Industrial Location Theory [Teori Webber] PDF

Title Industrial Location Theory [Teori Webber]
Author Abi Syarwan Wimardana
Pages 34
File Size 3.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 112
Total Views 180

Summary

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan dan karunia-Nya. penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Dasar & Perkembangan teori lokasi klasik melalui pendekatan analisis berdasarkan teori webber (Industrial Location Theory). Makalah ini berisi tenta...


Description

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan dan karunia-Nya. penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Dasar & Perkembangan teori lokasi klasik

melalui pendekatan analisis berdasarkan teori webber (Industrial Location Theory). Makalah ini berisi tentang pembahasan analisis penentuan lokasi (interaksi keruangan) berdasarkan teori lokasi industri. Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Serta terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan, yaitu : 1. Bapak Arwi Yudhi Koswara, ST. MT. dan ibu Vely Kukinul Siswanto, ST. MT. MSc. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah. 2. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas laporan presentasi kelompok ini. Tak lupa juga kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam terselesaikannya makalah ini yang tidah dapat saya sebutkan satu persatu. Penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya. Demikian makalah Analisis Lokasi dan Keruangan ini yang kiranya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan masukan informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Kritik dan saran sangat kami butuhkan demi tercipta yang lebih baik. Jika terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami sebagai penyusun memohon maaf yang sebesarbesarnya.

Surabaya, Februari 2016

Tim Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ............................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii BAB I ............................................................................................................................1 PENDAHULUAN ..............................................................................................................1 1.1

LATAR BELAKANG .............................................................................................1

1.2

RUMUSAN MASALAH .........................................................................................1

1.4

SISTEMATIKAN PENULISAN ...............................................................................2

BAB II ...........................................................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................3 2.1

DEFINISI TEORI WEBBER (INDUSTRIAL LOCATION THEORY) ..............................3

2.2

MODEL INDUSTRIAL LOCATION THEORY ...........................................................4

2.3

PERKEMBANGAN INDUSTRIAL LOCATION THEORY..............................................7

BAB III..........................................................................................................................9 PEMBAHASAN (STUDY CASE) ..........................................................................................9 3.1

STUDI LOKASI ..................................................................................................9

3.2

PEMBAHASAN ................................................................................................. 10

3.3

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN........................................................................ 14

3.3.1

KEKURANGAN .......................................................................................... 14

3.3.2

KELEBIHAN .............................................................................................. 15

BAB IV ........................................................................................................................ 16 KESIMPULAN ............................................................................................................... 16 4.1

KESIMPULAN & SARAN .................................................................................... 16

4.2

LESSON LEARNED ........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18 LAMPIRAN ............................................................................................................... 19

ii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Luas Penen & Jumlah produksi Jagung Sumatera Selatan ................................... 11 Tabel 2. Luas Panen & Produksi Jagung di Sumatera Selatan ........................................... 13 Tabel 3. Jarak Antar Ibu Kota Provinsi ........................................................................... 14

DAFTAR GAMBAR Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar

2.1 Pola Isotim dan Isodapane dalam Teori webber ..............................................4 2.2 Konsep Teori Webber ,yaitu Triangle Theory ..................................................5 2.3 Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industry ..........................................6 2.4 Asumsi Lokasi Industri Model Kurva 1 ............................................................7 2.5 Asumsi Lokasi Industri Model Kurva 2 ............................................................8 2.6 Asumsi Lokasi Industri Model Kurva 3 ............................................................8 4.1 Gambaran Umum Kawasan Lokasi Industri Kabupaten Musi Banyuasin .............9 4.2 Simulasi Konsep Agrondustri PT.Wina Pohan Sumatera Selatan ...................... 12

