Isi Laporan PKL III Pembenihan Ikan Nila Nirwana PDF

Title Isi Laporan PKL III Pembenihan Ikan Nila Nirwana
Author Ace Doni
Pages 30
File Size 1.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 258
Total Views 583

Summary

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar (Isnawati, 2015). Harga ikan nila saat ini dapat mencapai Rp 40.000,00 sampai Rp. 50.000,00 per kg, tergantung dari ukuran ikan. Harga ikan nila ...


Description

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Ikan nila adalah ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan

komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar (Isnawati, 2015). Harga ikan nila saat ini dapat mencapai Rp 40.000,00 sampai Rp. 50.000,00 per kg, tergantung dari ukuran ikan. Harga ikan nila yang tinggi membuat ikan nila banyak digemari masyarakat untuk dibudidayakan sehingga produksi ikan nila dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Data produksi ikan nila tingkat Nasional pada tahun 2016 tercatat sebesar 1,114,156 ton, dan naik menjadi 1,280,099 ton pada tahun 2017 (Sidatik KKP, 2017). Ikan nila termasuk ke dalam jenis Tilapia yang mengerami telur dan larva dalam mulut induk betina. Ada beberapa jenis ikan nila yang ada di Indonesia diantarannya ikan nila Srikandi, ikan nila BEST, ikan nila Gesit, ikan nila Larasati dan ikan nila Jatimbulan. Ikan nila ras wanayasa dikembangkan Satuan Pelayanan Konservasi Perairan Daerah (SPKPD) wanayasa bekerjasama dengan IPB, BPPT, dan BBPBAT Sukabumi. Strain ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila GIFT G-6, nila GET, nila Kenya dan nila Genomar. (SPKPD Wanayasa, 2019). Saat ini ikan nila Nirwana banyak di budidayakan oleh petani ikan di Indonesia, karena ikan nila Nirwana mempunyai keunggulan dapat tumbuh cepat di perairan tawar (Sunarya, 2018). Ikan nila mempunyai sifat biologis diantaranya tumbuh cepat dan pemakan segala bahan makanan (omnivora), daya adaptasinya luas, toleransinya tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan, dan lebih tahan terhadap serangan penyakit (Rahmatia, 2018). Satuan

Pelayanan

Konservasi Perairan

Daerah

(SPKPD) Wanayasa

Purwakarta merupakan bagian dari Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara (CDKPWU) dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. SPKPD Wanayasa ini memiliki salah satu komoditas yang unggul untuk dibudidayakan oleh para petani yaitu ikan nila Nirwana. Kegiatan pembenihan ikan nila Nirwana meliputi persiapan kolam induk, seleksi induk, pemijahan induk, penetasan telur, pemanenan larva, monitroring kualitas air, manajemen pakan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pemasaran.

1.2 Tujuan Tujuan Umum Untuk mengetahui kegiatan yang ada di Satuan Pelayanan Konservasi Perairan Daeran (SPKPD) Wanayasa, Purwakarta serta mempelajari sistem

8

pembenihan ikan nila Nirwana (Oreochromis niloticus) dan mengetahui secara langsung di lapangannya. Tujuan Khusus Sebagai syarat mengikuti perkuliahan di Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran, menjadikan taruna/i yang berkopetensi di bidang budidaya perikanan dan sebagai bekal ilmu untuk nantinya di dunia kerja.

1.3

Manfaat Taruna/i dapat mengetahui dan dapat menguraikan tentang pembenihan ikan

nila Nirwana (Oreochromis niloticus), serta memahami upaya-upaya dalam budidaya pembenihan, guna meningkatkan hasil benih ikan nila Nirwana yang unggul dan mampu mengimplementasikan sedikit banyak teori yang didapatkan di kampus dan dapat diterapkan di lapangan.

