Islam di Asia Tenggara.pdf PDF

Title Islam di Asia Tenggara.pdf
Author Agus Kusman
Pages 17
File Size 771.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 308
Total Views 523

Summary

ISLAM DI ASIA TENGGARA Agus Kusman [email protected] Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pendahuluan Asia Tenggara merupakan kawasan yang cukup luas dan cukup berpengaruh di kancah dunia. Asia Tenggara dipilah dalam dua kelompok yakni Asia Tenggara Daratan yaitu Kamboja, La...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Islam di Asia Tenggara.pdf Agus Kusman

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Pengaruh Ibadah Terhadap Kesalehan Sosial iqbal dewo

Tela'ah Krit is Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusant ara Jurnal Ushuluddin AKULT URASI ISLAM DAN BUDAYA JAWA zahrah zakiyah

ISLAM DI ASIA TENGGARA Agus Kusman [email protected] Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pendahuluan Asia Tenggara merupakan kawasan yang cukup luas dan cukup berpengaruh di kancah dunia. Asia Tenggara dipilah dalam dua kelompok yakni Asia Tenggara Daratan yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Asia Tenggara Maritim yakni Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Timor Leste.1 Kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang yang mempunyai sikap sosial dan kepercayaan yang beragam. Secara sosial budaya penduduk di kawasan ini lebih mayoritas beragama Islam, akan tetapi kenyataan realitas sosial, budaya dan keyakinan yang berkembang di dalamnya menunjukkan keragaman dan heterogen.2 Islam di negara-negara Asia Tenggara, sangat diperhitungkan karena jumlah kuantitasnya, hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara, penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya, Islam menjadi agama resmi negara federasi Malaysia, Kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (Sekitar 90% menganut agama Islam),

1Secara geografis, Asia tenggara terletak pada area yang sangat strategis untuk

masuknya peradaban baru, hal ini dikarenakan letak Asia Tenggara di tengah perjalanan Timur Barat, dihubungkan dengan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan, adanya beberapa pelabuhan seperti Sriwijaya, Perlak, Pasai, Malaka, Batam, Cirebon, Makasar, Brunei, dan Pattani, ada hubungan dengan Lautan Hindi dan Laut China Selatan, angin muson Barat Daya dan Timur Laut, sehingga mempertemukan para pedagang. Lihat Ira. M. Lapidus, Sejarah sosial Ummat Islam. Bagian kesatu dan dua, (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet. II, hlm. 35, lihat juga Anthony Reid, Southeast Asia In The Early Modern Era Trade, Power and Belief, Cornell University Press, 1993, hlm 15, dan Nicholas Tarling, South Asia: A Modern History, Oxford University Press, 2005, hlm 43 2 Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik Dan GeoPolitik (Jakarta: PT Rajawali Press, 2009), Hlm 333-334

1

Burma (hanya ada sebagian kecil wilayah Republik Filipina, Kerajaan Muangthai, Kampuchea, dan Republik Singapura). Warga Muslim di Asia Tenggara diperkirakaan jumlah mereka adalah 300 juta jiwa. Atas dasar tersebut pantas jika dikatakan bahwa negara-negara di Asia Tenggara dapat dikatakan sangat luas jika dianalogikan itu dari Islam terbentang dari kawasan Afrika Barat Daya sampai Asia Selatan, yang jumlah Muslimnya terbesar. Negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara sebagai besar jumlah penduduknya memeluk agama lslamnya. Salah satunya wilayah-wilayah yang masuk kawasan India jauh sampai Lautan Cina dan mencakup lndonesia, Malaysia dan Filipina. Namun kita tidak boleh terlalu berbangga hati dengan data statistik yang di atas, justru data itu dapat menjadi acuan bagi kita untuk menggali lebih dalam lagi tentang sejarah masuknya agama Islam di Asia Tenggara dan bagaimana agama Islam bisa menjadi agama yang mempunyai penganut terbanyak dan menjadi kekuatan sosial yang begitu kuat, padahal Islam bukan agama yang pertama kali masuk atau agama yang dianut pertama kali oleh masyarakat yang ada di Asia Tenggara. Makalah ini akan membahas lebih mendalam lagi tentang kedatangan Islam di Asia Tenggara, penyebaran Islam dan karakteristik Islam di Asia Tenggara itu sendiri. Tema ini penting dibahas pada makalah ini, dikarenakan bisa menjadikan pijakan pertama kita untuk meneliti dan menulis kembali perkembangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara, terutama perkembangan Islam di negara tercinta kita Indonesia. Teori Kedatangan Islam di Asia Tenggara Sejauh menyangkut kedatangan Islam di Nusantara, terjadi perdebatan panjang dan perbedaan dikalangan para ahli. Perdebatan ini menurut Azyumardi Azra berkisar pada tiga masalah pokok, yakni asal-muasal Islam yang berkembang di wilayah Asia Tenggara, pembawa dan pendakwah Islam dan kapan sebenarnya Islam mulai datang ke Nusantara.3 Ada sejumlah teori yang membicarakan mengenai asal-muasal Islam yang berkembang di Nusantara. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam

