Gaya Hidup Masyarakat Pesisir - Tugas Akhir WSBM (MUHAMMAD IQBAL AMIN E061191023) PDF

Title Gaya Hidup Masyarakat Pesisir - Tugas Akhir WSBM (MUHAMMAD IQBAL AMIN E061191023)
Author Muhammad Iqbal
Pages 7
File Size 57.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 84
Total Views 159

Summary

GAYA HIDUP MASYARAKAT DAERAH PESISIR (THE LIFESTYLE OF COASTAL COMMUNITIES) Muhammad Iqbal Amin E061191023 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin e-mail: [email protected] Abstrak Gaya hidup masyarakat di berbagai daerah berbeda...


Description

GAYA HIDUP MASYARAKAT DAERAH PESISIR (THE LIFESTYLE OF COASTAL COMMUNITIES)

Muhammad Iqbal Amin E061191023 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin e-mail: [email protected]

Abstrak Gaya hidup masyarakat di berbagai daerah berbeda-beda tidak terkecuali masyarakat didaerah pesisir. Masyarakat pesisir pada umumnya memiliki gaya hidup yang materialistis dan . Namun di beberapa daerah pesisir yang lain, masyarakatnya memiliki gaya hidup yang benar-benar berbeda daripada masyarakat daerah pesisir pada umumnya bahkan menjadi salah satu ciri khas masyarakat daerah tersebut. Salah satu contohnya yaitu gaya hidup konsumerisme perempuanperempuan daerah pesisir di desa Mesjid Lama, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara yang sering berbelanja barang yang sekalipun barang tersebut tidak mereka butuhkan dan gaya hidup ini telah menjadi ajang adu gengsi diantara perempuan-perempuan daerah tersebut. Selain dari aspek ekonomi, gaya hidup masyarakat pesisir dari segi kesehatan berdasarkan penilitian menunjukkan adanya kemungkinan atau resiko menderita penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi dibandingkan dengan masyarakat di daerah pegunungan atau daerah daratan tinggi lainnya. Seperti yang diketahui hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan tekanan darah tinggi diatas normal dan bersifat menetap. Ada beberapa factor dari penyebab penyakit hipertensi ini yaitu, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, kebiasaan makan makanan berlemak, kurang aktivitas tubuh, dan asupan natrium yang tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa masyarakat daerah pesisir yang memiliki gaya hidup dengan terbiasa makan makanan olahan laut yang mengandung asupan natrium tinggi menjadi penyebab atau factor utama dari tingginya resiko terkena penyakit hipertensi pada masyarakat daerah pesisir. Tujuan penulisan ini untuk menganilisis gaya hidup dari masyarakat daerah pesisir dari beberapa aspek yaitu ekonomi, perilaku, serta kesehatan dan mengapa mereka memiliki gaya hidup tersebut. Metode pengumpulan data pada penulisan ini sendiri dengan studi literature yakni bersumber dari beberapa jurnal dan materi yang ada di internet dikarenakan dengan kondisi seperti yang sekarang ini dengan meawabahnya covid-19 tidak memungkinkan untuk melakukan observasi di lapangan. Simpulan, gaya hidup yang dilakukan oleh masyarakat daerah pesisir dapat disebabkan oleh banyak factor mulai dari factor lingkungan, ekonomi, adat istiadat, pendidikan, dan lain sebagainya. Kata kunci: gaya hidup, pesisir, hipertensi, konsumerisme, materialistis, konsumtif