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1

LATAR BELAKANG Penentuan lokasi pada umumnya berlandaskan pada ruang, tanpa ruang maka tidak

ada lokasi. Yang dimaskud denga ruang adalah permukaan bumi yang ada di atasnya maupun yang ada di bawah. Lokasi menggambarkan detail dari posisi ruang tersebut (berupa bujur dan lintang). Studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan satu kegiatan dengan kegiatan lain

dan

apa

dampaknya

atas

kegiatan

masing-masing

karena

lokasi

yang

berdekatan/berjauhan tersebut. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta pengaruhnya terhadap kegiaatan, baik yang bersifat ekonomi atau sosial. Dalam dunia nyata, kondisi dan potensi setiap daerah berbeda dan memengaruhi kondisi dari penentuan lokasi. Analisis lokasi dapat dikembangkan untuk mengetahui bagaimana suatu lokasi yang memiliki potensi terhadap batas wilayah pengaruhnya. Analisis dan teori yang berkaitan lokasi tidak terlalu berkembang, namun keberadaanya sudah ada sejak abad ke-19. (Tarigan, 2005) Teori Lokasi membahas pertanyaan penting tentang Siapa (Perusahaan, Individu, Pemerintah) yang memproduksi barang atau jasa tertentu pada Lokasi yang mana, dan Mengapa memilih lokasi tersebut. Serta banyak kebijakan pemerintah yang melibatkan upaya untuk mengalihkan/mengarahkan kegiatan produksi, yang pertama harus diteliti adalah dasar keputusan-keputusan lokasi awal untuk memahami dampak insentif yang dapat mengubah pola lokasi. Adapun perkembangan dasar-dasar teori yang berlandasan penentuan lokasi yang berdasarkan jenis kegiatan. Salah satunya teori-teori klasik menurut Alfred Webber tahun 1929 terkait terori lokasi ndustri yang dijelaskan bahwa pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja, dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. 1.2

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan bagaimana sebuah teori lokasi bisa

ada sehingga menciptakan teori-teori yang lain. Salah satunya yaitu penentuan lokasi menurut para ahli. Rumusan masalah pada makalah ini kedepannya mengedepankan pada apa saja

1

yang ada pada teori Industrial Loacation Theory yang dikemukakan oleh Alfred Webber. Dimana akan dijelaskan bagaimana saja bentuk dari teori lokasi industri, dan apa saja kelebihan dan kelemahan dari teori ini. Melalui studi kasus yang telah ada. 1.3

TUJUAN & SASARAN PENULISAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui landasan teori serta

implikasi penggunaan analisis lokasi berdasarkan Teori Weber (Industrial Loacation Theory) melalui pembahasan terhadap studi kasus. Dari tujuan ini didapatkan sasaran sebagai berikut :

1) Penjelasan pengertian teori analisis lokasi berdasarkan Teori Weber (Industrial Location Theory). 2) Memberikan pembahasan terkait aplikasi analisis lokasi berdasarkan Teori Weber (Industrial Loacation Theory) melalui studi kasus. 3) Memperoleh pemahaman terkait teori analisis lokasi berdasarkan Teori Weber

(Industrial Location Theory). 1.4

SISTEMATIKAN PENULISAN Penulisan makalah ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang, manfaat & tujuan penulisan, rumusan masalah serta sistematika penulisan dalam penyusunan makalah analisis lokasi berdasarkan Teori Weber (Industrial Loacation Theory). BAB II Tinjauan Pustaka Landasan Teori Weber Bab ini berisikan tinjauan pustaka mengenai landasan teori yang digunakan atau dijadikan acuan dalam melakukan analisa lokasi berdasarkan teori. Tinjauan pustaka pada penelitian ini menyangkut teori dan konsep mengenai analisis lokasi berdasarkan Teori Weber (Industrial Loacation Theory). BAB III Pembahasan Aplikasi Teori Weber (Studi Kasus) Pada bab ini berisikan pembahasan mengenai implikasi analisis lokasi berdasarkan Teori Weber (Industrial Loacation Theory) berdasarkan studi kasus yang ada. BAB IV Penutup Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisa serta lesson learned terhadap analisis lokasi berdasarkan Teori Weber (Industrial Loacation

Theory).