9

BAB II KEADAAN UMUM LOKASI 2.1

Sejarah Satuan Pelayanan Konservasi Perairan Daerah (SPKPD) Wanayasa Purwakarta SPKPD Wanayasa pertama didirikan pada tahun 1980 dengan nama Balai

Benih Ikan (BBI), pada tahun 1982 berganti nama menjadi Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) melalui Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 15 Tahun 1982, pada tahun 2009 berganti nama menjadi Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT) melalui Peraturan Gubernur Nomor 113, pada tahun 2014 berganti nama menjadi Balai Pengembangan Benih Ikan Nila dan Mas (BPBINM) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2014, tahun 2017 berganti nama menjadi Balai Pengembangan dan Pemacuan Stok Ikan Nila dan Mas (BPPSINM) dan pada tahun 2018 berganti nama kembali menjadi Satuan Pelayanan Konservasi Perairan Daerah SPKPD Wanayasa, yang merupakan sub unit dari Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara.

Gambar 1. SPKPD Wanayasa

2.2

Letak Geografis Satuan Pelayanan Konservasi Perairan Daerah (SPKPD) Wanayasa Purwakarta SPKPD Wanayasa terletak di Jalan Cipulus RT.06, RW.03, Desa Nagrog,

Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. SPKPD Wanayasa terletak pada kordinat 6°41’48.09”LS dan 107°32’29.58”LT. Memiliki ketinggian permukaan tanah 600 mdpl dengan suhu yang sejuk kisaran 20-280C.

10

Gambar 2. Peta Lokasi SPKPD Wanayasa Lokasi SPKPD Wanayasa berdekatan dengan Kabupaten Subang dan Bandung Barat. Batas wilayah lokasi berbatasan dengan Desa Raharja di utara, Desa Sakambang di selatan, Desa Cibuntu di timur dan Desa Nangerang di barat. Luas total lahan yang dimiliki SPKPD Wanayasa yaitu 5.89 ha dengan luas perkolaman 21 723.1 m2. SPKPD Wanayasa dibagi menjadi 3 wilayah kerja, Blok A bagian pemuliaan ikan, blok B bagian produksi dan distribusi, serta blok C bagian pembenihan dan pembesaran.

2.3

Tugas dan Fungsi Sebagai Sub unit dari Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara

dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, SPKPD Wanayasa memiliki tugas yaitu melaksanakan sebagai urusan pemerintahan dibidang kelautan yang

menjadi

kewenangan

daerah

provinsi

diwilayah

kerjanya,

meliputi

pendayagunaan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil serta konservasi dan keanekaragaman hayati. Fungsi SPKPD Wanayasa meliputi: penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan kebijakan dan program Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara; penyelenggaraan koordinasi dan pelaksanaan administrasi Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara, meliputi pendayagunaan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil serta konservasi dan keanekaragaman hayati; penyelenggaraan koordinasi dan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara; serta penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

11

2.4

Visi dan Misi Sebagai Sub unit dari Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara

dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Barat, SPKPD Wanayasa memiliki Visi dan Misi yaitu “Masyarakat Kelautan dan Perikanan Jawa Barat yang Maju dan Sejahtera” Misi yang dimiliki SPKPD Wanayasa, meliputi: meningkatkan pendayagunaan pesisir laut dan pulau-pulau keci di Jawa Barat; meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap konservasi dan pelestarian sumber daya kelautan; menunjang ketersediaan benih dan induk unggul ikan patin, lele, nila dan mas di Jawa Barat sebagai bahan konservasi dan pelestarian; serta memperluas akses produktifitas wilayah utara pesisir laut dan pulau-pulau kecil agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di Jawa Barat. 2.5

Struktur Organisasi Sebagai Sub unit dari Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Wilayah Utara

dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, SPKPD Wanayasa memiliki struktur organisasi yang meliputi kepala balai, kepala sub bagian tata usaha, jabatan fungsional, kepala seksi dan sub unit (Gambar 3).

