Genogram : Mengalami gangguan jiwa Tn.A Gambar 3.1 Genogram Sdr.I PDF

Title Genogram : Mengalami gangguan jiwa Tn.A Gambar 3.1 Genogram Sdr.I
Author Tria Prasetya
Pages 99
File Size 8.9 MB
File Type PDF
Total Downloads 346
Total Views 776

Summary

PEMBERIAN TERAPI PSIKORELIGIUS (SHALAT) TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PENDENGARAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA Sdr.I DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG ARJUNA RSJD SURAKARTA DISUSUN OLEH : INDRI WULANDARI NIM. P11 028 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAK...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Genogram : Mengalami gangguan jiwa Tn.A Gambar 3.1 Genogram Sdr.I Tria Prasetya

Related papers Gdl sit ifaizah 504 1 sit ifai lest a devi

SEMINAR KASUS BENAR-BENAR FIX .doc Annisa Nasut ion Art icle Text Maria Riana

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

PEMBERIAN TERAPI PSIKORELIGIUS (SHALAT) TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PENDENGARAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA Sdr.I DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG ARJUNA RSJD SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

INDRI WULANDARI NIM. P11 028

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

i

PEMBERIAN TERAPI PSIKORELIGIUS (SHALAT) TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PENDENGARAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA Sdr.I DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG ARJUNA RSJD SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawata

DISUSUN OLEH : INDRI WULANDARI NIM. P11 028

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

i

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN TERAPI PSIKORELIGIUS (SHALAT) TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PENDENGARAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA Sdr.I DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG ARJUNA RSJD SURAKARTA” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulisa banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempataan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 3. JokoKismanto, S.Kep.,Ns., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 4. Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Intan Maharani S Batubara, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji II yang telah membimbing dengan cermat,

v

6. memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 7. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 8. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 9. Arifin Budhi Cahyono, yang selalu membantu, memberi dukungan, memberi semangat dan motivasi dalam menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini 10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta,

Mei 2014

Penulis

vi

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................

i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ...................................................

ii

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................

v

DAFTAR ISI ..................................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................

1

B. Tujuan Penulisan ................................................................................

5

C. Manfaat Penulisan ..............................................................................

6

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Halusinasi ...................................................................

8

B. Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................

21

C. Terapi Psikoreligius............................................................................

48

BAB III LAPORAN KASUS A. Pengkajian ..........................................................................................

54

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

61

C. Intervensi ............................................................................................

62

D. Implementasi ......................................................................................

65

E. Evaluasi ..............................................................................................

66

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian ..........................................................................................

69

B. Diagnosa Keperawatan .......................................................................

72

C. Rencana Keperawatan ........................................................................

73

D. Tindakan keperawatan ........................................................................

75

vii

E. Evaluasi ..............................................................................................

79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.........................................................................................

81

B. Saran ...................................................................................................

83

Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Gambar 2.2 Pohon Masalah Halusinasi…………………………...29 2. Gambar 3.1 Genogram…………………………………………….54 3. Gambar 3.2 Pohon Masalah……………………………………….60

ix

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Tabel 2.1 Rentang Respon Neurobiologi…………………..………….............11

x

LAMPIRAN

Lampiran 1.

Log book

Lampiran 2.

Format pendelegasian pasien

Lampiran 3.

Lembar konsultasi

Lampiran 4.

Asuhan keperawatan

”Pemberian terapi psikoreligius

(shalat) terhadap frekuensi halusinasi pendengaran pada asuhan keperawatan jiwa Sdr.I dengan skizofrenia paranoid diruang arjuna RSJD Surakarta” Lampiran 5.

Jurnal

Lampiran 6.

Daftar riwayat hidup

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kesetabilan emosional. (videbeck, 2008). Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebab yang berhubungan dengan biopsikososial. Menurut WHO (2006) menunjukan bahwa beban yang ditimbulkan gangguan jiwa sangat besar, dimana terjadi global burden of disease akibat masalah kesehatan jiwa mencapai (8,1%). Angka ini lebih tinggi dari TBC (7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%), dan malaria (2,6%). (Simanjutak dan Wardiyah, 2006). Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan 450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan (25%) penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 di Indonesia,

1

2

menunjukan bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai (5,6%) dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat. Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Daerah Kusus Ibu Kota Jakarta (24,3%), diikuti Nangroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%). (Hidayati,2011). Salah satu bentuk gangguan jiwa yang umum terjadi adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu sindrom yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Insiden puncak awitannya adalah 15 sampai 25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35 untuk wanita. Prevalensi skizofrenia diperkirakan sekitar 1%

dari

seluruh

penduduk.

Di

Amerika

Serikat

angka

tersebut

menggambarkan bahwa hampir tiga juta penduduk yang sedang, telah, atau akan terkena gangguan tersebut. Insiden dan prevalensi seumur hidup secara kasat mata sama di seluruh dunia. (Videbeck, 2008). Gejala umum dari skozofrenia yaitu gangguan sensori persepsi, persepsi adalah proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti penginderaan atau sensasi: proses penerimaan rangsangan. Dimana terdapat dua jenis utama masalah perseptual yaitu halusinasi dan ilusi. Halusinasi yang didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan manusia

3

dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Halusinasi dapat terjadi pada kelima indera sensori utama yaitu: pendengaran terhadap suara biasanya paling sering terjadi pada gangguan skizofrenia, visual terhadap pengelihatan, sedangkan halusinasi sentuhan (taktil) dapat terjadi pada gangguan mental yang diakibatkan penyalahgunaan kokain, halusinasi pengecap terhadap rasa seperti darah, urine dan feses dan halusinasi penghidu terhadap bau. (Rasmun, 2009). Menurut Direja (2011), akibat dari halusinasi adalah klien dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Pada tahun 1984 WHO memasukan dimensi spiritual keagamaan sama pentingnya dengan dimensi fisik, psikologis dan psikososial. Seiring dengan itu terapi-terapi yang dilakukanpun mulai menggunakan dimensi spiritual keagamaan, sebagai bagian dari terapi modalitas. Terapi yang demikian disebut dengan terapi holistik artinya terapi yang melibatkan fisik, psikologis, psikososial dan spiritual (Yosep, 2009).

