Jurnal Tindakan Ekonomi dan Keterlekatan PDF

Title Jurnal Tindakan Ekonomi dan Keterlekatan
Author Dliyauddin Kafi
Pages 16
File Size 397.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 56
Total Views 978

Summary

TINDAKAN EKONOMI DAN KETERLEKATAN PONDOK PESANTREN DENGAN SANTRI KARYAWAN (Studi Kasus Santri Karyawan yang Bekerja Pada Unit Usaha AIDRAT, di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, Lamongan) Dliyauddin Kafi. Prof.Dr.Ir.Sanggar Kanto, MS, dan A. Imron Rozuli,SE,M.Si. Jurusan Sosiologi,...


Description

TINDAKAN EKONOMI DAN KETERLEKATAN PONDOK PESANTREN DENGAN SANTRI KARYAWAN (Studi Kasus Santri Karyawan yang Bekerja Pada Unit Usaha AIDRAT, di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, Lamongan)

Dliyauddin Kafi. Prof.Dr.Ir.Sanggar Kanto, MS, dan A. Imron Rozuli,SE,M.Si. Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya, Malang.

ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT serta keterlekatan antara pondok pesantren dengan santri karayawan. Dengan tujuan penelitian yaitu mendiskripsikan tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT, dan bentuk keterlekatan antara pondok pesantren dengan santri karyawan didalam unit usaha AIDRAT. Peneliti menggunakan landasan tiga proposisi yang dikemukakan oleh Granovetter, mengenai tindakan ekonomi serta bentuk-bentuk keterlekatan yaitu keterlekatan relasional dan struktural. Granovetter membagi tiga proposisinya yaitu: (1) tindakan ekonomi adalah tindakan sosial; (2) tindakan ekonomi disituasikan secara sosial; (3) institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial. Tiga proposisi digunakan untuk menganalisis pola tindakan ekonomi dan tindakan sosial santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalam metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukan tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang berupa kearifan lokal dari Sunan Drajat mengenai 4 prinsip wenehono, ajaran tersebut dikondisikan secara sosial dalam hubungan yang berlangsung antara pondok pesantren dengan santri karyawan, kemudian dari ajaran empat prinsip wenehono yang dikondisikan secara sosial mampu mempengaruhi dalam pendefinisian motif-motif yang dimiliki oleh santri karyawan, adapun motif-motif yang dimilikinya yaitu motif (sosial) untuk membantu pembangunan pondok pesantren, (agama) tindakan bekerja yang ditujukan untuk mebnatu orang lain adalah tindakan yang bernilai ibadah, (ekonomi) orientasi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup santri karyawan didalam Pondok Pesantren Sunan Drajat. Tindakan bekerja santri karyawan yang dikondisikan secara sosial menciptakan relasi sosial antara pondok pesantren dengan santri karyawan dalam hubungan personal dan melekat dalam institusi unit usaha AIDRAT. sehingga dari tindakan bekerja yang berkelanjutan menciptakan keterlekatan relasional yang dihasilkan dari kondisi sosial, budaya dan agama yang berlangsung. Dengan demikian, dari keterlekatan relasional antara pondok pesantren dengan santri karyawan membentuk motivasi/semangat bekerja dengan tujuan untuk mencapai motif-motif yang dimiliki oleh kedua aktor.

Kata Kunci: Tindakan ekonomi, Pondok Pesantren, Santri karyawan, 4 prinsip wenehono dari Sunan Drajat, Keterlekatan.

1

ECONOMIC ACTION AND THE EMBEDDEDNESS BOARDING SCHOOL WITH STUDENTS OF EMPLOYEES (Case Studies Students Employees Working On AIDRAT Business Unit, at the Boarding School Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, Lamongan)

Dliyauddin Kafi. Prof.Dr.Ir.Sanggar Kanto, MS, and A. Imron Rozuli, SE, M.Sc. Department of Sociology, Faculty of Social and Politics Studies. University Brawijaya, Malang.