Abstract The lifestyle of the people in different regions is no exception for the people in the Coastal area. Coastal society in general has a materialistic lifestyle. But in some other coastal areas, the people have a lifestyle that is completely different from the coastal community in general, which is one of the characteristics of the people of the area. One example is the lifestyle of consumerism of women in the Coastal Village of Mesjid Lama, Talawi Subdistrict, Batu Bara District who often buy goods that need goods and lifestyles have been specifically requested by women in the area. Apart from the economic point of view, the lifestyle of the Coastal community in terms of health is based on research which shows that there are problems with hypertension or high blood pressure related to people in hunting areas or other magnification areas. As is known hypertension is a disease characterized by high blood pressure and normal persistence. There are several factors that cause this hypertension, namely, family history, smoking habits, eating habits of fatty foods, lack of body activity, and high sodium intake. Research shows people in the Coastal region who have lifestyles with special processed seafood that contain high sodium intake are the main factors or factors of why increasing the interests of hypertensive people in the Coastal community. The purpose of choosing this is to analyze the lifestyle of the people of the Coast from several aspects of the economy, behavior, and health and the lifestyle they have. Data collection methods when self-published with the following literature study are sourced from a number of journals and material available on the internet related to current conditions with the answer covid-19 cannot be used to conduct observations in the field. Conclusion, the lifestyle carried out by the Regional community can cause many factors starting from environmental factors, economy, customs, education, and so forth. Keywords: lifestyle, the coast, hypertension, consumerism, materialistic, consumptive

Pendahuluan Gaya hidup menurut Enggel dan Bleakwell (1994) merupakan pola dimana orang hidup untuk menghabiskan waktu serta uang, dan hal tersebut barkaitan faktor ekonomi dan demografi seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gaya hidup merupakan pola tingkah laku setiap hari segolongan manusia dalam masyarakat. Sedangkan menurut Weber, gaya hidup adalah selera pengikat kelompok dalam (in group) aktor-aktor kolektif atau kelompok status, berkompetisi ditandai dengan kemampuan untuk memonopoli sumber-sumber budaya. Gaya hidup atau juga disebut lifestyle merupakan gambaran tingkah laku seseorang, pola atau cara hidup yang akan menunjukkan bagaimana aktivitas seseorang, minat atau ketertarikan serta apa yang akan mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri sehingga dapat membedakan statusnya dari orang lain maupun lingkungan melalui lambang-lambang sosial yang mereka miliki. Gaya hidup adalah karakteristik seseorang yang bisa diamati dan yang menandai sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu dengan demikian, gaya

hidup merupakan perpaduan dari cara, tata, dan kebiasaan serta objek-objek yang mendukungnya dimana dalam pelaksanaannya didasari oleh sistem nilai atau sistem kepercayaan suatu kebudayaan tertentu. Masyarakat pesisir secara geografis adalah masyarakat yang hidup, tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan perbatasan antara wilayah darat dan laut, Kusnadi (2008). Sebagai suatu sistem kemasyarkatan, mereka juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi atau patokan kehidupan mereka sehari-hari. Dari aspek kesehatan masyarakat pesisir memiliki resiko lebih tinggi terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan masyarakat dari daerah pegunungan atau daerah lainnya. Hipertensi merupakan suatu penyakit yang tergolong penyakit tidak menular (PTM) yang saat ini juga menjadi masalah bagi dunia kesehatan di Indonesia dikarenakan beberapa hal, yaitu meningkatnya prevalensi hipertensi. Masih banyak penderita hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati namun tekann darahnya masih belum mencapai target. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain. Ekonomi pada masyarakat pesisir juga terbagi dua, beberapa masyarakat memiliki sikap konsumtif dan materialistis. Perilaku konsumtif sendiri adalah tindikan individu sebagai konsumen untuk membeli, menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, tidak rasional atau tanpa perhitungan sehingga menimbulkan pemborosan dan hanya mengutamakan keinginan atau kesenangan tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau manfaat dari barang atau jasa yang dibeli tersebut yang bertujuan dan hanya untuk mendapatkan pengakuan sosial atau kepuasan pribadi. Sedangkan sikap materialistis adalah sikap dimana seseorang cenderung membeli barang dikarenakan rasa iri terhadap orang lain yang telah memiliki barang tersebut. Perilaku ini pada kehidupan masyarakat pesisir terjadi diantara kalangan nelayan yang memiliki modal besar atau biasa disebut dengan nelayan juragan dan nelayan yang memiliki modal kecil atau bahkan nelayan yang bekerja bagi nelayan juragan. Konsumsi dengan demikian jelas bukan sekedar pemenuhan kebutuhan fisik melainkan justru lebih utama adalah pemenuhan kebutuhan sosial berupa status sosial yang tinggi dengan memiliki barang-barang tertentu atau mengkonsumsi jasa mewah lainnya. Pembahasan Gaya hidup merupakan gaya hidup merupakan pola tingkah laku setiap hari segolongan manusia dalam masyarakat. Sementara itu, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang hidup, tumbuh, dan berkembang dikawasan peisisir yakni suatu kawasan perbatasan antara