3 Azyumardi, Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Jakarta: Kencana, 2007. Hlm24

2

datang langsung dari Gujarat dan Malabar4. Teori ini dikemukaan oleh Pijnapel, Snouck Hurgonje dan Moquette. Teori ini mengatakan bahwa Islam yang berkembang di Nusantara bukan berasal dari Persia atau Arabia, melainkan dari orang-orang Arab yang telah bermigrasi dan menetap di wilayah India dan kemudian membawanya ke Nusantara. Teori ini mendasarkan pendapatnya melalui tori mazhab dan teori nisan. Menurut teori ini, ditemukan adanya persamaan mazhab yang dianut oleh umat Islam Nusantara dengan umat Islam Gujarat. Mazhab yang dianut oleh kedua komunitas Muslim ini adalah mazhab Syafii. Pada saat bersamaan teori mazhab dikuatkan dengan teori nisan, yakni ditemukannya model dan bentuk nisan pada makam-makam baik di Pasai, Semenanjung Malaya dan di Gresik, yang bentuk dan modelnya sama dengan yang ada di Gujarat. Karena buktibukti, mereka memastikan Islam berkembang di Nusantara pastilah berasal dari sana.5 Kedua, teori yang mengatakan bahwa Islam datang dari Bengal, (kini Banglades). Teori ini dikemukakan oleh Kern, Winstedt, Bousqute, Vlenke, Gonda, Schrike dan Hall. Teori Bengal didasarkan pada teori nisan. Menurut mereka, model dan bentuk nisan yang mirip bentuk dan gayanya di Bruas, pusat kerajaan kuno Melayu di Perak, Semenanjung Malaya. Ia berpendapat baahwa seluruh batu nisan di Bruas, Gresik, Pasai didatangkan dari Gujarat, oleh karena itu, menurutnya pastilah, Islam juga berasal dari sana.6 Namun teori ini menjadi lemah dengan diajukannya teori mazhab. Mengikuti teori mazhab, ternyata perbedaan mazhab yang dianut oleh umat Islam Bengal yang bermazhab Hanafi, sementara umat Islam Nusantara menganut mazhab Syafi’i. Dengan demikian teori Bengal ini tidak kuat.7 4 Tjandrasasmita, Uka. Pertumbuhan Dan Perkembangan Kota-Kota Muslim Di Indonesia Dari Abad XVII Sampai Abad XVIII Masehi. Jakarta: Penerbit Menara Kudus, 2000, hlm 67. Lihat juga Muarif Ambary, Hasan. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos, 1998, hlm 24

5 Azyumardi, Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Hlm24, lihat juga Muarif Ambary, Hasan. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos, 1998, hlm 45 6 Hasan Muasrif Ambary. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia.Jakarta: Logos, 1998, hlm 37 7 Azyumardi, Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Hlm24-25, lihat juga Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan Dan

