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi

g = k = n, Di mana: g

=

Growth (tingkat pertumbuhan output)

k

=

Capital (tingkat pertumbuhan modal)

n

=

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (1) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (capital output ratio = Rasio modal output). Apabila tabungan dan investasi adalah sama (I = S), maka: I K

S

S

Y

S/Y

S

= K = Y = K = K/Y = V

Agar pertumbuhan tersebut mantap, harus dipenuhi syarat g = n = s/v. Hal

ini lebih mudah dimengerti dengan menggunakan contoh. Misalnya, perekonomian berada dalam kapasitas penuh dengan total pendapatan (Y) = 1.000 triliun rupiah. Hasrat menabung (s) = 20%. Karena I = S maka tingkat investasi adalah 20% x 1.000 triliun rupiah = 200 triliun rupiah. Misalnya rasio modal output adalah 5:1 (diperlukan modal Rp5,00 agar terdapat kenaikan produksi sebesar Rp1,00 per tahun) atau produktivitas modal = 0,20. Besarnya kenaikan output adalah I/v = 200 / 5 = 40 triliun rupiah. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi adalah g =

40 triliun

1.000 triliun

= 4%. Akan tetapi, hal ini

hanya tercapai apabila laju pertumbuhan tenaga kerja juga 4%. Contoh di atas dapat dilihat dari sisi lain. Misalnya, kita menginginkan pertumbuhan ekonomi 5% atau ada kenaikan output sebesar 1.000 triliun rupiah x 0,05 = 50 triliun rupiah. Hal ini berarti investasi haruslah sebesar 50 triliun rupiah x (v) = 50 triliun rupiah x 5 = 250 triliun rupiah. Artinya, tingkat tabungan harus dinaikkan dari 0,20 menjadi 0,25 atau kekurangannya harus dipinjam dari luar. Karena s, v, dan n bersifat independen maka dalam perekonomian tertutup, sulit tercapai kondisi pertumbuhan mantap. Harrod-Domar mendasarkan

Bab 4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

51

teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi, kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang. Untuk perekonomian daerah, Harry W. Richardson (terjemahan Sihotang, 1977) mengatakan kekakuan di atas diperlunak oleh kenyataan bahwa perekonomian daerah bersifat terbuka. Artinya, faktor-faktor produksi/hasil produksi yang berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah kebocoran-kebocoran dalam menyedot output daerah. Sedangkan ekspor dan investasi dapat membantu menyedot output kapasitas penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di daerah tersebut. Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat disalurkan ke daerah-daerah lain yang tercermin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa yang dapat diserap oleh kesempatan kerja lokal maka migrasi neto dapat menyeimbangkan n dan g. Jadi, dalam perekonomian terbuka, persyaratannya menjadi sedikit longgar. Syarat statistik bagi perekonomian terbuka : S + M = I + X dapat dirumuskan menjadi : (s + m) Y = I + X, atau : I

Y

=s+m–

X Y

Kita mengetahui bahwa ekspor suatu daerah i dapat dirumuskan sebagai impor daerah-daerah lain. n

Xi = ∑

j=1

n

Mji = ∑

j=1

Mji Yj

Ekspor daerah i = total impor daerah-daerah j dari daerah i = nilai m (marginal propensity to import) daerah-daerah j dari daerah I dikalikan dengan tingkat pendapatn masing-masing daerah j.