ABSTRACT This research explains about the patterns of economic action students of the employees working at the business unit and the embedded between the Boarding School Students Employees Working in AIDRAT Business Unit. The purposes of this research are to describe the pattern of economic action of students employees working in business units AIDRAT, and form the embedded between boarding school with students AIDRAT employees in the business unit. This research uses three proposition theories stated by Granovetter about economical act. And other forms of Relational Embeddedness; Structural Embeddedness. He divides economical act into three propositions such as: 1). Economical act as one kind of social activity; 2). Economical act is socially conditioned; 3). Economical institutions are socially constructed. Three propositions are used to analyze the pattern of economic action students of the employees who work at the business units AIDRAT. The method that used in this research is qualitative through case study. The result of this research shows that a pattern of economic action and social action students of the employees who work at the business unit AIDRAT strongly influenced by religious values in the form of local knowledge of Sunan Drajat about 4 “wenehono” principle, so it builds a feedback between the employee of the boarding school with students, then from the teachings of the four principles of socially conditioned “wenehono” able to influence the definition of motifs possessed by students of employees, while its motives are motives (social) to help build a boarding school, (religion) measures aimed at helping working people another is an act of worship that is worth, (economic) economic orientation to meet the needs of students living in boarding school Sunan Drajat. Actions of employees working students who are socially conditioned create social relations between the Islamic boarding school students and employees in personal relationships inherent in the institutional business units AIDRAT. so from the continuing work action creates relational embeddedness resulting from social, cultural and religious progress. Thus, from the relational emneddedness boarding school with students forming employee motivation / passion to work in order to achieve motives possessed by both actors. Keywords: Measures of economic, social action, boarding school, employee Pupils, 4 “wenehono” principle of Sunan Drajat, embeddedness.

2

PENDAHULUAN Pondok pesantren secara umum dapat diartikan sebagai tempat untuk mencari ilmu tentang ajaran Agama Islam, dengan peran penting yang dimana sangat berguna untuk menjaga dan melestarikan tradisi dari ajaran Agama Islam. Tradisi yang sangat dijaga dalam kebiasaan pondok pesantren yaitu adanya asrama yang digunakan untuk tempat tinggal bagi para santrinya. Dewasa ini, seiring dengan perkembangan pondok pesantren disertai dengan sederetan kritik dan harapan. Hal tersebut, mengindikasikan bahwa masyarakat sekarang menaruh perhatian pada pondok pesantren mulai melemah dan berkurang yang mulai pula dirasa oleh para pengurus pondok pesantren. Ketika posisi pondok pesantren dihadapkan dalam aturan pemerintah dimana lulusanya harus memiliki ijazah, ketika itu pula orientasi kelulusan mulai bergeser dari citacita untuk bisa mengamalkan ilmu yang didapat dari pondok pesantren menjadi pembimbing Agama Islam beralih menjadi lulusan yang lebih mendapatkan material. Sesuai dengan yang digambarkan oleh Wahid (1988) bahwa, beberapa dekade pondok pesantren telah mengalami erosi nilai, ketika nilainilai kemandirianya tercampur dengan pendidikan yang berorientasi kepada ijazah, cita-cita untuk mengabdikan sebagai Pendidik Agama Islam sambil berwirausaha semakin hilang dari pikiran para lulusanya untuk digantikan dengan cita-cita sebagai pegawai1. Perkembangan pondok pesantren di Indonesia yang cukup pesat. Salah satunya Pondok Pesantren Sunan Drajat (PPSD) memiliki corak dan karakter yang membedakan dengan pondok pesantren lainya yakni Pertama sejarah atau historis kelahiran dari pondok pesantren berasal dari garis keturunan Sunan Drajat. Kedua Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan Drajat(PPSD) salah satunya yaitu menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, dalam artian pondok pesantren ini bukan hanya mengajarkan kepentingan menganai ajaran islam yang bersifat spiritual semata, namun juga membekali santrinya untuk siap bekerja setelah lulus dari pondok pesantren dengan bekal berwirausaha. Selain itu juga dari visi dan misi Pondok Pesantren Sunan Drajat yaitu berusaha 1

Wahid, Abdurrahman. 1988. Pesantren Sebagai Subkultural (dalam Pesantren dan perubahan). Jakarta: LP3ES.

