Fenomena Klitih dalam Perspektif Perubahan Sosial Selo Soemardjan PDF

Title Fenomena Klitih dalam Perspektif Perubahan Sosial Selo Soemardjan
Author Azka Anjani
Pages 31
File Size 252.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 231
Total Views 731

Summary

Teori Sosial Indonesia Fenomena Klitih dalam Perspektif Perubahan Sosial Selo Soemardjan Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia Dosen Pengampu : Dr. Nasiwan, M.Si Disusun Oleh : Nama : Azka Anjani NIM : 16416241044 Prodi : Pendidikan IPS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAK...


Description

Teori Sosial Indonesia

Fenomena Klitih dalam Perspektif Perubahan Sosial Selo Soemardjan Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia Dosen Pengampu : Dr. Nasiwan, M.Si

Disusun Oleh : Nama

: Azka Anjani

NIM

: 16416241044

Prodi

: Pendidikan IPS

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan ridho dan kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul judul “Fenomena Klitih dalam Perspektif Perubahan Sosial Selo Soemardjan” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Sosial Indonesia. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik

yang penulis sadari maupun

kesalahan yang tidak penulis sadari. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk makalah ini, agar di waktu yang akan datang penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Selain itu, penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, atas perhatian dari pembaca penulis ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 27 Desember 2017

Penulis

ii

DAFTAR ISI Cover .................................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 A.

Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B.

Rumusan Masala .................................................................................................... 2

C.

Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2

D.

Manfaat penulisan .................................................................................................. 3

BAB II ................................................................................................................................ 4 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4 A.

Konsep Moral dan Degradasi Moral ..................................................................... 4 a.

Moral……………………………………………………………………………………………………………………4

b.

Degradasi Moral ................................................................................................. 5

B.

Konsep Remaja dan Kenakalan Remaja ............................................................... 6 a.

Remaja…………………………………………………………………………………………………………………6

b.

Kenakalan Remaja ............................................................................................. 9

C.

Klitih...................................................................................................................... 10 a.

Pengorganisiran dalam Gengster Klitih ........................................................... 11

D.

Biografi Selo Sumardjan ...................................................................................... 14

E.

Perubahan sosial di Yogyakarta .......................................................................... 16

F.

Konsep Perubahan Sosial Selo Sumardjan .......................................................... 18

G. Klitih dalam Perspektif Perubahan Sosial Selo Sumardjan................................. 21 BAB III ............................................................................................................................. 25 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................................... 25 A.

Kesimpulan ........................................................................................................... 25

B.

Saran ..................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Degradasi moral di kalangan remaja merupakan salah satu masalah serius yang saat ini sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Masalah ini muncul karena berbagai factor. Salah satu factor penyebab yang paling dominan adalah karena modernisasi dan globalisasi. Modernisasi dan globalisasi menyebabkan pengaruh dari berbagai belahan dunia mudah masuk ke Indonesia. Salah satu tanda degredasi moral yang tengah melanda Indonesia adalah semakin meningkatnya angka kasus kenakalan remaja. Berbagai tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja seperti kasus tawuran, miras, oplosan, vandalisme, judi, narkoba, dan klitih yang akhir – akhir ini semakin meningkat. Kasus Klitih beberapa bulan terakhir ini telah menjadi keprihatinan banyak pihak, salah satunya di Sleman. Kasus kenakalan remaja, termasuk klitih di Yogyakarta antara 2-3 tahun terakhir mengalami peningkatan (Reskrim Polresta Kota Yogyakarta). Klitih menjadi salah satu aktivitats genster remaja bukan atas identitas yang sama. Media cetak Kedaulatan Rakyat pada tanggal 2 Maret 2017 mengabarkan bahwa ada dua korban yang mengalami luka yang cukup serius akibat pembacokan yang dilakukan oleh gangster klitih. Belum lama ini muncul kabar ada beberapa sekelompok gangster klitih yang melakukan tindak criminal serius. Tribun Jogja mecatat selama 2016 ada enam kasus yang menimbulkan korban dan diantaranya ada yang meninggal. Kabar berita yang disiarkan oleh NET.JOGJA (11 April 2017) mengabarkan bahwa dua anggota gangster klitih membakar warung dan menganiyaya pemilik warung.

1

Kasus – kasus klitih ini juga semakin memancing perhatian dengan adanya peningkatan kasus kriminalitas di Yogyakarta. Pada tahun 2012 tercatat ada 6. 780 kasus criminal yang tercatat oleh Polda DIY dan pada tahun 2013 jumlah kasus kriminalitas menurun menjadi 6.513 kasus. Selanjutnya pada tahun 2014 tercatat jumlah kasus criminal meningkat 193, 98 % (Seksi Statistik Ketahanan Nasional dan Bidang Statistik, 2015). Meskipun tidak bisa diketahui secara pasti jumlah gangster yang melakukan kriminalitas jalanan dengan aksi klitih ini, namun kemunculan gangster – genster ini ikut berkontribusi dalam meningkatnya aksi kriminalitas yang tercatat. Dr. Selo Sumardjan adalah ilmuan sosial yang berjasa mengkonsepsikan Perubahan Sosial yang berangkat dari fenomena hidup dan berkembang di Indonesia, khususnya yang tentang perubahan sosial yang berada di Yogyakarta (Nasiwan, 2016). Focus pembahasan pada makalah ini adalah fenomena Klitih dalam perspektif Perubahan Sosial Selo Sumardjan mengenai perubahan sosial yang ada khusunya di daerah Yogyakarta. Bagaimana pandangan beliau mengenai perubahan sosial di Yogyakarta dan kaitannya dengan fenomena Kiltih yang marak terjadi belakangan ini di daerah Yogyakarta.

