EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM PDF

Title EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM
Author Dwi Januarita
Pages 8
File Size 730.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 135
Total Views 251

Summary

1 EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM Dwi Januarita dan Achmad Nurdin Huzaini Email: [email protected] dan [email protected] Abstrak Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas secara mendalam segenap proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sebuah ilmu dapat dijadikan sebagai suatu disiplin ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM Dwi Januarita

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Epist emologi Ekonomi Islam dan Pengembangannya pada Kurikulum Ekonomi Islam di Pergur… Human Falah Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam

Sains Islam Berbasis Nalar Ayat -ayat Semest a Azaki Khoirudin konsep pendidikan islam menurut ibnu khaldun muh syafut ra

1

EPISTEMOLOGI EKONOMI ISLAM Dwi Januarita dan Achmad Nurdin Huzaini Email: [email protected] dan [email protected] Abstrak Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas secara mendalam segenap proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sebuah ilmu dapat dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu jika ia memiliki landasan epistemologi atau harus dengan kata lain harus memenuhi syarat-syarat ilmiah (scientific). Ilmu ekonomi Islam (Islamic economics) merupakan salah satu disiplin ilmu. Yang mana jelas memiliki landasan epistemologis. Membahas epistemologi ekonomi Islam berarti mengkaji asal-usul (sumber) ekonomi Islam, metodologinya dan validitasnya secara ilmiah. Ekonomi Islam adalah sebuah disiplin ilmu yang ditemukan melalui metodologi keilmuan ilmiah. Akan tetapi sumber ilmu pengetahuan dalam Islam bukan semata rasio dan empiris sebagaimana yang diajarkan aliran positivisme. Ekonomi Islam memiliki sumber utama yaitu alQuran dan Sunnah. Sedangkan ijtihad (penggunaan rasio) adalah sumber ilmu berikutnya. Pengujian dilakukan dengan metode observasi terhadap realitas sosial manusia yang merupakan unsur dari peradaban. Kata kunci: epistemologi, ekonomi islam Abstract Epistemology is a branch of philosophy that discusses in depth all the processes to obtain knowledge. A science can be used as a scientific discipline if it has an epistemological foundation or in other words it must meet scientific requirements. Islamic economics is one of the disciplines. Which obviously has an epistemological foundation. Discussing Islamic economic epistemology means studying the origin (source) of Islamic economics, its methodology and its validity scientifically. Islamic economics is a scientific discipline that is found through scientific scientific methodology. However, the source of knowledge in Islam is not merely a ratio and empirical as taught by the flow of positivism. Islamic economics has the main source, namely the Koran and the Sunnah. Whereas ijtihad (use of ratio) is the next source of knowledge. Testing is done by observing the social reality of human beings which are elements of civilization. Keywords: epistemology, Islamic economics Pendahuluan Epistemologi merupakan bagian dasar, akar, dan awal mula suatu ilmu. Jika epistemologi keliru maka akan merumuskan suatu faham ilmu yang keliru dan menyertakan konsep-konsep yang keliru pula. Kajian epistemologi merupakan langkah yan diperlukan dalam semua studi ilmu. Ketika membincang mengenai ‘darimana mengetahui,bagaimana hal itu diketahui dan apakah benar pengetahuan itu maka ketika itu pula seseorang sedang melakukan suatu perenungan epistemologis (Kertanegara, 2003:8) Epistemologi merupakan cabang filsafat yang bersifat evaluatif,normatif dan kritis yang bersifat menilai, ia menilai apakah suatu keyakinan, sikap, pernyataan pendapat , teori pengetahuan dapat dibenarkan atau memiliki dasar yang dapat dipertanggung jawabkan secara nalar. Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pada hakikatnya epistemologi membahas tentang filsafat pengetahuan yang berkaitan dengan