merealisasikan dari kearifan lokal dari Sunan Drajat mengenai empat prinsip wenehono2, kemudian kearifan lokal ini dijadikan sebagai landasan untuk membangun pondok pesantren yang mandiri, dengan artian untuk biaya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan pondok pesantren tidak lagi meminta sumbangan biaya kepada wali santri melainkan Pondok Pesantren Sunan Drajat memilih untuk membangun unit usaha yang digunakan untuk menopang perekonomian pondok pesantren. Berbicara mengenai ajaran empat prinsip wenehono yang menjadi pedoman dasar nilai agama, baik di lembaga pondok pesantren maupun kalangan santri pondok pesantren. Ajaran tersebut memiliki dasar yang kuat sebagai nilai agama didalam pondok pesantren untuk menjalankan institusi pendidikan maupun unit usaha yang dibangun salah satunya unit usaha AIDRAT sebagai objek kajian peneliti. Beranjak pada fokus permasalahan penelitian yakni tindakan ekonomi santri karyawan sebagai salah satu santri Pondok Pesantren Sunan Drajat, yang keseharianya memiliki kegiatan interaksi dengan santri lainya dalam pendidikan non formal (ngaji dinaiyah). Selain itu juga, kegiatan yang lebih intens yaitu bekerja didalam unit usaha AIDRAT. Dibalik tindakan bekerja santri karyawan yang setiap harinya berinteraksi didalam unit usaha AIDRAT ada alasan-alasan yang mendasari tindakanya. Ajaran yang dipaparkan diatas merupakan salah satu motif bekerja santri karyawan sebagai tindakan implementasi ajaran yang sudah didapat didalam masa pendidikanya di pondok pesantren. Adanya hubungan yang terjalin antara pondok pesantren dengan santri karyawan dalam bentuk pondok pesantren memberikan bantuan untuk santri karyawan, dengan menjamin tempat tinggal, makan dan minum. Memunculkan proses timbal balik antara pondok pesantren dengan santri karyawan. Maka dari itu, tindakan yang dipilih oleh santri karyawan untuk membalas budi dan jasa direalisasikan melalui motif sosial untuk 2

Filosofi (taushiyah) Sunan Drajat, yaitu: a. Wenehono mangan marang wong kang luwe (berikan makanan kepada orang kelaparan), b. Wenehono busono marang wong kang wudo (berikan pakaian pada orang yang telanjang), c. Wenehono teken marang wong kang wuto (berikan tongkat kepada orang buta) d. Wenehono payung marang wong kang kudanan (berikanlah payung kepada orang yang kehujanan). Di kutip dari skripsi Najih Anwar. 2007. Manajemen Pondok pesantren dalam Penyiapan Wirausawan (Studi kasus Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan). Tesis. Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri malang.

3

membantu pembangunan pondok pesantren dengan bekerja di unit usaha AIDRAT. Hubungan yang terjalin antara pondok pesantren dengan santri karyawan didalam tindakan bekerja merupakan sebuah proses hubungan sosial yang didasarkan atas kondisi sosial, budaya, dan agama yang berlangsung didalamnya. Menurut Granovetter bahwa tindakan tersebut merupakan sebuah keterlekatan (embeddednes) yang berkaitan untuk mengkaji tindakan ekonomi3. Mengadopsi pada konsep keterlekatan dalam tindakan ekonomi, yang dikemukakan oleh Granovetter bahwa keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Sehingga Granovetter membedakan dua jenis keterlekatan dalam hubungan jaringan sosial, yaitu keterlekatan lemah (underembedded) dan keterlekatan kuat (overembededded)4. Selanjutnya Granovetter mengemukakan tentang tindakan ekonomi keterlekatan, juga membedakan dua bentuk keterlekatan, pertama keterlekatan relasional yaitu tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor, kedua keterlekatan struktural adalah keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan hubungan yang lebih luas. Jaringan hubungan yang lebih luas, bisa merupakan institusi atau struktur sosial5. Berdasarkan tiga proposisi yang dikemukakan oleh Granovetter dan konsep embeddednes (keterlekatan), maka penulis tertarik meneliti fenomena tindakan ekonomi dan keterlekatan pondok pesantren dengan santri karyawan didalam unit usaha AIDRAT, di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, Lamongan. AKTOR DAN TINDAKAN EKONOMI Prespektif ekonomi, aktor diasumsikan sebagai seperangkat pilihan dan preferensi yang telah tersedia dan stabil. Tindakan yang dilakukan