B. Rumusan Masala 1. Bagaimana klitih terjadi di Yogyakarta dan bagaimana pengorganisasian kelompok tersebut ? 2. Apa konsep perubahan sosial Selo Sumardjan ? 3. Bagaimana fenomena Klitih apabila dilihat dalam perspektif perubahan sosial menurut Selo Sumardjan ?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui bagaimana fenomena Klitih dan pengorganisasian kelompok sehingga klitih dapat terjadi di Yogyakarta.

2

2. Untuk mengetahui konsep perubahan sosial menurut Selo Sumardjan. 3. Untuk mengetahui fenomena Klitih dari sudut pandang atau perspektif dari perubahan sosial menurut Selo Sumardjan.

D. Manfaat penulisan 1. Memahami tentang fenomena Klitih yang terjadi di Yogyakarta 2. Memberikan informasi tentang fenomena Klitih dan teori perubahan sosial menurut Selo Sumardjan . 3. Sebagai salah satu referensi mengenai fenomena klitih dalam pandangan Perubahan Sosial menurut Selo Sumardjan. 4. Menjadi salah satu media pembelajaran dalam perkuliahan terlebih khusus dalam aktualisaasi mengembangkan pemahaman mengenai Mata Kuliah Teori Sosial Indonesia.

3

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Moral dan Degradasi Moral a. Moral Istilah moral berasal dari kata lain “mas” (moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan atau nilai – nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai – nilai , atau prinsip – prinsip moral. Seorang dikatakan bermoral apabila tingkah lakunya sesuai dengan nilai – nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosial (Yusuf, 2006: 132). Menurut Yusuf ( 2006:134) perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara sebagai berikut : 1. Pendidikan langsung Melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah atau baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang dewasa. Pendidikan di sekolah juga termasuk pendidikan langsung. 2. Identifikasi Mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orangtua, guru, kiai, artis, atau orang dewasa lainnya). Guru merupakan salah satu figure yang menjadi panutan anak. Oleh karena itu, guru harus senantiasa memberikan contoh perilaku yang baik bagi peserta didiknya. 3. Proses coba – coba (trial & error)

4

Mengembangkan tingkah laku moral secara coba – coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan sedangkan tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya. Menurut Kohlberg (dalam Nurihsan & Agustin, 2013: 86) ada tiga pokok tugas remaja dalam mencapai moralitas dewasa, yaitu sebagai berikut : 1. Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum. 2. Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai pedoman perilaku. 3. Melakukakan pengendalian terhadap perilaku sendiri. Ketiga tugas tersebut merupakan tugas yang sulit bagi kebanyakan remaja. Beberapa remaja tidak berhasil melakukan peralihan ke dalam tahap moralitas dewasa selama masa remaja. Tugas ini harus diselesaikan pada awal masa dewasa. Remaja lainnya tidak hanya gagal melakukan peralihan tetapi juga membentuk kode moral berdasarkan konsep moral yang secara sosial tidak dapat diterima (Nurihsan & Agustin, 2013:86). Hal inilah yang menyebabkan beberapa remaja terkadang melakukan perilaku yang menyimpang menurut nilai / norma di lingkungannya. Ketika memasuki masa remaja, anak – anak tidak lagi begitu saja menerima kode moral dari orang tua, guru, bahkan teman – teman sebaya. Mereka ingin membentuk kode moral sendiri berdasarkan konsep tentang benar dan salah yang telah diubah dan diperbaikinya. Menurut mereka hal ini dilakukan agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang dan lebih dilengkapi dengan hukum – hukum dan peraturan – peraturan yang dipelajari dari orang tua, guru, bahkan dari ajaran agamanya (Nurihsan & Agustin, 2013:86). b. Degradasi Moral Degradasi berarti kemunduran, kemerosotan, penurunan (tentang mutu, moral, pangkat). Kata moral berasal dari bahasa latin “mas” yang berati kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin yaitu moralitas yang mempunyai makna berupa istilah

5

manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral atau tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya (Yusuf, 2006:132). Moralitas adalah sesuatu yang bersifat tetap, dan sejauh kita tidak berbicara mengenai jangka waktu yang terlalu panjang, moralitas itu akan sama, tidak berubah (Abdullah, 1986:161). Degradasi moral merupakan suatu bentuk penurunan nilai dan norma manusia karena adanya pengaruh perkembangan zaman. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat degrasi moral adalah munculnya berbagai sisi dari “nilai – nilai modern” akibat globalisasi yang dianggap kurang sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa degradasi moral adalah penurunan tingkah laku manusia akibat tidak mengikuti hati nurani dan kurangnya kesadaran diri terhadap kewajiban mutlak. Degarasi moral juga berarti tingkah laku manusia yang semakin tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di sekitarnya.