3

Teori ketiga, Islam datang dari Persia, hal ini terbukti dari banyaknya ditemukan tradisi dan budaya Persia dan Syi’ah yang masuk ke Nusantara, seperti halnya dalam model upacara keagamaan seperti tabut di Minangkabau, metode pembelajaran pembacaan Al-Qur’an seperti metode bagdadiyah, istilah-istilah bazaar, Mulud Fatimah, dan sebagainya. Teori keempat, Islam datang dari Arab, teori ini dikemukakan oleh John Crawford disokong Syed Muhamad Naquib l-Attas dengan memperhatikan bukti-bukti yakni aktivititas perdagangan meneruskan catatan China yang menyatakan orang Arab dan Persia mempunyai pertempatan di Canton pada 300 M, pedagang Arab dapat menguasai laut dari pelabuhan Iskandariah hingga China, orang Arab telah berdagang di rantau ini terutama setelah kemunculan Islam pada abad 7 M, serta ditemukannya perkampungan Islam Ta Shih di Sumatera Utara pada 650 M yang menurut catatan China serta pengislaman raja-raja Melayu oleh Syeikh dari Arab seperti dalam Hikayat Raja-Raja Pasai keturunan Sufi yang berhasil Mengislamkan Merah Silu ( Malik al-Salih ) dan Raja Pattani Phaya Tu Nakpa diislamkan Syeikh Said.8 Mengenai siapakah yang menyebarkan Islam ke wilayah Nusantara, Azyumardi Azra mempertimbangkan tiga teori; Pertama, teori da’i. Penyebar Islam adalah para guru dan penyebar profesional (para da’i). Mereka secara khusus memiliki misi untuk menyebarkan agama Islam. Kemungkinan ini didasarkan pada riwayat-riwayat yang dikemukakan historiografi Islam klasik, seperti misalnya Hikayat Raja-raja Pasai (ditulis sekitar 1350), Sejarah Melayu (ditulis setelah 1350) dan Hikayat Mahawangsa (ditulis setelah 1630). Kedua, teori pedagang. Islam disebarkan oleh para pedagang. Mengenai peran pedagang dalam penyebaran Islam kebnayakan dikemukakan oleh sarjana Barat. Menurut mereka, para pedagang Muslim menyebarkan Islam sambil melakukan usaha perdagangan. Elaborasi lebih lanjut dari teori pedagang Muslim tersebut melakukan perkawinan dengan wanita setempat diaman mereka bermukim dan menetap. Dengan pembentukan keluarga Muslim, Perkembangan Kota-Kota Muslim Di Indonesia Dari Abad XVII Sampai Abad XVIII Masehi . Jakarta: Penerbit Menara Kudus, 2000. Hlm 15, lihat juga K.H.O Gadjahnata, Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Sumatra Selatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986. Hlm 5 8 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradapan Islam. Bandung: Pustaka Setia,2008. Hlm. 187, lihat juga Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 4, No. 2, 2013, Kajian Asia Tenggara: Antara Narasi, Teori, dan Emansipasi, Achmad Firas Khudi dan Iqra Anugrah, Hal. 205-228

4

maka nukleus komunitas-komunitas Muslim pun terbentuk.9 Selanjutnya dikatakan, sebagian pedagang ini melakukan perkawinan dengan keluarga bangsawan lokal yang dalam perkembangannya memberikan kemungkinan untuk mengakses pada kekuasaan politik yang dapat dipakai untuk menyebarkan Islam. Ketiga, teori sufi. Seraya mempertimbangkan kecilnya kemungkinan bahwa para pedagang memainkan peran terpenting dalam penyebaran Islam. A.H Johns mengatakan bahwa para sufi pengembara yang terutama melakukan peniaran islam di kawasan Nusantara ini. Menurutnya banyak sumber-sumber lokal yang mangaitkan pengenalan islam ke wilayah ini dengan guru-guru pengembara dengan karakteristik sufi yang kental. Para sufi ini telah berhasil mengislamkan jumlah besar penduduk Nusantara setidaknya sejak abad ke-13. Faktor utama keberhasilan para guru sufi adalahkemasan yang atraktif, khususnya denga pada kemmapuannya dalam n menekankan kesesuaian Islam dengan kepercayaan dan praktik keagamaan lokal. Persoalan tentang kapan masuknya Islam ke Nusantara, dalam hal ini Azyumardi Azra mengatakan: “ Mungkin benar bahwa Islam sudah diperkenalkan ke dan ada di Nusantara pada abad-abad pertama Hijriah, sebagaimana dikemukakan Arnold dan dipegani banyak sarjana IndonesiaMalaysia, tetapi hanyalah setelah abad ke 12 pengaruh Islam keliatan lebih nyata, karena itu, proses Islamisasi nampaknya mengalami akselerasi antara abad ke-12 dan ke-16”.10 Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Nusantara yang berkembang ada enam, yaitu; Pertama. Saluran perdagangan. Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagang-

9 Studia Insania, Oktober 2014 Vol. 2, No. 2 Proses Pembentukan Komunitas Muslim Indonesia Mirhan AM, hlm. 79-88, lihat juga Media Syariah, Vol. Xv No. 1 Januari – Juni 2013 Mediasi India Dalam Perpindahan Dan Penyebaran Kultur Dan Peradaban Persia: Islamisasi Di Asia Tenggara, Mohammad Ali Rabbani Konselor Budaya Kedutaan Besar Republik Islam Iran Di Indonesia Peneliti Kajian Kebudayaan Timur Asia

10 Azyumardi, Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Hlm 27

5

pedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia.11 Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.12 Kedua. Saluran perkawinan. Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.