Kepala CDKPWU Dede Hermawan, S.Pi. M.Si

Jabatan Fungsional -

Kepala Sub Bag Tata Usaha H. Karnaen , S.IP

Kepala Seksi Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Sitti Hamdiyah, S.Pi, M.Si

Kepala Seksi Pendayagunaan Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil H. Khairuman SP

SPKPD Wanayasa, Jatisari dan Pametakan Gambar 3. Struktur Organisasi SPKPD Wanayasa

12

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1

Klasifikasi Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus) Upaya perbaikan mutu genetik ikan nila Nirwana terus dilakukan, dari setiap

generasi. Pada generasi ke 9 sebagai kandidat nila Nirwana III dilakukan penambahan sumber genetik baru (Introgressi) yaitu nila Kenya dan nila Genomer. Induk awal yang digunakan untuk seleksi ikan nila Nirwana III berasal dari induk ikan nila Nirwana II. Generasi ke-7 dihasilkan 33 famili, generasi ke-8 dihasilkan dari 32 famili, sedangkan dalam perakitan Nirwana III (Generasi ke-9) dihasilkan dari 50 famili. Berikut merupakan klasifikasi ikan nila Nirwana: Filum

: Chordata

Kelas

: Osteichtyes/Pisces

Suku

: Perciformes

Famili

: Cichlidae

Jenis

: Prepchormis

Spesies

: Oreochromis niloticus Bleeker

Nama Latin

: Tilapia/Nile Tilapia

Nama Dagang

: Ikan Nila Nirwana

Nama Indonesia

: Ikan Nila Nirwana

Gambar 4. Ikan nila Nirwana (Oreochromis niloticus)

3.2

Morfologi Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus) Ikan nila (Oreochromis niloticus), mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih,

punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila dapat hidup diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), sirip tiga anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat

13

juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat (Kusumaningsih, 2017). Ikan nila Nirwana memiliki bagian tubuh bulat dan kepala relatif kecil. Umur ikan nila Nirwana untuk matang mencapai 6-8 bulan dengan panjang total ikan nila Nirwana jantan 16-25 cm, sedangkan untuk ikan nila Nirwana betina total panjang 14-20 cm. Bobot tubuh ikan nila Nirwana jantan 350-500 g, untuk ikan nila betina mencapai bobot tubuh 250-400 g. Pada ikan nila Nirwana betina telur yang dapat dihasilkan 1.000-2.000 butir dengan diameter telur 2,5-3,1 mm.

3.3

Habitat Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus) Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,

terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 ° C (Kusumaningsih, 2017). Air yang ada di kolam-kolam SPKPD Wanayasa memiliki nilai keasaman (pH) untuk ikan nila Nirwana berkisaran 7, sedangkan untuk suhu air berkisaran 28°C. Setelah dilakukan pengukuran, kualitas air yang ada di kolam tersebut sudah memasuki nilai optimal yaitu suhu 25-32 dan pH 6,5-8,5 (SNI 7550:2009).

3.4 Kriteria Induk Jantan dan Betina Ikan Nila Nirwana (Oreochromis Niloticus) Menurut Triyanto (2016), Perbedaan dan ciri-ciri ikan nila jantan dan betina adalah sebagai berikut : 1. Ikan nila Jantan 

Alat kelamin berupa tonjolan (papilla) dibelakang lubang anus. Pada tonjolan ini terdapat satu lubang untuk mengeluarkan sperma dan urine



Warna badan lebih cerah



Warna sirip memerah terutama pada saat matang gonad dan menjadi lebih galak terhadap ikan jantan yang lain

14

2. Ikan nila betina 

Alat kelamin yang berupa tonjolan dibelakang anus. Pada tonjolan tersebut terdapat 2 lubang



Warna badan agak pucat



Bagian tepi siriptidak berubah warna dan gerakannya lambat

Untuk membedakan induk ikan nila Nirwana jantan dan betina perlu mengetahui ciri-ciri induk ikan nila jantan dan betina. Berikut ciri-ciri induk ikan nila Nirwana jantan dan betina : 1. Ciri-Ciri Induk ikan nila Nirwana Jantan  Bentuk tubuh relatif besar  Alat

kelamin

berbentuk

papila

menonjol

sedikit

berwarna

kemerahan, diurut mengeluarkan sperma  Rahang lebih kecil  Bagian sirip berwarna merah cerah  Bagian perut ramping  Warna bagus dan mengkilap (cerah) 2. Ciri-Ciri Induk ikan nila Nirwana Betina 

Bentuk tubuh relative lebih kecil



Genital membulat berwarna merah, diurut mengeluarkan telur ukuran seragam berwarna kuning tua

3.5



Rahang lebih besar



Bagian sirip berwarna hitam



Bagian perut membuncit



Warna agak pudar (tidak terlalu menarik)