2

asal-usul (sumber) pengetahuan, bagaimana memperoleh pengetahuan (metodologi) dan kesahihan (validitas) pengetahuan tersebut. Menurut Eko Arwidodo (2011:16) sifat netralitas sains adalah cerminan ideologi, bukan sejarah sama dengan semua kategori lain yang di bangun secara sosial. Seluruh disiplin ilmu pengetahuan ilmiah pasti memiliki landasan epistemologis. Dengan kata lain sebuah ilmu, baru dapat dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu jika ia memenuhi syarat-syarat ilmiah (scientific). Ilmu ekonomi Islam (Islamic economics) merupakan sebuah disiplin ilmu, maka dari itu juga memiliki landasan epistemologis. Membahas epistemologi ekonomi Islam berarti dalam artikel ini akan mengkaji asal-usul (sumber) ekonomi Islam, metodologinya dan validitasnya secara ilmiah. Inilah yang akan dibahas dalam artikel ini untuk membuktikan bahwasanya ekonomi islam merupakan disiplin ilmu. Epistemologi Epistemologi merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang secara khusus menggeluti pertanyaan-pertanyan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang pengetahuan. Istilah “epistemologi” sendiri berasal dari kata Yunani episteme = pengetahuan dan logos = perkataan, pikiran , ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya mendudukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, harfiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk “menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya.” Selain kata “episteme”, untuk kata “pengetahuan” dalam bahasa Yunani juga dipakai kata “gnosis”, maka istilah “epistemologi” dalam sejarah pernah juga disebut gnoseologi. Sebagai kajian filosofis yang membuat telaah kritis dan analitis tentang dasar-dasar teoritis pengetahuan, epistemologi kadang juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge; Erkentnistheorie) (Sudarminta, 2002:18). Dalam pengertian terminologis ini, epistemologi terkait dengan masalah-masalah yang meliputi : a) filsafat, yaitu sebagai cabang filsafat yang berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan, b) Metoda, sebagai metoda, bertujuan mengantar manusia untuk memperoleh pengetahuan, dan c) sistem, sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan itu sendiri. Dengan demikian, epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan (Amien, 2006:3). Teori ekonomi Islam dibangun dari realitas empirik dan masalah faktual, sehingga hubungan teori ekonomi Islam dengan teori lain dan hubungan teori ekonomi Islam dengan praktek saling berkaitan. Eksistensi ekonomi Islam bukan berlandaskan perspektif manusia sebagai human of economic semata, tetapi berdasarkan perspektif manusia sebagai hamba Allah yang dilahirkan di dunia secara fitrah (suci), dan didasarkan juga kepada 4 (empat) aksioma yaitu; equilibrium (keseimbangan), free-will (kebebsan berkehendak), unity (kesatuan), dan responbility (pertanggungjawaban) (Alwi, 2010: 2). Oleh sebab itu, metodologi ekonomi Islam digunakan untuk mengungkap dan mengklarifikasi permasalahan ekonomi yang multidimensial. Tindakan ini digunakan untuk menjaga obyektifitas dalam proses pengungkapan kebenaran terhadap suatu fenomena. Secara alami unsur manusiawi atau kemanusian akan menguji bahwa segala fenomena berujung pada keselarasan (equilibrium) yang selalu berkelanjutan. Hal inilah yang kemudian melahirkan sikap dinamis dan progesif, yaitu rasa syukur yang muncul karena keberhasilan atau kegagalan dari sebuah proses usaha untuk mencari atau menemukan kebenaran. a. Koresponden, yaitu pernyataan yang dianggap benar apabila materi pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori ini menggunakan logika induktif. b. Pragmatis, suatu yang dianggap benar apabila memiliki kegunaan atau manfaat yang bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya epistimologi ini berasal dari tiga metode yaitu: a. Observasi merupakan upaya untuk melihat, mengamati dan mengevaluasi fakta dan realita yang ada, kemudian membuat asumsi, klasifikasi, abstraksi, hakikat, tipe ideal

3

b. c.

dengan menggunakan generalisasi. Observasi perlu dilakukan untuk menggali dan mendapatkan informasi mengenai suatu objek. Observasi diperlukan untuk menjadi suatu bukti atas realitas fenomena yang berhubungan dengan aktivitas manusia. Dengan observasi manusia bisa melakukan efisiensi aktivitas dan bisa melakukan forcasting atas suatu yang akan terjadi. Deduksi membahas cara-cara atau metode untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang falid dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu. Induksi membahas tentang pengambilan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan secara spesifik atas fenomena-fenomena yang ada. Pernyataan tersebut hanya bersifat probabilitas dan hipotesa dari pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. Dalam ekonomi Islam selain dari fenomena dan realitas sosial, hubungan informasi dapat dihasilkan dari al-Qur’an dan al-hadits.

