IDENTITAS DIRI DI JAMAN YANG TERUS BERUBAH DOCX

Title IDENTITAS DIRI DI JAMAN YANG TERUS BERUBAH
Author Wawan Setiadi
Pages 1
File Size 13.3 KB
File Type DOCX
Total Downloads 476
Total Views 815

Summary

IDENTITAS DIRI DI JAMAN YANG TERUS BERUBAH Jika Anda jeli membaca judul di atas, Anda akan bertanya, mengapa identitas harus dikonfrontasikan dengan jaman yang terus berubah. Jawabannya ada pada definisi tentang identitas. Dalam kamus Oxford karangan AS Hornby, identitas adalah “state of becoming id...


Description

IDENTITAS DIRI DI JAMAN YANG TERUS BERUBAH Jika Anda jeli membaca judul di atas, Anda akan bertanya, mengapa identitas harus dikonfrontasikan dengan jaman yang terus berubah. Jawabannya ada pada definisi tentang identitas. Dalam kamus Oxford karangan AS Hornby, identitas adalah "state of becoming identical." Menurut kamus online Oxford, identitas adalah "the characteristics determining who or what a person or thing is." Sedang menurut Merriam-Webster, identitas adalah "sameness of essential or generic character in different instances." Maka identitas bisa dikatakan sebagai kumpulan "status" atau "nilai" yang melekat manusia secara konstan. Maksudnya konstan adalah bahwa identitas ini seharusnya merupakan sesuatu yang tidak mudah untuk berubah. Bahkan diharapkan identitas tidak banyak berubah sepanjang hidup seseorang. Karena identitas ini akan menjadi alat bagi seseorang untuk mengenali rekannya. Bisa dibayangkan jika setiap kali berjumpa seseorang mengalami perubahan, maka ini akan mengganggu proses pengenalan. Namun kini manusia tiba di era perubahan secara eksponensial. Perubahan secara eksponensial maksudnya segalanya cepat berubah dan semakin lama semakin cepat berubah. Perubahan secara eksponensial ini banyak dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak perlu waktu lama untuk terjadinya pembaharuan teknologi. Di sisi lain, perubahan merupakan sesuatu yang tidak nyaman. Tidak banyak orang yang senang dengan perubahan. Tapi perubahan ini tidak bisa ditolak. Jika seseorang tidak mengikuti perubahan ia akan dianggap ketinggalan jaman. Celakanya, era kebudayaan saat ini, yang disebut sebagai post modern, menggiring orang untuk menjadi konsumen. Menjadi konsumen, artinya dia yang memiliki produk terbaru adalah pemenang. Padahal, "things are symbolic trapings of identities," di dalam produk ada kandungan identitas. Produk untuk masyarakat kelas atas biasanya berbeda dengan produk untuk masyarakat kelas bawah. "Warga" post modern yang baik, maksudnya mereka yang selalu memburu produk terkini, tentu akan setia dalam memburu produk-produk terbaru. Ketika siklus hidup produk memendek, yang ditandai dengan cepatnya trend berubah, maka akan ikut mempengaruhi identitas seseorang. (Ingat, "things are symbolic trapings of identities.") Jika perubahan identitas ini terjadi dalam sekala yang signifikan dan dalam frekuensi yang tinggi, maka akan terjadi krisis identitas pada diri orang tersebut. Alur gagasan ini menunjukkan bahwa krisis identitas pertama-tama bukan soal usia, tapi oleh hasrat orang untuk tunduk pada selera pasar, pada trend, atau tidak. Memang pada mereka yang masih muda, yang disebut sebagai generasi Z atau generasi milenial, yang tumbuh bersama jejaring sosial, "iklim" masyarakat cenderung membuat mereka untuk bersosialisasi, untuk lebih mendengarkan suara temannya. Namun banyak juga orang yang lebih dewasa yang dengan mudah menyerahkan harga dirinya pada selera pasar, pada trend. Dan efeknya adalah mirip, yaitu mengalami krisis identitas. Dan krisis identitas inilah yang menyebabkan ada banyak hal aneh, yang tidak sesuai dengan pakem manusia dewasa pada era 90-an dan sebelumnya. Perubahan memang sebuah kepastian. Dan perubahan juga semakin cepat terjadi. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita akan menyerah untuk terseret dalam arus perubahan selera pasar, ataukah tetap berjuang untuk mengkristalkan identitas diri. Wawan S SMA PL Sedayu...


Similar Free PDFs