INDUKTIF, DEDUKTIF, DAN ABDUKTIF PDF

Title INDUKTIF, DEDUKTIF, DAN ABDUKTIF
Pages 13
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 296
Total Views 352

Summary

INDUKTIF, DEDUKTIF, DAN ABDUKTIF MAKALAH Diajukan Kepada Program Magister (S2) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Oleh: AGUS SUYITNO NIM/No. Absen: 18204010005/05 PROGRAM MAGISTER FITK UNIVERS...


Description

Accelerat ing t he world's research.

INDUKTIF, DEDUKTIF, DAN ABDUKTIF agus suyitno Filsafat Ilmu

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Bernalar Ilmiah Kelompok 3 Rahadian Indart o Susilo

T UGAS 1 iqbal PAPER KONSEP DASAR BERFIKIR ILMIAH DENGAN PENALARAN DEDUKT IF INDUKT IF DAN… Ginanjar Dwi Praset yo MAKALAH PENALARAN BARAT siska yuliyani

INDUKTIF, DEDUKTIF, DAN ABDUKTIF

MAKALAH Diajukan Kepada Program Magister (S2) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh: AGUS SUYITNO NIM/No. Absen: 18204010005/05

PROGRAM MAGISTER FITK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018

INDUKTIF, DEDUKTIF, DAN ABDUKTIF

MAKALAH Diajukan Kepada Program Magister (S2) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh: AGUS SUYITNO NIM/No. Absen: 18204010005/05

PROGRAM MAGISTER FITK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 2 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3 A. Induktif ................................................................................................ 3 B. Deduktif............................................................................................... 4 C. Abduktif .............................................................................................. 5 BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8 A. Kesimpulan ......................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi atau yang sering dianggap suatu konsep paling dasar dalam logika.1 Selanjutnya Menurut Minto Rahayu Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap

1

Wikipedia, Penalaran, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran, pada tanggal 22 pukul 06:00

yang dibutuhkan dalam segala kondisi. Disisi lain menurut Sudarminta menyatakan kegiatan berpikir (dalam arti luas) memang lebih dari sekedar bernalar. Tetapi kegiatan pokok pikiran dalam mencari pengetahuan adalah penalaran. Maka, pikiran dan penalaran merupakan hal yang mendasari dan memungkinkan pengetahuan. Tanpa pikiran dan penalaran tak mungkin ada pengetahuan. Penalaran sendiri merupakan proses bagaimana pikiran menarik kesimpulan dari hal-hal yang sebelumnya telah diketahui.2 Karena begitu pentingnya pokok bahasan penalaran, maka dalam makalah ini penulis mencoba untuk membahas tentang metode/jenis-jenis penalaran tersebut, adapun yang menjadi fokus pembahasan adalah terkait penalaran induktif, deduktif, dan abduktif. B. Rumusan dan Tujuan masalah 1. Apa pengertian Induksi, Deduktif, dan Abduksi? 2. Bagaimana refleksi Induktif, deduktif, dan Abduktif dalam penarikan kesimpulan?

2

Nurita, Landasan Pokok Penalaran, di akses dari http://nurii-thaa.blogspot.com/2014/03/ landasanpokok-penalaran.pada tanggal 23 Oktober 2018 pukul 07:00

2

BAB II PEMBAHASAN

Penalaran adalah suatu proses berfikir yang menghasilkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang berdasarkan penalaran itu mempunyai bobot kebenaran, maka proses berfikir perlu dan harus dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu.3 Penarikan kesimpulan barulah dianggap benar/valid/shahih, apabila prosesnya dilakukan dengan cara tertentu tersebut. Cara tertentu tersebut disebut logika. Logika adalah pengkajian untuk berpikir secara shahih/valid/benar.4 Di dalam penalaran ilmiah terdapat 3 jenis cara/metode penarikan kesimpulan yaitu; Induksif, Deduktif, dan Abduktif. Dibawah ini adalah rincian tentang tiga jenis penalaran tersebut: A. Induktif Induktif atau Logika Induktif adalah penarikan kesimpulan dari kasuskasus individual nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang bersifat umum.5 Selain itu, Benyamin Molen menyatakan induksi adalah suatu penalaran yang bertitik tolak dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus atau tunggal, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum/general.6

3

Burhanuddin salam, Logika Formal_Filsafat Berpikir, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1988, Hlm. 72 Burhanuddin Salam, loc. cit 5 Burhanuddin Salam, loc. cit 6 Benyamin Molan, Logika_Ilmu dan Seni Berpikir Kritis_PT. Indeks, Jakarta, Cet. 2, 2014, Hlm. 114 4

3

Selanjutnya surojiyo dkk. Menyatakan bahwa induksi adalah proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal.7 Berdasarkan ketiga definisi tersebut di atas maka disimpulkan bahwa Induktif adalah suatu proses berfikir untuk menyatakan/menyimpulkan suatu kebenaran yang dilakukan berdasarkan pada titik tolak hal-hal yang bersifat ksusus, kemudian dari hal-hal yang bertitik tolak pada hal-hal yang khusus tersebut, kemudian ditarik suatu kesimpulan kebenaran yang sifatnya umum/universal. Adapun contoh bentuk penalaran induktif adalah : kerbau punya mata, anjing punya mata, kucing punya mata. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap hewan punya mata. Penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik. B. Deduktif Kalau induksi adalah suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum dari proposisi khusus, maka deduksi adalah mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah tercangkup di dalam suatu proposisi atau lebih. Dengan kata lain deduksi adalah suatu penalaran yang menyimpulkan hal yang khusus dari sejumlah proposisi yang umum.8