11 Djoko Marihandono , Nilai Strategis Malaka dalam Kontelasi Politik Asia Tenggara Awal abad XX : Studi Kasus Tentang Strategi Maritim, Makalah ini disampaikan pada acara seminar internasional, Univeristas Hasanudin dan University Kebangsaan Malaysia , Makasar 24-27 Novermber 2016 12 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan Dan Perkembangan Kota-Kota Muslim Di Indonesia Dari Abad XVII Sampai Abad XVIII Masehi. Jakarta: Penerbit Menara Kudus, 2000., Hlm 15 6

Ketiga. Saluran Tasawuf. Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.13 Keempat. Saluran pendidikan. Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guruguru agama, kiyai-kiyai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar adari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam. Kelima. Saluran kesenian. Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir. Keenam. Saluran politik. Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di 13 Muarif Ambary, Hasan. Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos, 1998, hlm 76

7

daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam. Nusantara adalah sebutan (nama) bagi seluruh kepulauan Indonesia, namun demikian, berbicara tentang awal kedatangan Islam di Asia Tenggara, dimana Indonesia adalah negara yang tergolong awal dalam hal kedatanagn Islam di Asia tenggara, maka terori ini menjadi relevan untuk konteks kedatangan Islam di Asia Tenggara.14 Kedatangan Islam di Asia Tenggara Sebelum memulai pembahasan, agaknya perlu dibedakan antara term “kedatangan Islam”, “penetrasi” (penyebaran) Islam”, dan “Islamisasi”. Kedatanagn Islam biasanya dibuktikan dengan melihat peninggalan sejarah seperti prasasti, batu bertulis, batu nisan dan lain-lain, dari bukti inilah kemudian diperkirankan awal kedatangan Islam di suatu tempat tertentu. Kedatangan Islam di suatu tempat tidak selalu berarti bahwa masyarakat setempat telah menganut Islam. Konversi Islam suatu masyarakat setempat seringkali berselang kurang lebih setengah abad dengan kedatangan Islam itu sendiri. Sedangkan Islamisasi merupakan suatu proses panjang yang berlangsung selama berabad-abad bahkan sampai sekarang yang selain mengandung arti upaya pemurnian Islam dari unsur-unsur kepercayaan nonIslam, serta berusaha agar Islam dilaksanakan dalam berbagai aspek kehidupan, yang mencakup ritual keagamaan, ekonomi, sosial budaya, politik, hukum dan pemerintahan. Dengan demikian, Islamisasi juga terkait dengan pemurnian dan pembaharuan Islam. Islam masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai yang berlangsung selama berabad-abad. Peneyabaran Islam di kawasan ini terjadi tanpa pergolakan politik atau melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, pergolakan politik atau pemaksaan struktur kekuasaan norma-norma masyarakat dari luar negeri. Melainkan Islam masuk melalui 14 Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara. Riau: LPM UIN Sultan Syarif Kasim. 2014. Hlm 7, lihat juga P Lim Pui Huen, James H Morrison dan Kwa Chong Guan, Sejarah Lisan di Asia Tenggara Teori dan Metode, Jakarta, LP3ES, 2000, hlm 21

8

jalur perdagangan, perkawinan, dakwah dan pembauran masyarakat Muslim Arab, Persia, India dengan masyarakat pribumi. Azyumardi azra menambahkan bahwa penyebaran Islam di Asia tenggara berbeda dengan ekspansi Islam di banyak wilayah Timur Tengah, Asia Selatan dan Afrika yang oleh sumber-sumber Islam di Timur Tengah disebut Fath (atau Futuh), yakni pembebasan, yang dalam prakteknya sering melibatkan kekuatan militer. Meskipun futuh di kawasan-kawasan yang disebutkan terakhir ini tidak selamanya berupa pemaksaan penduduk setempat untuk memeluk Islam. Sebaliknya, penyebaran Islam di Asia Tenggara tidak pernah disebut futuh yang disertai kehadiran kekuatan militer.15 Masuknya Islam ke berbagai wilayah Asia Tenggara tidak berada dalam satu waktu yang bersamaan, melainkan berlangsung selama berabadabad, dan tidak merata di seluruh tempat. Kondisi wilayah-wilayah Asia Tenggara pada saat itupun berada dalam situasi politik dan kondisi budaya yang berbeda-beda. Misalnya, pada paruh kedua abad ke-13, para penguasa Sumatera Utara (sekarang Aceh) sudah menganut Islam. Pada saat yang sama hegemoni politik di Jawa Timur masih di tangan raja-raja beragama Syiwa dan Budha seperti Kerajaan Kediri dan Kerajaan Singasari. Begitupula kerajaan Islam Demak baru berdiri bersamaan dengan melemahnya kekuasaan Majapahit, karena itu tidaklah mudah menj...


Similar Free PDFs