wilayah darat dan laut. Dengan demikian gaya hidup masyarakat pesisir dapat diartikan dengan pola tingkah laku setiap hari orang-orang yang tinggal di kawasan pesisir laut. Gaya hidup dari masyarakat pesisir ini sangat bergantung dari kekayaan alam disekitar mereka yang notabenenya masyarakat pesisir bekerja sebagai nelayan. Laut dijadikan sebagai sumber mata pencaharian bahkan sebagai tempat mencari bahan makanan mereka. Kehidupan sebagai nelayan bisa dikata sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya yang disediakan alam dalam hal ini yaitu ikanikan dilaut, maka tak jarang para nelayan tidak mendapat tangkapan seharian sehingga hal tersebut juga memiliki pengaruh terhadap kehidupan ekonomi mereka. Penghasilan dari para nelayan sangat berpengaruh terhadap keseharian mereka. Biasanya setelah mendapat tangkapan ikan, ikan-ikan tersebut akan dijual sebagian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sebagiannya lagi akan disimpan untuk dijadikan olahan makanan. Hasil penjualan dari tangkapan ikan tadi biasanya mereka gunakan untuk membeli barang-barang yang mereka butuhkan atau sekedar dihabiskan untuk mengajak keluarga mereka jalan-jalan. Di beberapa daerah terdapat perbedaan tingkat penghasilan di anatar para nelayan. Contohnya kehidupan masyarakat nelayan di desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Terdepat perbedaan kelas diantara paran nelayan disana, nelayan dengan modal yang besar biasanya status sosial mereka lebih tinggi atau biasa disebut dengan nelayan juragan. Sedangkan nelayan yang modalnya lebih kecil atau biasa disebut dengan nelayan pandhega dan beberapa diantar mereka bekerja untuk nelayan juragan. Saat hasil panen ikan tiba, biasanya masyarakat yang berstatus sebagai nelayan juragan akan membeli baarng-barang yang mereka suka bahkan jika barang tersebut tidak terlalu mereka butuhkan. Hal tersebut menimbulkan perilaku konsumtif pada nelayan juragan yang pada dasarnya memiliki penghasilan yang lebih besar. Beberapa faktor yang menjadi penyebab dari perilaku konsumtif pada nelayan juragan seperti adanya status sosial yang harus mereka tunjukkan bahwa sebagai nelayan juragan yang memiliki status sosial lebih tinggi dari nelayan pada umunya atau nelayan pandhega dengan membeli barang-barang yang harganya mahal meskipun barang tersebut tidak mereka butuhkan. Faktor lain yang menjadi penyebab perilaku konsumtif tersebut yaitu faktor pendidikan, pada umumnya masyarakat akan berasumsi bahwa orang-orang yang sukses merupakan orang-orang yang berpendidikan tinggi dan pintar. Namun hal tersebut bukan berarti bahwa orang yang tidak menempuh pendidikan tidak pintar atau cerdas. Berbeda halnya dengan nelayan pandhega, saat musim panen tiba hail yang mereka dapatkan jauh lebih kecil dibandingkan nelayan juragan. Sehingga mereka akan cepat-cepat membeli barang yang akan menunjang atau memenuhi kebutuhan hidup mereka yang akan datang. Meskipun begitu, adanya rasa iri yang muncul terhadap nelayan juragan akan mendorong nelayan pandhega untuk membeli barang yang sama dengan nelayan juragan meskipun kualitasnya lebih rendah. Selain itu, nelayan pandhega membeli barang-barang tadi juga sebagai investasi jikalau masa paceklik tiba. Dari sini bisa kita ketahui bagaimana pendapatan dari nelayan dapat mempengaruhi gaya hidup mereka yang tinggal dipesisir.

