ETIKA DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PDF

Title ETIKA DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Author Qurratul Aini
Pages 9
File Size 129.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 699
Total Views 831

Summary

ETIKA DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI QURRATUL AINI1 ABSTRAK Secara etimologi (Bahasa) “etika” berasal dari kata bahasa yunani etbos. Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha ...


Description

ETIKA DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI QURRATUL AINI1 ABSTRAK Secara etimologi (Bahasa) “etika” berasal dari kata bahasa yunani etbos. Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam kamus besar bahasa indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam pembahasan kali ini, maka etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Pada hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti pada hubungan kulural dan sosiologis. Rentangan perilaku komunikasi yang dibolekan menjadi sangat berbeda dibandingkan dengan rentangan prilaku komunikasi yang dibolehkan pada situasi non antarpribadi. Pilihan pribadi dapat secara bebas dilaksankan dalam pengembangan hubungan. Contoh mengenai hubungan komunikasi antarpribadi meliputi sahabat dan kebanyakan suami istri. Dalam situasi seperti ini, para komunikator memiliki banyak informasi mengenai keinginan, kebutuhan, dan nilai-nilai pribadi satu sana lain serta dapat mengembangkan gaya komunikasi yang cocok bagi kedua belah pihak. Kata kunci : etika dalam komunikasi antarpribadi, komunikasi antarpribadi, perbedaan antara nonantarpribadi dan antarpribadi. pendahuluan Secara etimologi (bahasa) “etika” berasal dari kata bahasa yunani etbos. Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam kamus besar bahasa indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam pembahasan kali ini, maka etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok

1

Mungging,pademawu,pamekaan

dalam mengatur tingkah lakunya. Pada hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti pada hubungan kulural dan sosiologis. Rentangan perilaku komunikasi yang dibolekan menjadi sangat berbeda dibandingkan dengan rentangan prilaku komunikasi yang dibolehkan pada situasi non antarpribadi. Pilihan pribadi dapat secara bebas dilaksankan dalam pengembangan hubungan. Dari pendahuluan di atasartikel ini akan membahas hal-hal yang mengenai ilmu pengetahuan?. membahas tentang asas-asas akhlak?. Mebahas etika, dan moral?. Tujuan penelitian untuk mengetahui dan membahas tentang asas-asas akhlak, etika, dan moral. PEMBAHASAN 1. Pengertian etika Secara etimologi (Bahasa) “etika” berasal dari kata bahasa yunani etbos. Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam kamus besar bahasa indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Etika dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam pembahasan kali ini, maka etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.2 Etika dan moral hampir sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan. Moral atau moralitas digunakan untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika adalah sebagai berikut: 2

Muhammad Mufid, etika dan filsafat komunikasi (jakarta: kencana prenada media group, 2009) hlm. 173

a. susila ( sanskerta ), lebih menunjukkan dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). b. akhlak (arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteres dalam bukunya etika nikomacbeia menjelaskan tentang pembahasan etika sebagai berikut. 1. Terminus Tecbicus. pengertian etika dalam hal ini, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. 2. Manner dan custum. tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (inberent in buman nature) yang terkait dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.3 Sifat dasar etika adalah sifat kritis, karenanya etika bertugas (lihat Darmodiharjo dan Shidarta, 2004:263) : 1.

Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku diselidikinya apakah dasar suatu

norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma yang dapat berlaku. 2.

Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat

mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya. 3.

Etika memersolakan pula hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara, dan

agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati. 4.

Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap

semua norma. 5.

Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan

bagi siapa saja yang tidak mau diombang-ambingkan oleh norma-norma yang ada.

3

Rosady Ruslan, S.H., M.M., etika kehumasan konsepsi dan aplikasi (jakarta: PT Rajagrafindo, 2011) hlm. 31-32

Tindakan manusia ditentukan oleh macam-macam norma. Etika menolong manusia untuk mengambil sikap terhadap semua norma dari luar dan dari dalam, supaya manusia mencapai kesadaran moral yang otonom. Etika menyelidiki dasar semua norma moral. Dalam etika biasanya dibedakan antara “ etika deskriptif “ dan “ etika normatif “. Etika deskriptif memberikan gambaran dari gejala kesadaran moral, dari norma konsep-konsep etis. Sedangkan etika normatif tidak berbicara lagi tentang gejala, melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan manusia. Dalam etika normatif, norma dinilai dan setiap manusia ditentukan.4

Ditinjau teori dasar dari Etika Normatif tersebut, terdapat dua dasar teori sebagai berikut: a. Teori Deontologis Deontologis berasal dari bahasa yunani, deon yang berarti kewajiban (duty). Artinya, etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakan tersebut, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada dirinya, motivasi, kemauan dengan niat yang baik dan dilaksanakan berdasarkan kewajiban, serta bernilai moral. b. Teori Teleologis Teleologis berasal dari bahasa yunani, yaitu telos yang artinya tujuan. Teleologis menjelaskan benar-salahnya tindakan tersebut justru tergantung dari tujuan yang hendak dicapai, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Suatu tindakan dinilai baik kalau berakibat atau bertujuan mencapai sesuatu yang baik pula. (Sony, 1993: 29-30).5 