Manajemen Pakan Induk Pakan yang dimakan ikan berasal alam (disebut pakan alami) dan dari buatan

manusia (disebut pakan buatan). Dalam praktiknya, pakan alami sudah terdapat secara alami dalam perairan kolam tempat pemeliharan ikan. Pakan alami sangat bagus diberikan pada ikan yang masih dalam stadia benih. Sedangkan pakan buatan diramu dari beberapa bahan baku yang memiliki kandungan nutrisi spesifik. Bahan baku diolah secara sederhana atau diolah 7 di pabrik secara masal dan menghasilkan pakan buatan berbentuk pellet, tepung, remeh atau crumble dan (Kusumaningsih, 2017).

15

pasta

Pemberian pakan untuk induk ikan nila Nirwana di SPKPD Wanayasa jenis pakan yang digunakan adalah jenis pakan pelet terapung, frekuensi pemberian 2 kali sehari dengan FR 2-3% dari total bobot biomassa induk, jumlah pakan dalam 1 hari 4 kg/kolam. Kandungan nutrisi pada pakan induk ikan nila Nirwana merk sinta SNA3 kadar air maks 12%, protein min 32%, lemak min 5%, serat kasar maks 6% dan abu maks 12%.

3.6

Pemijahan Perkawinan nila akan dilakukan secara massal yaitu disatukan dalam kolam

yang sama dengan perbandingan 1:3 kepadatan kolam pemijahan sebaiknya 1 ekor/m2. Pemijahan akan berlangsung di dasar kolam, lebih sering dalam kubangan atau cekungan, jika terjadi kecocokan, telur dari induk betina induk betina akan dibuahi oleh ikan jantan. Kemudian telur tersebut akan dierami dalam mulut induk betina. Saat proses pengeraman telur berjalan, induk betina biasanya tidak membutuhkan pakan (berpuasa). Jadi, seharusnya suplai pakan dikurangi setenganya. Ini bertujuan supaya mengurangi ongkos produksi juga mencegah pembudukan sisa pakan di dasar kolam. Proses pengeraman biasanya berlangsung sekitar satu minggu (Seputar, 2018). Setelah 7 hari biasanya telur-telur dierami didalam mulut indukan betina akan menetas menjadi larva. Sebaiknya saat melakukan persiapan kolam diberikan pupuk dasar supaya pakan alami akan tumbuh didalam kolam. Pakan alami tersebut berguna sebagai pakan larva ikan nila yang baru menetas. Induk betina akan mengeluarkan larva dari mulutnya secara serempak jika ia merasa didalam kolam banyak tersedia pakan alami untuk anak-anaknya. Larva ikan nila yang sudah menetas dan sudah dikeluarkan dari mulut induk betina segera dipindahkan ke kolam pemeliharaan larva. Larva dipindahkan kekolam pemeliharaan larva setelah berumur 5 sampai 7 hari setelah menetas.

3.7

Pemanenan Larva Kegiatan panen merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan produksi

pembenihan ikan nila Nirwana di SPKPD Wanayasa. Kegiatan pemanenan diawali dengan persiapan alat-alat panen, dimana alat-alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan benih ikan Nirwana yaitu hapa dengan ukuran 6 m x 4 m x 1 m , ember, seser, alat tangkap benih (anco) dan saringan pipa paralon. Hapa digunakan untuk penampungan sementara benih ikan sebelum benih ikan didederkan kembali atau di jual, ember digunakan untuk mengangkut ikan, seser dan anco digunakan untuk

16

menangkap benih ikan dan saringan pipa paralon digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agar benih ikan tidak terbawa arus.

3.8

Pendederan Larva ikan nila yang telah menetas, sebaiknya dibesarkan di tempat khusus.