Berbeda dengan kebiasaan masyarakat nelayan pada desa Grajagan, masyarakat pesisir di desa Mesjid Lama, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara, khususnya para wanita memiliki kebiasaan atau pola hidup dengan konsumerisme yang sangat tinggi. Gaya hidup mereka ini lebih mirip dengan gaya hidup ibu-ibu daerah perkotaan. Bahkan sebagian besar dari mereka rela melakukan pekerjaan lain diluar kewajiban sebagai ibu rumah tangga demi memenuhi uang saku mereka untuk membeli barang yang mereka inginkan. Kebanyakan perempuan di desa Mesjid Lama memiliki hobi berbelanja perabotan rumah seperti keramik, dan lain-lain. Bagi mereka, membeli perabotan maupun barang-barang lain seperti sebuah perlombaan. Gaya hidup itu juga menimbulkan pandangan dikalangan perempuan di desa tersebut yaitu, mereka yang tidak mampu membeli barang yang sedang tren pada musim itu akan di cap sebagai orang yang tidak mampu. Secara umum, gaya hidup perempuan daerah pesisir yaitu dengan gemar membeli emas. Meskipun berasal dari ekonomi yang rendah mereka akan tetap berupaya untuk membeli emas. Bagi perempuan pesisir, dengan membeli emas itu menandakan bahwa mereka juga mampu membeli barang atau sesuatu yang orang kaya juga beli. Bahkan, mereka yang berasal dari ekonomi yang tidak mampu pun memakai emas. Menurut mereka, emas juga dapat meningkatkan eksistensi sehingga mereka tidak akan diasingkan oleh lingkungan mereka. Saat ini, sebagian besar perempuan pesisir telah mengikuti gaya hidup perkotaan agar mereka tidak ketinggalan zaman. Dari segi kesehatan, masyarakat pesisir diketahui mempunyai resiko lebih tinggi terkena penyakit hipertensi dibandingkan masyarakat yang tinggal di daratan tinggi atau pegunungan. Hipertensi dapat disebabkan oleh banyak factor, mulai dari penyakit turunan dari keluarga dan juga kelebihan kadar natrium dalam tubuh. Berdasarkan penilitian dari para ahli, hal tersebut dikarenakan gaya hidup masyarakat daerah pesisir yang mengonsumsi lebih banyak natrium dibandingkan dengan masyarakat daerah pegunungan. Hal itu disebabkan karena gaya hidup atau pola hidup masyarakat pesisir yang sering mengasinkan makanan olahan laut yang mereka konsumsi yang menimbulkan kandungan natrium pada makanan tersebut meningkat dan potensi untuk menderita hipertensi juga meningkat hingga dua kali lipat. Selain kandungan natrium yang berlebih, factor lain yang dapat menimbulkan hipertensi adalah kandungan lemak yang berlebih di dalam tubuh. Sementara hasil penilitian mengungkapkan bahwa, kandungan kolestrol yang terdapat pada ikan air tawar lebih rendah dibandingkan dengan yang ada pada ikan air asin atau laut. Meskipun tanpa sadar, gaya hidup dengan mengonsumsi makanan tinggi natrium dan kadar kolestrol inilah yang menyebabkan masyarakat pesisir berpotensi lebih tinggi terkena penyakit hipertensi dibandingkan masyarakat yang tinggal di dataran tinggi. Selain itu, berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan (2006) mengenai penyakit dan kecelakaan yang terjadi pada nelayan dan penyelam tradisional, menunjukkan bahwa beberapa nelayan di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat Menderita nyeri persendian (57,5%) dan gangguan pendengaran ringan sampai ketulian (11,3%). Sedangkan, nelayan di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, mengalami kasus barotrauma (41,37%) dan kelainan dekompresi (6,91%).