4

Terapi religius pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata membawa manfaat, angka rawat inap pada klien gangguan jiwa skizofrenia yang mengikuti kegiatan keagamaanlebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mengetahuinya. (Chu dan Klein, 1985 dalam Yosep, 2009). Hasil jurnal penelitian Fanada pada tahun 2012, menunjukkan bahwa dengan melakukan shalat secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respon imun yang baik serta besar kemungkinan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker bahkan penyakit kejiwaan. Secara medis, shalat

yang

demikian menyebabkan seseorang

memiliki ketahanan tubuh yang baik. Penderita gangguan jiwa di RSJD Surakarta pada tahun 2009 sebanyak 2.420 pasien dengan presentasi hunian 74%. Tahun 2010 sebanyak 2.560 pasien dengan presentasi hunian 84,49%. Tahun 2011 sebanyak 2.605 dengan presentasi hunian 75,6%. Tahun 2012 sebanyak 2.906 dengan presentasi hunian 85,79%. Tahun 2013 sebanyak 3.308 pasien dengan presentasi hunian 89,07%. (Rekam medik, 2013). Sedangkan di bangsal Arjuna berdasarkan laporan periode bulan Maret 2014, pasien dirawat di Ruang Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta didapatkan 20 pasien mengalami gangguan jiwa, terdapat 10 pasien mengalami halusinasi (50%), 5 pasien mengalami gangguan perilaku kekerasan (25%) dan 5 pasien mengalami isolasi sosial (25%). Serta penulis tertarik untuk menulis karya tulis ilmiah dengan pemberian Terapi Psikoreligius pada klien dengan inisial Sdr.I yang

5

mengalami halusinasi, dan apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan masalah yang lebih serius yaitu perilaku kekerasan. Halusinasi yang dialami oleh Sdr.I adalah halusinasi pendengaran yang berisi pasien mendengar suara roh yang menyuruhnya untuk membeli dagangan yang dijual oleh roh tersebut, biasanya muncul pada pagi, siang dan malam hari pada saat klien sendiri atau saat akan tidur, dalam sehari suara itu bisa muncul 6 kali kurang lebih 5 menit. Saat dirumah dan di bangsal pasien jarang untuk melakukan shalat 5 waktu. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menulis Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian terapi psikoreligius (shalat) terhadap frekuensi halusinasi pendengaran pada asuhan keperawatan jiwa Sdr.I dengan skizofrenia paranoid di Ruang Arjuna RSJD Surakarta”.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan pemberian terapi psikoreligius (shalat) terhadap frekuensi halusinasi pendengaran pada

asuhan keperawatan jiwa Sdr.I dengan

skizofrenia paranoid di ruang arjuna RSJD Surakarta 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Sdr.I dengan Halusinasi. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Sdr.I dengan Halusinasi.

6

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Sdr.I dengan Halusinasi. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Sdr.I dengan Halusinasi. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Sdr.I dengan Halusinasi. f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian Terapi Psikoreligius pada Sdr.I dengan Halusinasi.

C. Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis Menambah wawasan dan pengalaman dan memberikan asuhan keperawatan pada Sdr. I dengan Halusinasi 2. Bagi Profesi Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan Asuham Keperawatan pada pasien dengan Halusinasi sehingga pasien mendapatkan penanganan tepat dan optimal. 3. Bagi Rumah Sakit a) Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan perawatan khususnya pada pasien Halusinasi. b) Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Halusinasi, sehingga pasien mendapatkan penanganan yang tepat cepat dan optimal.

7

4. Bagi Institusi Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada pasien Halusinasi dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Halusinasi 1. Pengertian Persepsi Merupakan suatu proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat susunan syaraf di otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa ia dengar dan sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak lepas dari proses persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indranya, melalui reseptornya. Alat indra merupakan penghubung antarsa individu dengan dunia luarnya. Stimulus yang diindra oleh individu diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindra itu, inilah yang disebut persepsi.( Ardani, 2013 )

2. Pengertian Halusinasi Perubahan persepsi sensori : halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya

8

9

tidak ada. Selain itu, perubahan persepsi sensori : Halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan). (Fitria, 2009) Menurut (Yosep, 2009) Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds), penglihatan (Visual-seeing persons or things), penciuman (Olfactory-smelling odors), pengecapan (Gustatoryexperiencing tastes). Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa adanya

rangsangan

atau

stimulus

yang

nyata

sehingga

klien

mempersiapkan dan merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

3. Jenis Halusinasi Menurut Kusumawati dan Hartono (2010) jenis-jenis halusinasi sebagai berikut : a. Halusinasi pendengaran atau auditory Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas, di mana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan sesuatu.

10

b. Halusinasi pengelihatan atau visual Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambaran atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi penghidu atau olfaktori Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau demensia. d. Halusinasi pengecapan atau gustatory Merasa mengecap rasa seperti darah, urine, feses atau lainnya. e. Halusinasi perabaan atau taktil Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. f. Halusinasi cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaa...


Similar Free PDFs