B. Konsep Remaja dan Kenakalan Remaja a. Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Pada masa ini anak tidak mau diperlakukan sebagai anak, tetapi dari segi fisiknya belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa (Marliani, 2016:48).

Hall

(dalam Yusuf, 2001:185) berpendapat bahwa remaja merupakan masa “Strum and Drang”, yaitu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa. Pendidikan sebagai salah satu agen sosialisasi bagi anak sangat berperan dalam mengontrol perilaku anak pada masa ini. Masa remaja mempunyai ciri – ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri – ciri masa remaja menurut Nurihsan & Agustin (2013:69-73) yaitu : 1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

6

Perkembangan fisik yang cepat harus disertai dengan perkembangan mental juga cepat terutama pada awal masa remaja. 2. Masa Remaja sebagai Periode Peralihan Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, tetapi yaitu sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Individu dalam setiap periode peralihan status individunya menjadi tidak jelas dan terdapat keraguan akan perilaku yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Jika remaja berperilaku seperti anak – anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai umurnya. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan kareana status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menemukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya. 3. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkah perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal yaitu : a. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologi yang terjadi. Emosi yang tidak stabil menyebabkan kebanyakan remaja menjadi mudah terprovokasi. b. Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan menimbulkan masalah baru. c. Berubahnya minat dan pola perilaku menimbulkan adanya perubahan pada nilai – nilai. Tidak semua remaja berhasil dalam proses internalisasi nilai – nilai baru tersebut. Remaja yang tidak berhasil dalam proses tersebut biasanya akan menjadi individu yang menyimpang menurut nilai – nilai yang dianggap benar oleh masyarakat sekitarnya.

7

d. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan

dan

menuntut

kebebasan,

tetapi

mereka

sering

takut

bertanggungjawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut. Remaja yang mengalami kegagalan dalam perkembangan moral biasanya lebih aktif dalam menuntut kebebasan. Kebebasan yang mereka tuntut adalah kebebasan yang tidak ada batasnya. Oleh karena itu, banyak sekali remaja yang melakukan tindak kriminal akibat pola pikir ini. 4. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah Remaja merasa sudah harus mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri. Mereka menolak bantuan orang tua dan guru – guru. Akan tetapi, tidak semua remaja mampu untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka

yakini.

Akibatnya,

banyak

remaja

akhirnya

menemukan

bahwa

penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan meraka. 5. Masa Remaja sebagai Masa mencari Identitas Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk mejelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. Proses pencarian jati diri pada remaja tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Remaja sangat mudah terpengaruh oleh teman pergaulannya. Oleh karena itu, pada masa pencarian jati diri tingkah laku remaja sangat dipengaruhi oleh tingkah laku orang disekitarnya. 6. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan Anggapan atau stereotip budaya menyatakan bahwa remaja adalah anak – anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak atau berperilaku merusak. 7. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik Remaja cenderung memandang dirinya dan kehidupan disekitarnya berdasarkan apa yang dia inginkan bukan sebagaimana adanya, termasuk dalam hal cita – cita. Cita – cita yang tidak realistis ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman – temannya. Hal merupakan ciri – ciri pada awal masa remaja dan menyebabkan kebanyakan remaja bersifat emsional. Remaja akan sakit hati dan 8

kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri. 8. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa Semakin mendekatinya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, mengguanakan obat – obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. b. Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinguency) ialah perbuatan / kejahatan/ pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti asusila, dan menyalahi norma – norma agama. Paradigma kenakalan remaja yang lebih luas meliputi perbuatan – perbuatan yang sering menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat, sekolah, maupun keluarga. Contohnya yaitu pencurian oleh remaja, perkelahian di kalangan anak didik yang kerap kali berkembang menjadi perkelahian antar sekolah, mengganggu wanita di jalan yang pelakunya adalah remaja. Demikian pula sikap anak yang memusuhi orang tua dan sanak saudaranya, atau perbuatan – perbuatan lain yang tercela seperti menghisap ganja, mengedarkan narkoba, pornografi dan coret coret tembok yang tidak pada tempatnya (Sudarsono, 2004:13). Jenis – jenis kenakalan remaja antara lain adalah: 1. Vandalisme 2. Tawuran / perkelahian / bentuk kekerasan fisik lainnya. 3. Judi 4. Miras 5. Pencurian / Perampokan 6. Seks Bebas

9

C. Klitih Jenis kenakalan remaja yang akan menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini adalah klitih. Klitih merupakan salah satu bentuk kekerasan fisik yang dilakukan oleh segerombolan remaja /pelajar yang ingin melukai atau melumpuhkan lawannya dengan kekerasan. Perilaku ...


Similar Free PDFs