oleh aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan (individu) dan keuntungan. Tindakan tersebut dipandang rasional cara ekonomi6. Dalam pendekatan sosiologi mengenai aktor adalah sebagai kesatuan yang dikontruksikan secara sosial, yaitu aktor dalam suatu interaksi atau sebagai individu yang terlibat dalam suatu interaksi dengan individu atau beberapa individu lainya. Dilihatnya individu sebagai aktor yang kreatif dalam menciptakan, mempetahankan, dan merubah dunianya pada saat interaksi berlangsung7. Mendefinisikan akan aktor dalam masyarakat, dalam pendekatan sosiologi yang dimaksudkan bahwa, individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat. Tindakan ekonomi dalam pendekatan sosiologi diartikan oleh Weber bahwa tindakan ekonomi dapat ditepakan menjadi 3 tindakan ekonomi yaitu, tindakan ekonomi dapat berupa rasional, tradisional, dan spekulatif-irrasional8. TIGA PROPOSISI GRANOVETTER Tindakan ekonomi diartikan sebagai tindakan sosial, dikarenakan tindakan ekonomi bukan semata-mata murni untuk kepentingan ekonomi namun ada kepentingan sosial, misalnya tindakan individu tidak terlepas dari interaksi sesama individu, ada hubungan yang dijalani antar individu dalam menjalankan sebuah tindakan ekonomi . Kemunculan aliran baru sosiologi ekonomi, sesuai dengan berkembangnya Ilmu Sosiologi Ekonomi. Ide dasar aliran pemikiran sosiologi ekonomi baru mengadopsi kepada Tiga Proposisi Utama yang diajukan oleh Sewdberg dan Granovetter. Tiga Proposisi Utama diantaranya yaitu: 1. Tindakan ekonomi adalah suatu bentuk dari tindakan sosial. 2. Tindakan ekonomi disituasikan secara sosial 3. Institusi-institusi ekonomi dikonstruksikan secara sosial.

3

Keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial yang melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara aktor. Terdapat tiga proposisi utama mengenai tidakan ekonomi yaitu tindakan ekonomi adalah tindakan sosial; tindakan ekonomi disituasikan secara sosial; institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial. (Damsar. 2009. Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Prenada Media Group.. Hal.31) 4

Ibid. Hal:144 Ibid. Hal. 146

5

6

Ibid. Hal:42 Ibid. Hal: 38. 8 Weber mengatakan tenatang tiga tipe tindakan ekonomi yaitu tindakan ekonomi rasional merupakan tindakan individu yang mempertimbangkan alat yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ada; tindakan ekonomi tradisional yaitu bersumber dari tradisi atau konvensi; dan tindakan ekonomi spekulatif-irrasional yaitu tindakan yang berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrument yang ada deng tujuan hendak dicapai. (Ibid. Hal:42-43.) 7

4

Ketiga Proposisi tersebut berakar dari pemikiran Weber yang dikembangkan secara lebih luas dan tajam oleh Swedberg dan Granovetter. Weber menjelaskan bahwa aktor selalu mengarahkan tindakanya kepada perilaku orang lain melalui makna-makna yang terstruktur. Ini berarti bahwa aktor selalu terkait dan berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan, adatadat, nilai-nilai dan norma yang dimiliki dalam sistem hubungan sosial yang dilakukan oleh aktor dalam keberlangsunganya9. Granovetter yang sejalan dengan Weber bahwa tindakan ekonomi tidak dipandang sebagai fenomena stimulus-respon yang sederhana, tetapi lebih kepada hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam hubungan sosial yang sedang berlangsung. Sehingga untuk memahami dari proposisi yang kedua bahwa tindakan ekonomi distuasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan hubungan sosial personal yang sedang berlangsung dari para aktor.10 Pemahaman tentang proposisi yang ketiga, bahwa institusi ekonomi dikonstruksikan secara sosial, merujuk pada tulisan Peter L. Berger, menurutnya institusi ekonomi bukan suatu jenis dari seperangkat realitas eksternal yang kelihatan, namun merupakan hasil dari kreasi sosial yang terjadi secara perlahan. Apabila suatu institusi muncul dalam keberadaannya, orang mengarahkan tindakanya kepada seperangkat aktivitas yang dikenakan hukuman oleh aktor sosial lainya. Memperlakukanya sebagai sesuatu yang keberadaanya diluar waktu dan tidak dapat menjadi sebaliknya.11 KETERLEKATAN Menurut Granovetter, keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dalam melekat (embedded), dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor. Hal tesebut tidak hanya terbatas pada tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial.12 Granovetter menegaskan dalam kaitanya dengan tingkat atau drajad dari keterlekatan, yakni tindakan ekonomi masyarakat melekat dalam jaringan hubungan sosial dan institusi sosial