7 8

Surjiyo dkk., Dasar-dasar Logika, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. 3, 2008, Hlm. 60. Surajiyo, op. cit. hlm. 63

4

Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang berlawanan dengan penalaran induktif. Deduktif adalah penalaran atau cara berpikir yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.9 Kemudian dijelaskan bahwa untuk penarikan kesimpulan secara dedukif biasanya memakai pola pikir yang disebut syllogisme, dan sollygisme ini tersusun dari dua buah pernyataan (premise) dan sebuah kesimpulan (konklusi). Adapun contohnya sebagai berikut: Semua manusia akan mati (Premise 1), Nandia adalah manusia (Premise 2), Jadi nandia akan mati (Konklusi) Untuk itu disimpulkan bahwa; konklusinya benar, karena didukung pleh kedua premise yang juga benar. Dapat juga terjadi konklusi salah, meskipun kedua premisnya benar, apabila cara penarikan konklusi itu salah. Jadi kebenaran suatu kesimpulan tergantung kepada ketiga faktor tersebut di atas. C. Abduksi Menurut Donny Gahral Adian & Herdito menyatakan bahwa Abduksi adalah metode untuk memilih argumentasi terbaik dari sekian banyak argumentasi yang mungkin. Sebab itu abduksi sering disebut dengan sebagai

9

Burhanuddin Salam, op.cit. hlm. 75.

5

argumentasi menuju penjelasan terbaik.10 Selanjutnya dijelaskan bahwa ada empat guna mendapatkan argumentasi terbaik: 1. Kesederhanaan Sebisa mungkin pilih penjelasan yang tidak rumit, penjelasan yang memerlukan sedikit sekali klaim tentang apa yang ada. Penjelasan yang tidak bersandar perkara yang melampaui bukti-bukti yang tersedia. 2. Koherensi Sebisa mungkin, pilih penjelasan yang sesuai dengan apa yang diyakini para ahli tentang dunia. 3. Prediktabilitas Sebisa mungkin, pilih penjelasan yang paling banyak menghasilkan prediksi yang dapat disangkal atau diiyakan. 4. Komprehensi Sebisa mungkin pilih penjelasan yang paling lengkap dan meninggalkan sedikit sekali ketidakjelasan. Adapun sebagai contoh dari penalaran abduktif adalah sebagai berikut: Misalkan kita mengetahui bahwa seseorang yang bernama Sam selalu mengendarai mobilnya dengan sangat cepat jika sdang mabuk. Maka

10

Donny Gahral Adian&Herdito, Logika Terapan_Teknik Berargumentasi_Berfikir Sebagai

Kecakapan Hidup, Kencana, Jakarta, 2013, Hlm. 39.

6

pada saat kita melihat Sam mengendarai mobilnya dengan sangat cepat maka kita berkesimpulan bahwa Sam mabuk.11

11

Maruli DMK, Kumpulan Artikel, http://xerma.blogspot.com/2013/09/konsep-dasar-berfikirilmiah-dengan diakses pada tanggal 23 Oktober 2018 pukul 07:00

7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Metode

berpikir

pendekatan

ilmiah

adalah

penalaran

yang

menggabungkan cara berpikir deduktif dengan cara berpikir induktif, serta abduktif. Induktif adalah suatu proses berfikir untuk menyatakan/menyimpulkan suatu kebenaran yang dilakukan berdasarkan pada titik tolak hal-hal yang bersifat ksusus, kemudian dari hal-hal yang bertitik tolak pada hal-hal yang khusus tersebut, kemudian ditarik suatu kesimpulan kebenaran yang sifatnya umum/universal. Sedangkan deduktif penalaran atau cara berpikir yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus, selanjutnya abdukatif disimpulkan sebagai metode untuk memilih argumentasi terbaik dari sekian banyak argumentasi yang mungkin. Sebab itu abduksi sering disebut dengan sebagai argumentasi menuju penjelasan terbaik. Dalam pendekatan ilmiah, penalaran disertai dengan suatu hipotesis. Kemudian secara induktif, deduktif, maupun abduktif diuji untuk mengetahui apakah hasil pengujian mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang diajukan untuk membuat kesimpulan

8

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin Salam, 1988, Logika Formal_Filsafat Berpikir, Jakarta: Melton Putra. Benyamin Molan, 2014, Logika_Ilmu dan Seni Berpikir, Cetakan Kedua, Jakarta: PT. indeks Donny Gahral Adian&Herdito, 2013, Logika Terapan_Teknik Berargumentasi_ Berfikir Sebagai Kecakapan Hidup, Jakarta: Kencana Maruli DMK, Kumpulan Artikel, http://xerma.blogspot.com/2013/09/konsepdasar-berfikir-ilmiah-dengan Nurita,

Landasan

Pokok

Penalaran,

di

akses

dari

http://nurii-

thaa.blogspot.com/2014/03/ landasan-pokok-penalaran. Surajiyo dkk, 2008, Dasar-Dasar Logika, Cetakan Ketiga, Jakarta: Bumi Aksara Wikipedia, Penalaran, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran....


Similar Free PDFs