52

Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi

Dengan demikian, Richardson (dalam Sihotang, 1977: 34) merumuskan permasaan pertumbuhan suatu wilayah adalah : gi =

si + mi − ∑mji Yj /Yi vi

Catatan : I Y I

Y

=s+m– S

= = Y

X Y

s.v v

dimana g =

s

v

g i . vi = si + mi − (∑mji Yj )/Yi

gi =

si + mi − (∑mji Yj)/Yi vi

Berdasarkan rumus di atas maka agar suatu daerah tumbuh cepat atau g.

tinggi, dikehendaki agar: s (tingkat tabungan) = tinggi, m (impor = tinggi, ekspor = kecil, v (capital output ratio/COR) = kecil, artinya dengan modal yang kecil dapat meningkatkan outpul yang sama besarnya. Yang termasuk dalam ekspor dan impor adalah barang konsumsi dan barang modal. Dalam model ini, kelebihan atau kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus Leller atau arus masuk dari setiap faktor di atas. Pertumbuhan yang mantap tergantung pada apakah arus modal dan tenaga keria interregional bersifat menyeimbangkan atau tidak. Pada model ini arus modal dan tenaga kerja searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang. Dalam praktiknya, daerah yang pertumbuhannya tinggi (daerah yang telah maju) akan menarik moda dan tenaga kerja dari daerah lain yang pertumbuhannya rendah dan hal ini membuat pertumbuhan antardaerah menjadi pincang. Artinya, daerah yang maju kian maju dan yang terbelakang akan makin ketinggalan. Jadi, pertumbuhan antardaerah akan mengarah kepada heterogenous (makin pincang).

Bab 4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

53

Teori Harrod-Domar sangat perlu diperhatikan bagi wilayah yang masih terbelakang dan terpencil atau hubungan keluarnya sangat sulit. Dalam kondisi seperti ini, biasanya barang modal sangat langka sehingga sulit melakukan konversi antara barang modal dengan tenaga kerja (lihat teori Neoklasik). Untuk wilayah seperti itu, bagi sektor yang hasil produksinya tidak layak atau kurang menguntungkan untuk diekspor (karena hiava angkut tinggi atau produk tidak tahan lama) maka peningkatan produksi secara berlebihan mengakibatkan produk tidak terserap oleh pasar lokal dan tingkat harga turun drastis sehingga merugikan produsen. Oleh karena itu, lebih baik mengatur pertumbuhan

berbagai

sektor

secara

seimbang.

Dengan

demikian,

pertambahan produksi di satu sektor dapat diserap oleh sektor lain yang tumbuh secara seimbang.

D. TEORI PERTUMBUHAN NEOKLASIK Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan T.W. Swan (1956) dari Australia. Model SolowSwan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan subsitusi antara modal dan tenaga kerja. Hal ini berarti adanya fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja. Teori-Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan

sehingga

pemerintah

tidak

perlu

terlalu

banyak

mencampuri/memengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Hal ini membuat teori mereka dan pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran mereka dinamakan

54

Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi

teori Neoklasik. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas per kapita meningkat. Dalam model tersebut, masalah teknologi dianggap fungsi dari waktu. Oleh sebab itu, fungsi produksinya berbentuk : Yi = Fi (K,L,t)

Dalam kerangka ekonomi wilayah, Richardson (dalam Sihotang, 1997: 39) kemudian menderivasikan rumus di atas menjadi sebagai berikut. Yi = a i k i + (1 − a i ) ni + T dimana : Yi

=

Besarnya output

ki

=

Tingkat pertumbuhan modal

ni

=

Tingkat pertumbuhan tenaga kerja

Ti

=

Kemajuan teknologi

a

=

Bagian yang dihasilkan oleh faktor modal

(1-a)

=

Bagian yang dihasilkan oleh faktor di luar modal

Agar faktor produksi selalu berada pada kapasitas penuh perlu mekanisme yang menyamakan investasi dengan tabungan (dalam kondisi

full

employment). Dengan demikian, pertumbuhan mantap membutuhkan syarat bahwa : MPKi = a i

Yi =p Ki

MPKi = Marginal productivity of capital

Jika p sudah tertentu dan a tetap konstan maka Y dan K harus tumbuh dengan tingkat yang sama. Syarat keseimbangan bagi keseluruhan system adalah ∑ i = 1 Ii = ∑ i = 1 Si Bab 4 Teori Pertumbuhan E...


Similar Free PDFs