Epistemologi Islam Epistemologi di dalam Islam memiliki beberapa macam antara lain : (a) perenungan (contemplation) tentang Sunnatullah sebagaimana dianjurkan didalam Alquran, (b) penginderaan ( sensation), (c) Tafaqquh (perception , concept), (d) penalaran (reasoning). Epistemologi di dalam Islam tidak berpusat kepada manusia yang menganggap manusia sendiri sebagai makhluk mandiri dan menentukan segala-galanya, melainkan berpusat kepada Allah, sehingga berhasil atau tidaknya tergantung setiap usaha manusia, kepada iradat Allah. Epistemologi Islam mengambil titik tolak Islam sebagai subjek untuk membicarakan filasafat pengetahuan, maka di satu pihak epistemologi Islam berpusat pada Allah, dalam arti Allah sebagai sumber pengetahuan dan sumber segala kebenaran. Di lain pihak, epistemologi Islam berpusat pula pada manusia, dalam arti manusia sebagai pelaku pencari pengetahuan ( kebenaran ). Di sini manusia berfungsi subyek yang mencari kebenaran. Manusia sebagai khalifah Allah berikhtiar untuk memperoleh pengetahuan sekaligus memberi interpretasinya. Dalam Islam, manusia memiliki pengetahuan, dan mencari pengetahuan itu sendiri sebagai suatu kemuliaan. Terdapat beberapa perbedaan antara Filsafat Pengetahuan Islam ( Epistemologi Islam ) dengan Epistemologi pada umumnya. Garis besarnya, perbedaan itu terletak pada masalah yang bersangkutan dengan sumber pengetahuan dalam Islam, yakni wahyu dan ilham. Sedangkan masalah kebenaran epistemologi pada umumnya menganggap kebenaran hanya berpusat pada manusia sebagai makhluk mandiri yang menentukan kebenaran. Epistemologi Islam membicarakan pandangan para pemikir Islam tentang pengetahuan, di mana manusia tidak lain hanya sebagai khalifah Allah, sebagai makhluk pencari kebenaran. Manusia tergantung kepada Allah sebagai pemberi kebenaran Ada empat aksioma etika yang mempengaruhi ilmu ekonomi Islam Menurut pandangan Syed Nawab Haider Naqvi, yaitu tawhid, keadilan, kebebasan dan tanggung jawab. Pengaruh asumsi dan pandangan yang dipakai dalam penelitian ekonomi Islam harus terbukti faktual, berbagai dimensi manusia adalah kenyataan faktual. Metodologi ekonomi Islam mengungkap permasalahan manusia dari sisi manusia yang multi dimensional tersebut. Keadaan ini digunakan untuk menjaga obyektifitas dalam mrngungkapkan kebenaran dalam suatu femomena. Sikap ini melahirkan sikap dinamis dan progressif untuk menemukan kebenaran hakiki. Kebenaran hakiki adalah ujung dari kebenaran. Sumber Ilmu Ekonomi Islam Selanjutnya, dari sudut pandang epistemologi dapat diketahui bahwa ilmu ekonomi diperoleh melalui pengamatan (empirisme) terhadap gejala sosial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengamatan yang dilakukan kemudian digeneralisasi melalui premis-premis khusus untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Perubahan dan keajegan yang diamati dalam sistem produksi dan distribusi barang dan jasa kemudian dijadikan sebagai teori-teori umum yang dapat menjawab berbagai masalah ekonomi. pemikiran Abu Yusuf tentang teori supply dan demand merupakan hasil observasinya di

