Esai-Esai tentang Kebudayaan PDF

Title Esai-Esai tentang Kebudayaan
Author Hendy Adhitya
Pages 1
File Size 30.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 261
Total Views 816

Summary

Iskra Terbit sebagai aplikasi dari pasal 28 UUD 1945 dan UU Pers no 40 /1999 pasal 4 ayat 1 Edisi 7 Lembaran Pembebasan Terbit Tidak Berkala Panggung Korsinah, salahsatu rombongan ketoprak Sekar Kastubo, berujar kepada sang bintang panggung, Giok Tien: ”…, Tien, hati-hatilah, panggung bisa mengubah ...


Description

Terbit sebagai aplikasi dari pasal 28 UUD 1945 dan UU Pers no 40 /1999 pasal 4 ayat 1

Iskra Lembaran Pembebasan

Edisi 7

Terbit Tidak Berkala

Panggung Korsinah, salahsatu rombongan ketoprak Sekar Kastubo, berujar kepada sang bintang panggung, Giok Tien: ”…, Tien, hati-hatilah, panggung bisa mengubah segala-galanya...” Sementara di masa lampau Siok Nio, Ibunya juga pernah mengingatkan: ”Tien, lakon di panggung itu hanyalah ibarat bagi lakon hidupmu yang nyata,...”

Oleh Hendy Adhitya Kadang kita seperti melihat kontras, analogi atau bahkan simulasi penampakan menjadi satu diatas panggung. Dengan lakon, sandiwara, parodi dan bentuk pemaknaan lain, semarak terjadi diatasnya. Di panggung, keluwesan, kelihaian aktor dan aktris menjadi semacam- polar bagi penonton. Karena polar atas panggung itu, hidup sering dinyatakan sebagai sesuatu yang 'riil', yang benarbenar 'nyata'. Tanpa tahu bahwa yang 'riil' itu adalah sebuah realitas yang direproduksi, dengan menonjolkan bagian yang satu sementara pada saat yang bersamaan- membuang bagian yang lain. Ia 'ada' tanpa asal-usul. Pemikir Prancis Abad 20, George Bataille dalam ”Solar Anus” pernah menyindirnya dalam bentuk puisi, Setiap orang menyadari bahwa hidup adalah parodi dan karenanya miskin interpretasi Perunggu parodi emas Udara parodi air Otak parodi katulistiwa Koitus parodi kejahatan Jadi ada semacam tandingan, bahwa kehidupan panggung merupakan penyimpangan identitas diri, atau parodi diri sendiri dalam bahasa Bataille- dari kehidupan sebenarnya. Penyimpangan ini bisa berarti bentuk ”melampaui apa yang seharusnya tidak dilewati” dan sudah tentu meniadakan 'polar lain' yaitu kehidupan dibalik panggung. Namun jarang yang melihat apalagi tahubahwa 'polar lain' ini yang murni 'riil' dan juga mengandung 'makna'. Hampir mirip kisah Giok Tien, tokoh Putri

Cina itu sebelum pentas. Ada ”efek penyekat” seperti yang dikatakan Ignacio Ramonet dalam kutipan di buku Etika Komunikasi Dr. Haryatmoko bahwa, ada kejadian yang dimanfaatkan untuk menyembunyikan peristiwa lain. Ada kejadian yang menutupi kejadian sebenarnya. ”...Cahaya bulan sempat menyusup ke balik panggung(...)Namun di balik kecantikan dan keanggunannya itu toh Korsinah melihat sekilas kesedihan yang memancar dari matanya yang sipit. Kesedihan itu seakan abadi. Maka kesedihan itu ada juga di balik keceriaan, kecantikan, dan keanggunannya malam ini.” Lalu apa yang disebut 'riil' itu kini? Baudrillard dengan pesimis menjelaskan: ”Seperti logika simulasi, orang tidak pernah akan sampai pada kebenaran karena antara realitas, representasi, hiperrealitas atau tipuan tidak bisa dicek atau dibedakan lagi.” Dan pada akhirnya, Korsinah hanya bisa mengamini keputusan Giok Tien, Putri Cina itu untuk turun panggung. Ia menutup dialognya hampir sama dengan pernyataan Baudrillard- dengan pertanyaan satir, ”Sudahlah, Yu, seperti katamu sendiri, hidup itu kan seperti ketoprak. Sekarang aku akan menjalani hidup yang nyata. Tapi siapa tahu, hidupku nanti tak ubahnya sebuah lakon ketoprak saja, Yu? Siapa yang dapat memastikan, bahwa hidupku pasti tidak seperti sandiwara? Siapa tahu, hidupku yang nyata nanti justru menjadi sandiwara, melebihi hidupku sebagai pemain ketoprak bersamamu, Yu?”

Catatan Segala kritikan dan masukan mengenai tulisan saya bisa kawan-kawan kirimkan melalui alamat e-mail saya di [email protected]

www.hendy.co.nr...


Similar Free PDFs