Pemindahan dilakukan setelah larva berumur 5-7 hari. Kolam pemeliharaan larva bisa berupa kolam tembok, akuarium, kontainer plastik atau hapa. Padat tebar untuk pemeliharaan larva 50-200 ekor/m2, tergantung jenis kolamnya. Berikan pakan berprotein tinggi berbentuk tepung halus berukuran 0,2-0,5 mm. Frekuensi pemberian pakan 4-5 kali sehari, setiap kalinya sebanyak 1 sendok teh pakan berbentuk tepung (Seputar, 2018). Pendederan ikan nila Nirwana hal yang perlu dilakukan yaitu persiapan kolam pendederan dengan dilakukan persiapan kolam pendederan guna mengevaluasi kelayakan kolam untuk digunakan, kolam yang digunakan pada proses pendederan di SPKPD Wanayasa yaitu kolam C22 dengan konstruksi kolam beton dan kolam HDPE dengan luas kolam pendederan yaitu 1085.818 m. Tahapan persiapan kolam pada kegiatan pendederan yaitu perbaikan kamalir/perbaikan kolam, pengeringan kolam, pemupukan, pengapuran dan pengisian air. 3.9

Pemberian Pakan Benih Pemberian pakan alternatif atau tambahan dilakukan pada benih ikan nila yang

berumur setelah 1 bulan dari larva. Pasalnya, kalau ikannya masih kecil belum mampu memakannya. Cara pemberiannya, cukup disebarkan di atas permukaan kolam untuk dibiarkan dimakan oleh benih ikan nila. Pemberian pakan tambahan selain bertujuan untuk menghemat biaya pakan, juga untuk menggenjot pertumbuhan ikan nila. Pengelolaan pakan sangat penting dalam budidaya ikan nila. Biaya pakan merupakan komponen biaya paling besar dalam budidaya ikan nila (Seputar, 2018). Kegiatan pemberian pakan pada tahap pendederan dilakukan dengan kandungan pakan yang diberikan pada tahap pendederan di SPKPD Wanayasa dengan pakan merk Tunas Prima Tepung TP-0 dengan jenis pakan terapung dengan kandungan protein 40% pada pendederan II pakan yang diberikan berbentuk pakan merk unas Prima Tepung TP-80 dengan kandungan protein 40%, dan pada pendederan III pakan yang diberikan adalah pakan merk Tunas Prima Tepung TP-18 dengan jenis pakan terapung dengan kandungan protein 40%. Pada tahap pemberian pakan dengan disebar luas ke seluruh kolam.

17

3.10 Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang memangsa ikan nila tidak jauh berbeda dengan hama ikan air tawar tawar lainnya. Menurut Redaksi Alam Tani (2019), beberapa hama ikan nila yang paling sering dijumpai dan mempunyai efek mematikan diantaranya: a. Notonecta Masyarakat Jawa Barat menyebutnya bebeasan (menyerupai beras) karena terdapat bintik putih seperti beras. Hama ini menyerang benih ikan yang masih kecil. Upaya pencegahannya cukup sulit. Bila jumlahnya sudah terlalu banyak, hama ini bisa diberantas dengan menyiramkan minyak tanah pada kolam. Jumlah minyak tanah yang diperlukan 5 liter tiap 1000 m2 luas kolam. Cara ini cukup efektif menekan populasi notonecta. b. Larva cybister Hama ini dikenal dengan nama ucrit, lebih mematikan dibanding notonecta. Warnanya kehijauan dan dapat bergerak dengan cepat. Bagian depan terdapat taring untuk menjepit mangsa, sedangkan di bagian belakangnya terdapat sengatan. Ucrit biasanya menyerang benih ikan. Ucrit menyukai lingkungan kolam yang banyak mengandung material organik. Untuk mencegahnya, bersihkan kolam secara rutin dari gulma dan sampah organik. Bila sudah dewasa akan bermetamorfosis menjadi kumbang yang bisa meloncat antar kolam. Bahan kimia yang mematikan bagi ucrit, akan mematikan juga bagi benih ikan nila. Oleh karena itu, hama ucrit hanya dianjurkan untuk diberantas secara mekanis dan mengefektifkan pencegahan. Berikut ini beberapa penyakit ikan nila dari jenis penyakit infeksi yang sering dijumpai: a. Trichodina sp. Jenis mikroorganisme yang menjadi parasit pada ikan air tawar maupun ikan air laut. Parasit ini biasanya menyerang bagian luar seperti kulit, sirip dan insang. Tandanya terlihat luka...


Similar Free PDFs