Etika komunikasi Dalam berbagai kesempatan, komunikasi diperlihatkan sebagai ilmu yang berhubungan dengan

berbagai macam ilmu pengetahuan yang lain. Ini menandakan bahwa komunikasi menyentuh berbagai macam bidang sskehidupan manusia. Komunikasi juga menyentuh aspek ilmu dalam 4 5

Ibid hlm. 173-175 Ibid hlm. 40

bidang komunikasi. Apa yang terjadi apabila nilai, gagasan, dan ide komunikasi justru tidak dikomunikasikan. Etika komunikasi mencoba untuk mengelaborasi standar etis yang digunakan oleh komunikator dan komunikan. Setidaknya ada tujuh perspektif etika komunikasi yang bisa dilihat dalam perspektif yang bersangkutan. 1.

Perspektif politik. Dalam perspektif ini, etika untuuk mengembangkan kebiasaan ilmiah

alam praktek berkomunikasi, menumbuhkan bersikap adil dengan memilih atas dasar kebebasan, pengutamaan motivasi, dan menanamkan penghargaan atas perbedaan. 2.

perspektif sifat manusia. Sifat manusia yang paling mendasar adalah kemampuan

berpikir dan kemampuan menggunakan simbol. Ini berarti bahwa tindakan manusia yang benarbenar manusiawi adalah berasal dari rasionalitas yang sadar atas apa yang dilakukan dan dengan bebas untuk memilih melakukannya. 3.

Sikap dialogal adalah sikap setiap parrtisipan komunikasi yang ditandai oleh kualitas

keutamaan, seperti keterbukaan, kejujuran, kerukunan, intensitas, dan lain-lainnya. 4.

Perspektif situasional. Faktor situasional adalah relevansi bagi setiap penilaian moral.

Ini berarti bahwa etika memerhatikan peran dan fungsi komunikator, standar khalayak, derajat kesadaran, tingkat urgensi pelaksanaan komunikator, tujuan dan nilai khalayak untuk komunikasi etis. 5.

Perspektif relegius. Kitab suci atau habit religuis dapat dipakai sebagai standar

mengevaluasi etika komunikasi. Pendekatan alkitabiah dalam agama membantu manusia untuk menemukan pedoman yang kurang lebih pasti dalam setiap tindakan manusia. 6.

Perspektiif utilitarian. Standar utilitarian untuk mengevaluasi cara dan tujuan komunikasi

dapat dilihat dari adanya kegunaan, kesenangan, dan kegembiraan. peraturan yang berlaku dan dianggap sebagai perilaku yang etis.6

6

Ibid hlm. 185-186

2.

Pengertian komunikasi antarpribadi Sebelum kita membicarakan mengenai definisi komunikasi antarpribadi, kita perlu

membedakan antara komunikasi non-antarpribadi dan komunikasi antarpribadi. Miller dan steinberg (1975) membedakan antara keduanya itu berdasarkan tingkatan analisis yang digunakan untuk melakukan prediksi guna mengetahui apakah komunikasi itu bersifat non-antar pribadi atau antar pribadi menurut mereka terdapat tiga tingkatan analisis dalam melakukan prediksi, yaitu kultural, sosiologis, dan psikologis. 

Analisis pada tingkat kultural Kultur “merupakan keseluruhan kerangka kerja komunikasi : kata-kata, tindakan-tindakan,

postur, gerak-isyarat, nada suara, ekspresi wajah, penggunaan waktu, ruang, dan materi, dan cara ia bekerja, bermain, bercinta, dan mempertahankan diri. Kesemuanya itu dan selebihnya merupakan sistem-sistem komunikasi yang lengkap dengan makna-makna yang hanya dapat dibaca secara tepat apabila seseorang akrab dengan perilaku dalam konteks sejarah, sosial, dan kultural”(Edward T.Hall, 1976). Terdapat dua macam kultur, yaitu homogeneous: apabila orangorang disuatu kultur berperilaku kurang lebih sama dan menilai sesuatu juga sama. Sedangkan yang heterogenous: adanya perbedaan-perbedaan didalam pola perilaku dan nilai-nilai yabg dianutnya. Jadi, apabila komunikator melakukan prediksi terhadap reaksi penerima atau receiver sebagai akibat menerima pesan dengan menggunakan dasar kultural. 

Analisis pada tingkat sosiologis Apabila prediksi komunikator pesan penerima atau receiver terhadap pesan-pesan yang

ia sampaikan didasarkan kepada keanggotaan penerima didalam kelompok sosial tertentu, maka komunikator melakukan prediksi pada tingkat sosiologis. Keanggotaan kelompok merupakan

golongan orang-orang yang memiliki karakteristik tertentu yang sama, apakah dasar kemauannya sendiri atau karena beberapa kriteria yang dikenakan oleh yang melakukan prediksi. 