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

DEFINISI TEORI WEBBER (INDUSTRIAL LOCATION THEORY) Alfred Weber merupakan seorang ekonom Jerman yang juga menjadi pengajar di

Universitas Praha pada tahun 1907. Kemudian pada tahun 1907-1933 ia juga mengajar di Universitas Heidelberg (Jerman). Weber memiliki teori yang berkaitan dengan least cost location. Teori tersebut menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan di tempat yang menyebutkan bahwa lokasi industri sebaiknya diletakkan ditempat yang memiliki biaya yang memiliki sewa lahan paling minimal. Tempat yang memiliki total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimal dan cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimal. Weber mengemukakan enam teori sebagai berikut : 1) Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya. 2) Sumber daya dan bahan mentah. Tidak semua jenis sumber daya alam terdapat disetiap tempat. 3) Upah tenaga kerja. Ada upah yang baku yang telah ditetapkan sehingga jumlahnya sama di setiap tempat, tetapi ada pula upah yang merupakan hasil persaingan antar penduduk. 4) Terdapat hanya satu jenos alat transportasi serta ketergantungan terhadap biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi tergantung pada massa bahan baku serta jarak dari asal bahan baku ke lokasi pabrik. 5) Terdapat kompetisi antarindustri. Setiap industri pasti melakukan persaingan untuk memperoleh pasar dan keuntungan yang lebih besar. 6) Manusia selalu berfikir rasional untuk pengembangan industri.

Dengan mengguanakan asumsi diatas maka biaya transportasi akan tergantung pada bobot barang dan jarak pengangkutan. Pada prinsipnya yang harus diketahui adalah unit yang merupakan hubungan fungsional dengan biaya serta jarak yang harus ditempuh dalam pengangkutan itu memiliki biaya yang sama. Disini dapat diasumsikan bahwa harga satuan angkutan kemana-mana sama, sehingga perbedaan biaya angkutan hanya disebabkan oleh bobot barang dan jarak yang ditempuh. Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah segitiga lokasional (locational triangle), yang didasarkan pada asumsi :

1) Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.

3

2) Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas. 3) Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat. 4) Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang mobilitasnya tinggi. Dalam menentukan lokasi industri, terdapat tiga faktor penentu, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan dampak aglomerasi dan deaglomerasi. Biaya transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat barang, sehingga titik terendah biaya transportasi menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi akan bertambah secara proporsional dengan jarak. titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku (input) dan distribusi hasil produksi. 2.2

MODEL INDUSTRIAL LOCATION THEORY Dalam teori penentuan lokasi industri yang dikemukakan oleh alfred webber.

Dijelaskan ada konsep isotim (kurva garis biaya transportasi) dan isodapane (kurva garis kenaikan biaya transportasi). Isotim

Isodapane

Gambar 2.1 Pola Isotim dan Isodapane dalam Teori webber Sumber : Diktat Analisa Lokasi & Keruangan ,2013 Asumsi konsep isotim dan isodapane dalam penentuan lokasi indutri oleh Alfred webber sebagai berikut : 1) Sebuah isotim, yang merupakan garis biaya transportasi yang sama untuk setiap produk atau materi. 2) Isodapane yang merupakan garis biaya transportasi total. Isodapane ini ditemukan dengan menambahkan semua isotims di lokasi.

4

3) Dari pengertian keduanya maka konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin dekat lokasi industri terhadap bahan baku maka semakin kecil biaya transportasi yang dikeluarkan, sedangkan jika semakin jauh lokasi industri dari bahan baku dan semakin dekat dengan pasar maka biaya transportasi yang dikeluarkan semakin besar. Hal tersebut disebabkan teori ini diterapkan pada produk industri yang memiliki daya tahan bahan baku minim. Dalam model konsep industrial location theory menurut webber ini dijelaskan dengan menggunakan segitiga lokasional, di mana lokasi optimum (p) adalah keseimbangan antara kekuatan yang ditimbulkan oleh sumber bahan baku (input 1 dan input 2) dan titik pasar (market). Untuk mengetahui apakah lokasi optimum lebih dekat ke sumber input atau pasar, digunakan index bahan, yaitu perbandingan berat input bahan lokal dengan berat produk akhir.