laninya13. Ditegaskan pula oleh Granovetter bahwa tindakan ekonomi berlangsung diantara keterlekatan lemah (underembedded) dan 14 keterlekatan kuat (overembedded). Secara singkatnya bahwa tindakan ekonomi bukanlah berlangsung pada kontinum antara kutub ketelekatan dengan kutub ketidakketerlekatan melainkan terjadi pada kontinum kontinum keterlekatan lemah dengan keterlekatan kuat. BENTUK KETERLEKATAN Granovetter menjelaskan mengenai keterlekatan dalam tindakan ekonomi, dan membaginya menjadi dua keterlekatan yaitu keterlekatan relasional dan keterlakatan struktural. 1. Keterlekatan Relasional Keterlekatan relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded), dalam jaringan personal yang sedang berlangsung diantara para aktor15. Konsep disituasikan secara sosial bermakna tindakan ekonomi, yakni seperti dalam suatu aktivitas ekonomi yang hubungannya dengan orang lain atau dikaitkan dengan individu lain. Konsep keterlekatan relasional yang dikemukakan Granovetter, jika dioperasionalkan pada objek penelitian peneliti yaitu berusaha melihat keterlekatan antara tindakan ekonomi santri karyawan dengan pondok pesantren yang berlangsung dalam jaringan hubungan sosial yang lebih personal di unit usaha AIDRAT. Peneliti juga berasumsi bahwa keduanya menjalin hubungan sosial saling timbal balik antara keduanya, yang dimana pondok pesantren memberikan bantuan kepada santri karyawan berupa pembebasan biaya pendidikan non formal, biaya makan, minum dan tempat tinggal diasrama. Respon balik yang dilakukan oleh santri karyawan yaitu berupa membantu pembangunan pondok pesantren melalui bekerja di unit usaha AIDRAT, serta hubungan sosial ini berlangsung sesuai dengan kondisi sosial yang ada di Pondok Pesantren Sunan Drajat. 2. Keterlekatan Struktural Keterlekatan struktural merupakan keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan hubungan yang lebih luas, bisa merupakan institusi sosial atau struktur sosial16. Dengan kata lain bahwa struktur sosial adalah suatu pola

9

13

10

14

Ibid. Hal 31-32. Ibid. Hal 32-33. 11 Ibid. Hal 33. 12 Ibid. Hal:139.

Ibid. Hal:144. Ibid. 15 Ibid. Hal:146. 16 Ibid. Hal:149.

5

hubungan atau interaksi sosial yang dicirikan dengan terorganisir dan stabil dalam ruang sosial. Konsep keterlekatan struktural yang dikemukakan oleh Granovetter, jika digunakan untuk mengakaji fenomena sosial di unit usaha AIDRAT, maka peniliti mengasumsikan bahwa santri karyawan yang sudah membantu bekerja di unit usaha AIDRAT, setiap bulanya akan mendapat upah/bisyaroh yang sudah ditetapkan oleh manajemen internal unit usaha AIDRAT. Oleh karena itu, penulis memaparkan dua konsep keterlekatan dari Granovetter, karena diasumsikan oleh penulis apakah terjadi keterlekatan relasional atau katerlekatan struktural antara pondok pesantren dengan santri karyawan, ataupun bisa terjadi keterlekatan keduanya yang berlangsung didalam unit usaha AIDRAT, Pondok Pesantren Sunan Drajat. METODE PENELITI...


Similar Free PDFs