4

tengah masyarakat pada masanya (Yusuf, tth.: 87). Ibnu Khaldun pun mengkaji problem ekonomi masyarakat dan negara secara empiris. Ia menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual (Khadul, 2001: 421). Pada teori permintaan (demand) dalam ilmu ekonomi yang berbunyi “apabila permintaan terhadap sebuah barang naik, maka harga barang tersebut secara otomatis akan menjadi naik” (Colander, 2004: 84). Teori tersebut diperoleh dari pengalaman dan fakta di lapangan yang diteliti secara konsisten oleh para ahli ekonomi. Berdasarkan cara kerja yang demikian, penemuan teori-teori ilmu ekonomi dikelompokkan ke dalam context of discovery (Rozalinda, 2015:4-5). M. Akram Khan berpendapat bahwa sumber ilmu ekonomi Islam antara lain: AlQur’an, As-Sunnah, hukum Islam dan yurisprudensinya (melalui ijma’, qiyas dan ijtihad), sejarahperadaban umat Islam, dan data-data lain yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi (Rivai & Buchari, 2009:22). Menurut Mannan bahwa sumber-sumber ilmu ekonomi Islam itu dibedakan menjadi dua kelompok, pertama sumber-sumber yang disepakati oleh para ulama (al-muttafaq 'alaiha) dan kedua sumber-sumber yangbelum disepakati para ulama (almukhtalaf 'alaihd). Sumber-sumber yang disepakati terdiri dari al-Qur'an, Sunnah Nabi, Ijma' dan Ijtihad atau Qiyas.Sedangkan sumber-sumber yang masih diperselisihkan yang oleh Mannan disebut dengan "prinsip-prinsip lainnya" adalah Istihsan, Istislah dan Istishab. Metodologi Ekonomi Islam Dalam perspektif Islam, eksistensi suatu metodologi merupakan sebuah keniscayaan. Ekonomi Islam sebagai sebuah disiplin ilmu yang bersumber dari syari’ah memiliki metodologi tertentu sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Muhammad Anas Zarqa, menjelaskan bahwa ekonomi Islam itu terdiri dari 3 kerangka metodologi. Pertama adalah presumptions and ideas, atau yang disebut dengan ide dan prinsip dasar dari ekonomi Islam. Ide ini bersumber dari Al Qur’an, Sunnah, dan Fiqih Al Maqasid. Ide ini nantinya harus dapat diturunkan menjadi pendekatan yang ilmiah dalam membangun kerangka berpikir dari ekonomi Islam itu sendiri. Kedua adalah nature of value judgement, atau pendekatan nilai dalam Islam terhadap kondisi ekonomi yang terjadi. Pendekatan ini berkaitan dengan konsep utilitas dalam Islam. Ketiga, yang disebut dengan positive part of economics science. Bagian ini menjelaskan tentang realita ekonomi dan bagaimana konsep Islam bisa diturunkan dalam kondisi nyata dan riil. Melalui tiga pendekatan metodologi tersebut, maka ekonomi Islam dibangun (Sumar’in, 2013:18). Secara garis besar metodologi ilmu ekonomi Islam tersusun secara sistimatis sebagai berikut, Pertama, Al Qur’an adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi Islam yang di dalamnya dapat ditemui hal ihwal yang berkaitan dan mengatur kegiatan ekonomi. Al qur’an merupakan petunjuk yang lengkap dan sempurna yang terdiri dari bagian-bagian yang saling merangkum dan melengkapi. Ilmu ekonomi moneter masuk ke dalam ibadah muamalah. Lingkup muamalah ini didominasi ayat-ayat yang sifatnya zanni daripada qathi, sehingga tafsir yang dibutuhkan sudah sewajarnya bersifat teoretis faktual, tanpa meninggalkan aspek normatifnya sebagai wujud keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi. Al-Quran adalah sumber kebenaran yang paling utama, sehingga ia merupakan sumber primer ilmu ekonomi Islam. Al-Quran yang merupakan wahyu dari Allah tidak saja memuat dalil-dalil normatif tetapi juga fakta empiris yang bersifat empiris, faktual dan obyektif. Sumber utama dan permulaan dari segala ilmu pengatahuan (primordial stock of knowledge) adalah al-Quran, sebab ia merupakan kalam Allah. Pengetahuan yang ada dalam Al-Quran memiliki kebenaran mutlak (absolute), telah mencakup segala kehidupan secara komprehensif (complete) dan karenanya tidak dapat dikurangi dan ditambah (irreducible).Al-Quran selanjutnya dijelaskan oleh Sunnah Nabi Saw. Dengan demikian, AlQuran dan sunnah merupakan sumber utama ajaran Islam. segala metodologi harus bersumber dari al-Quran dan Sunnah tersebut. As-Sunah adalah sumber kedua dalam perundang-undangan Islam. Di dalamnya dapat dijumpai aturan perekonomian Islam. Secara literal, sunah berarti cara, kebiasaan (custom habit of life) yang merujuk pada perbuatan, ucapan dan ketetapan (taqrir) implisit dari Rasulullah SAW. Sunah adalah penjelasan atau pengejawantahan al-Qur’an karena Rasulullah adalah orang pertama dan