Market

P Input

Input

Gambar 2.2 Konsep Teori Webber ,yaitu Triangle Theory Sumber : Diktat Analisa Lokasi & Keruangan, 2013 Perhitungan indeks bahan baku (IB)

IB = Bobot bahan baku local / Bobot produk akhir

5

Keterangan:

 IB > 1, perusahaan akan berlokasi dekat ke bahan baku,  IB < 1, perusahaan akan berlokasi dekat ke pasar

Menurut asumsi teori Weber dalam penentuan lokasi industry djelaskan bahwa : 1) Unit studi terisolasi, homogen, konsumen terpusat di titik tertentu, semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas (persaingan sempurna). 2) Sumber daya alam: air, pasir, lempung, tersedia di mana-mana (ubiquitous) 3) Bahan lainnya seperti mineral dan biji besi tersedia terbatas pada sejumlah tempat (sporadis) 4) Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, mengelompok pada beberapa lokasi dan mobilitasnya terbatas.

(A)

(B)

(C)

Gambar 2.3 Segitiga Weber dalam menentukan lokasi industry Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2000 Keterangan: M = pasar P = lokasi biaya terendah. R1, R2 = bahan baku Gambar : (a) : apabila biaya angkut hanya didasarkan pada jarak. (b) : apabila biaya angkut bahan baku lebih mahal dari pada hasil industri. (c) : apabila biaya angkut bahan baku lebih murah dari pada hasil industri.

6

2.3

PERKEMBANGAN INDUSTRIAL LOCATION THEORY

Perkembangan Industrial location theory berdasarkan kelaziman yg terjadi :

 Berlaku umum dan praktis untuk setiap kegiatan industri (biaya transport, biaya tenaga kerja, biaya lahan, etc.)

 Berlaku khusus dan hanya terjadi pada kegiatan tertentu pada bobot (bahan mentah dan produk mudah busuk, kelembaban udara, aliran air) Perkembangan Industrial location theory berdasarkan pengaruh ruang :

 Faktor regional dimana industri tertarik pada aspek geografis tertentu, jaringan utama orientasi industri (ketersediaan lahan, simpul transportasi, tempat bongkar-muat, pelabuhan). Faktor regional yang murni ekonomi adalah harga bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya transport.

 Faktor aglomerasi/deglomerasi dimana dalam jaringan utamanya tidak tergantung pada orientasi geografis, antar industri saling terkait atau saling berjauhan (menekan harga melalui produksi massal, penggunaan mesin yg lebih baik (internal faktor), ketersediaan bantuan (eksternal faktor). Perkembangan Industrial location theory berdasarkan sifat dan keadaan :

 Faktor alamiah dan teknis: posisi dan iklim, tingkat upah (umur), kualitas tenaga kerja

 Faktor sosial budaya: tingkat suku bunga, tingkat pendidikan, tingkat kinerja.

Gambar 2.4 Asumsi Lokasi Industri Model Kurva 1 Sumber : Diktat Analisa Lokasi & Keruangan, 2016 Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bila biaya transportasi dari bahan baku ke industri dan biaya transportasi dari industri ke pasar sama, maka lokasi industri dapat diletakkan di dekat bahan baku atau dekat pasar atau dimana saja antara lokasi bahan baku dan pasar. Maka dari itu semua lokasi dapat dipilih tanpa meningkatkan biaya transportasi.

7

Gambar 2.5 Asumsi Lokasi Industri Model Kurva 2 Sumber : Diktat Analisa Lokasi & Keruangan, 2016 Pada Gambar 2.5 dapat dilihat bila biaya transportasi dari bahan baku ke industri lebih mahal daripada biaya transportasi dari industri ke pasar, Maka lokasi industri dapat diasumsi diiletakkan di dekat bahan baku untuk meminimalkan biaya transportasi sehingga mendapat keuntungan maksimal.

Gambar 2.6 Asumsi Lokasi Industri Model Kurva 3 Sumber : Diktat Analisa Lokasi & Keruangan, 2016 Pada Gambar 2.6 dapat dilihat bila biaya transportasi dari bahan baku ke industri lebih murah daripada biaya transportasi dari industri ke pasar, maka lokasi industri dapat

diletakkan di dekat pasar untuk meminimalkan biaya transportasi

sehingga mendapat keuntungan maksimal.

8

BAB III PEMBAHASAN (STUDY CASE) 3.1

STUDI LOKASI Pelaksanaan pembangunan tidak hanya untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi,

akan tetapi pembangunan juga harus dapat dilihat melalui percepatan perluasan p...


Similar Free PDFs