Kesimpulan Gaya hidup masyarkat daerah pesisir dipengaruhi banyak factor, diantaranya yaitu status sosial, pendidikan, dan juga hasil pendapatan. Hasil pendapatan sangat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari masyarakat nelayan khususnya seperti di daerah desa Garajagan yang terbagi menjadi dua kelas yaitu nelayan yang memiliki kedudukan atau status sosial yang lebih tinggi yang biasa dikenal dengan nelayan juragan dan nelayan yang memiliki status sosial yang lebih rendah yang dikenal dengan nelayan pandhega. Perbedaan kelas ini juga pastinya memengaruhi hasil atau pendapatan yang mereka dapatkan. Nelayan juragan memiliki penghasilan yang lebih besar dibanding nelayan pandhega yang juga menimbulkan perilaku konsumtif dikalangan masyarakat nelayan juragan. Sementara di antara masyarakat nelayan pandhega timbul sikap yang materialistis tetapi dalam konteks yang berbeda dengan nelayan juragan. Masyarakat pesisir di daerah desa Mesjid Lama, Kecamatan Talawi juga memiliki sikap konsumerisme yang sangat tinggi. Meski begitu, perilaku atau sikap konsumerisme ini pada umumnya hanya diantara kalangan wanita pesisir daerah tersebut walaupun pada umumnya wanita daerah pesisir memang terkenal dengan kebiasaan gemar berbelanja atau membeli emas. Kesehatan masyarakat pesisir juga perlu diperhatikan lebih baik. Masyarkat pesisir memiliki resiko lebih tinggi terkena penyakit hipertensi diakibatkan oleh kebiasaan mereka mengkonsumsi makanan olahan laut yang mengandung natrium dan lemak atau kolestrol yang tinggi. Selain itu berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan, masih terdapat beberapa masalah kesehatan lain yang dialami masyarakat daerah pesisir. Seperti beberapa nelayan di Nusa Tenggara Barat yang menderita nyeri sendi, gangguan pendengaran ringan, sampai dengan ketulian. Sementara di wilayah lain yaitu nelayan di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, mengalami kasus barotrauma dan kelainan dekompresi.

Daftar Pustaka Adawiyah, Rabiatul. 2018. Gaya Hidup Perempuan Pesisir Pantai dalam Konsumerisme (Studi Deskriptif di Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara). Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. (Diakses pada http://repositori.usu.ac.id//handle/123456789/5659) Bela Dewi Purwanti, Kusuma Wulandari. 2013. Gaya Hidup Masyarakat Nelayan. 2-5. (Diakses pada https://repository.unej.ac.id) Oktadoni Saputra, Khairul Anam. 2016. Gaya Hidup sebagai Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Pesisir Pantai. 5(3): 118-120. (Diakses pada https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1047) Pengajarku. 2020. Gaya Hidup Adalah: Pengertian, https://pengajar.co.id/gaya-hidup-adalah/. (20 Mei 2020)

Jenis,

Indikator,

Faktor.

Riadi, Muchlisin. 2018. Pengertian, Aspek dan Karakteristik Perilaku Konsumtif. https://www.kajianpustaka.com/2018/06/pengertian-aspek-dan-karakteristik-perilakukonsumtif.html?m=1. (20 Mei 2020). Rokom. 2013. Pentingnya Peningkatan Kesehatan Masyarakat Pesisir. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20130225/077319/pentingnya-peningkatankesehatan-masyarakat-pesisir/. (20 Mei 2020). Waroh Ulfah. 2011. Studi Deskriptif tentang Gaya Hidup Masyarakat Pesisir (Nelayan) Pantai Utara Blimbing Paciran – Lamongan. 2(2): 140-143. (Diakses pada https://journal.trunojoyo.ac.id/personifikasi/article/view/715)...


Similar Free PDFs