5

langsung menerima dan dibimbing secara ilahiah untuk memahaminya. Al-Quran dan Sunnah kemudian dapat dielaborasi dalam hukum-hukum dengan menggunakan metode epistemological deduction, yaitu menarik prinsip-prinsip umum yang terdapat dalam kedua sumber tersebut untuk diterapkan dalam realitas individu (Haque dan Choudhury, 1998). Kedua, Setelah Al-Quran dan Sunnah, selanjutnya dalam epistemologi ekonomi Islam diperlukan ijtihad dengan menggunakan rasio/akal. Ijtihad adalah upaya penggunaaan rasio untuk merumuskan dan menyimpulkan suatu hukum atau menghasilkan suatu teori (Hasballah, 1981: 79). Dengan ijtihad para ulama melakukan penelitian induktif. Secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan alasan logika rasional dalam menginterpretasikan teks Qur’an dan Hadits yang bersifat umum (zanni). Dalam ilmu ushul, metodologi ijtihad antara lain mengunakan qiyas, (Wahbah al-Zuhaili,1986: 63) maslahah, (Abu Hamid al-Ghazali, 1983: 114) sadduz zari’ah, (Abu Ishaq as-Syatibi, tt: 198) istihsan, (Al-Sarakhsi, 1993: 200) ‘urf (Mustafa Ahmad Zarqa, 1968: 24). Ijtihad terbagi kepada dua macam, yaitu ijtihad istimbathi dan ijtihad tathbiqi (Asy-Syatibi, tth.: 88). Dalam membicarakan epistemology ekonomi Islam, digunakan metode deduksi dan induksi. Ijtihad istimbathi bersifat deduksi, sedangkan ijtihad tathbiqi bersifat induksi dan menghasilkan kesimpulan yang lebih operasional, sebab ia didasarkan pada kenyataan empiris. Masudul Alam Choudhury, menjelaskan bahwa pendekatan metodologi ekonomi Islam menggunakan shuratic process yaitu metodologi individual (ijtihad fardi) digantikan oleh sebuah konsensus para ahli (ijtihad jama’i) dan, pelaku pasar karena dianggap memiliki tingkat kebenaran ijtihad yang tinggi. dalam menciptakan keseimbangan ekonomi dan perilaku pasar (Choudhury, 2004: 35-54). Penggunaan istilah shuratic berasal dari dari kata syura/musyawarah, untuk menunjukkan bahwa proses ini bersifat konsultatif dan dinamis. Metodologi ini merupakan upaya untuk menghasilkan ilmu pengetahuan yang bersifat transenden, sekaligus didukung oleh kebenaran empiris dan rasional yang merupakan tolak ukur utama kebenaran ilmiah. Sementara seorang muslim meyakini bahwa kebenaran utama dan mutlak berasal dari Allah, sedangkan kebenaran dari manusia bersifat tidak sempurna. Akan tetapi manusia dikaruniai akal dan berbagai fakta empiris di sekitarnya sebagai wahana untuk memahami kebenaran dari Allah. Perpaduan kebenaran wahyu dan kebenaran ilmiah akan menghasilkan suatu kebenaran yang memiliki tingkat keyakinan yang tinggi Validitas Kebenaran Ilmu Ekonomi Islam Ilmu ekonomi Islam merupakan hasil perumusan dari aplikasi sistem ekonomi Islam yang bersumber dari seperangkat aturan berekonomi yang ditetapkan Allah dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Kebenaran ilmu ekonomi Islam tidak dibuktikan melalui metode ilmiah, akan tetapi dibuktikan melalui metode ‘aqliyah. Ilmu ekonomi Islam tersusun dari dua sumber, yaitu berbagai aturan berekonomi dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang dirumuskan dalam fiqh muamalat dan realitas empiris. Penggunaan metode ilmiah hanya dapat menguji kebenaran ilmu ekonomi Islam pada tataran realitas empiris, akan tetapi tidak dapat menguji kebenaran pada tataran fakta-fakta transendental yang mendasari nilai dari ilmu ekonomi Islam. Data ekonomi Islam yang diperoleh Ibnu Khaldun dibagi menjadi dua yaitu data naqli dan data ‘aqli. Data naqli yang diperoleh melalui pengajaran turun-temurun dari para Nabi, sahabat, tabi’in dan ulama-ulama setelahnya, diuji kebenarannya dengan menggunakan metode jarh wat-ta’dil, yaitu metode yang banyak digunakan oleh ulama hadist. Metode ini amat sangat teliti dan cermat, dimana setiap data yang didapatkan diteliti kebenaran dengan menganalisis sumber data, hingga kepada kepribadiannya dan keturunannya. Tujuan dari penerapan metode ini adalah untuk mendapatkan data yang valid dan benar, oleh karena itu otoritas sumber data sangat diperhatikan. Sedangkan data ‘aqli, diperoleh melalui kerja pikiran, seperti berita maupun data tentang peristiwa-peristiwa, kebenarannya diuji dengan kesesuaian kenyataan yang ada dengan berita terseb...


Similar Free PDFs