Analisis pada tingkat Psikologis Sering kali interaksi pada yang didasarkan prediksi psikologis menyebabkan bagi pihak

luar sebagai hal yang asing atau bahkan aneh. Pertukaran informasi dengan akar psikologis sering kali diatur dengan bentuk peraturan yang aneh dimana peraturan-peraturan itu hanya diketahui oleh para partisipan bahkan sulit disebakan kepada orang luar. Misalnya, sepasang suami istri pergi ke pesta dan si suami mengatakan:”kalau saatnya pulang dan bila kamu berada berjauhan dari saya, saya akan beri isyarat dengan mengacungkan tangan sebagai tanda kita sudah harus pulang.” Isyarat ini hanya dimengerti oleh yang bersangkutan dan bukan orang lain. Orang lain mungkin berfikir mengapa laki-laki itu mengancungkan tangan. 

Perbedaan pokok antara komunikasi non-Antarpribadi Dan komunikasi Antarpribadi Pada tingkat non-antarpribadi kultural dan sosiologis, prediksi mengenai hasil-hasil

komunikasi dapat disamakan dengan generalisasi rangsangan atau stimulus generalization. individu yang melakukan prediksi mencari persamaan diantara para komunikator lainnya. Misalnya, atas dasar pengetahuan tentang seorang profesor seseorang dapat mengeneralisasikan bahwa profesor disemua perguruan tinggi memiliki: (a) gelar sarjana tertinggi; (b) terikat pada ilmu pengetahuan; dan (c) bisa jadi promotor bagi mahasiswa S-3. Sebagai kebalikannya. Pada tingkat antarpribadi prediksi dengan dasar psikologis tentang hasil

komunikasi

dapat

disamakan

dengan

perbedaan

rangsangan

atau

stimulus

discrimination.seseorang melakukan prediksi dengan mencari perbedaan-perbedaan yang relevan pada komunikator lainnya. Apabila prediksi didasarkan pada pembedaan rangsangan dan bukan pada generalisasi rangsangan berkenaan dengan profesor tertentu. Sedikit sekali dimasyarakat kita komunikasi yang dapat di karakterisasikan sebagai antarpibadi. Tiap orang berbeda dalam kemampuannya untuk berkomunikasi antarpribadi.Terdapat

perbedaan antara komunikasi antarpribadi dan hubungan antarpribadi. Komunikasi antarpribadi terjadi bila seseorang mendasarkan prediksinya tentang reaksi orang lain dengan bakat psikologis. Sedangkan hubungan antarpribadi memerlukan paling sedikit dua orang berkomuniksi antarpribadi.7 Pada hubungan komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti pada hubungan kulural dan sosiologis. Rentangan perilaku komunikasi yang dibolekan menjadi sangat berbeda dibandingkan dengan rentangan prilaku komunikasi yang dibolehkan pada situasi non antarpribadi. Pilihan pribadi dapat secara bebas dilaksankan dalam pengembangan hubungan. Contoh mengenai hubungan komunikasi antarpribadi meliputi sahabat dan kebanyakan suami istri. Dalam situasi seperti ini, para komunikator memiliki banyak informasi mengenai keinginan, kebutuhan, dan nilai-nilai pribadi satu sana lain serta dapat mengembangkan gaya komunikasi yang cocok bagi kedua belah pihak.8 

Fungsi Komunikasi Antarpribadi

Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan dimana komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimna telah dikemukakan bahwa komunikasi insani atau human comunication baik non antarpribadi di maupun antarpribadi semuanya mengenai pengendalian lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi, dan sosial. Yang dimaksud dengan imbalan ialah setiap akibat berupa perolehan fisik, ekonomi,dan sosial yang dinilai positif. Uang sebagai akibat perolehan ekonomi yang dinilai positif.9

7

Muhammad Budyatna, M.A., Teori komunikasi antarpribadi (jakarta: kencana prenada group, 2011)hlm. 2-7 8 Ibid hlm. 10 9 Ibid hlm. 27

Hubungan antarpribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan kita. Kita tergntung kepada orang lain dalam perasaan, pemahaman, informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri kita dan membantu kita dalam mengenali harapan-harapan orang lain. Orang memerlukan hubungan antarpribdi terutama untuk dua hal, yaitu perasaan (attachment) dan ketergantungan (dependency). Perasaan mengacu pada hubungan yang secara emosionalintensif. Sementra ketergantungan mengacu pada instrumen perilaku antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan. Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi tentang komunikasi antarpribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi.10 Daftar Pustaka

10

Daryanto, Teori komunikasi (Gava media, 2016) hlm. 69-72...


Similar Free PDFs