Kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas Klp 2 PDF

Title Kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas Klp 2
Author Karina Aprillia
Course Akuntansi Keperilakuan
Institution Universitas Syiah Kuala
Pages 8
File Size 153.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 421
Total Views 555

Summary

KATA PENGANTARPuji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas izinNya kami dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Investasi Pasar Modal. Tugas ini membahas tentang Kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas. Kami sadar tugas ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kami sangat menghar...


Description

KATA PENGANTAR Puji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas izinNya kami dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Investasi Pasar Modal. Tugas ini membahas tentang Kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas. Kami sadar tugas ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar menjadi sebuah bahan evaluasi untuk kami. Tugas ini Kami harapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan untuk para pembaca maupun untuk Kami sendiri. Dan terima kasih untuk dosen mata kuliah Investasi Pasar Modal, teman-teman dan segala sumber yang membantu hingga selesainya tugas ini.

Banda Aceh,

(Kelompok 2)

Desember 2019

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah efek atau bursa

Bursa

saham (Stock

exchange)

adalah

sebuah pasar yang

berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar di bursa itu. Bursa efek tersebut, bersama-sama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah. Di

dalam

bursa

saham

atau bursa

efek terdapat

beberapa

lembaga

yang

terlibat.Diantaranya Bursa Efek Indonesia selaku pengelola, Perusahaan Publik (emiten) selaku supplier saham, Perusahaan Sekuritas, selaku pedagang efek, dan Investor selaku konsumen. Dunia bursa saham Indonesia sudah beberapa kali tersandung masalah, terutama pada perusahaan sekuritas, salah satu kasus yang sangat besar pada masanya ialah Kasus Reksadana PT Sarijaya Permana Sekuritas. PT Sarijaya Permana Sekuritas merupakan perusahaan sekuritas lokal terbesar kedua, memiliki

48

kantor

cabang

yang

tersebar

di

24

provinsi.

Hingga pada akhir tahun 2008, Herman Ramli, Komisaris Utama yang juga pemilik 100 persen saham Sarijaya. bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas dianggap penuntut umum telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang. Akibat ulah ketiga terdakwa, 13.074 nasabah menderita kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar. Utamanya kasus PT SARIJAYA ini merupakan kasus kriminal karena tindakan yang dilakukan oleh direksi PT SARIJAYA adalah menyelewengankan dana nasabah dari tujuan penempatan dana tersebut ke dalam rekening pribadi dan membawa lari uang nasabah tersebut sebesar 245 Milyar. Tetapi karena uang tersebut ditujukan untuk perdagangan efek di bursa, maka terkait pulalah masalah ini ke dalam kejahatan pasar modal. Untuk Penyelewengan dana yang dilakukan oleh komisaris utama PT SARIJAYA yang bernama Herman Ramli, maka pelaku dijerat pasal 378 KUHP tentang penipuan. Sedangkan untuk kejahatan Pasar Modal yang dilakukan oleh pelaku maka pasal yang kenakan adalah BAB XI UU No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yang mengatur perihal Penipuan, Manipulasi Pasar dan Perdagangan Orang Dalam.

1.2

Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penulisan kasus ini, antara lain : 1. Bagaimana kronologi permasalahan yang ada pada PT. Sarijaya Permana Sekuritas? 2. Bagaimana Penyelesaian kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas?

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kronologi Kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas Berawal dari perbuatan Herman yang secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya Ananda, untuk mencari nasabah nominee pada tahun 2002. Sampai tahun 2008, sudah terhimpun 17 nasabah nominee yang sebagian besar adalah pegawai grup perusahaan Sarijaya. Kemudian, dibukakanlah ke-17 nasabah nominee ini rekening. Rekening itu digunakan Herman untuk melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Namun, karena dana dalam rekening 17 nasabah nominee ini tidak mencukupi untuk melakukan transaksi, maka Herman meminta Lanny Setiono (stafnya) untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA). Lalu, Lanny menindaklanjutinya dengan memerintahkan bagian informasi dan teknologi (IT) untuk memproses kenaikan TA 17 nasabah nominee tersebut. Tapi, untuk menaikkan TA, sebelumnya harus mendapat persetujuan dari para direksi Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli, Direktur Utama Sarijaya. Walau mengetahui dana yang terdapat pada rekening ke17 nasabah nominee tidak mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan untuk menaikkan TA. Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Padahal, transaksi yang dilakukan Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari para nasabah. Selama kurang lebih enam tahun, Herman melakukan transaksi jual/beli saham dengan menggunakan rekening ke-17 nasabah nominee. Dan untuk membayar transaksi itu, Herman mendebit dana 13.074 nasabah yang tersimpan di main account Sarijaya. Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini telah mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal perusahaan sebesar Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang merugikan 13.074 nasabah Sarijaya sekitar Rp235,6 miliar. Mabes Polri dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mempunyai pendapat yang berbeda untuk kasus ini. Polri menyatakan kasus Sarijaya masuk dalam ranah pasar modal, dan perlu ditindak sesuai dengan UU Pasar Modal. Sedangkan Bapepam-LK menganggap kasus ini bukan pelanggaran pasar modal, melainkan kategori pidana umum, yakni penggelapan dan pencucian uang. Berikut kronologi versi Bapepam-LK: 



12 Desember 2008: Direksi Sarijaya menyampaikan surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menyatakan perusahaan kesulitan likuiditas karena pembukaan 17 rekening nasabah senilai Rp 235 miliar. Pembukaan 17 rekening nasabah tersebut atas nama orang lain (nominee). 15 Desember 2008: Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK melakukan pemeriksaan ke Sarijaya. Sedangkan bila BEI memiliki laporan terkait Sarijaya, otoritas bursa itu diminta untuk menyampaikan ke Bapepam-LK. Komisaris Utama Sarijaya, Herman Ramli, mengakui menggunakan nominee untuk transaksi yang dilakukan sejak 2002 dengan menggunakan dana nasabah yang disimpan atas nama Sarijaya. Terdapat indikasi Sarijaya tidak melakukan prosedur yang tepat dalam pelaporan modal kerja bersih disesuaikan (MKBD).



 



  



2.2

19 Desember 2008: Herman Rami dianggap tidak memiliki itikad baik dan BapepamLK melakukan upaya pencegahan agar komisaris utama Sarijaya itu dapat diamankan. Hasil pemetaan permasalahan oleh Bapepam-LK mendapatkan fakta bahwa Herman Ramli diduga melakukan tindak pidana dan melakukan penyimpangan. Sebagai pemegang saham dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai kewenangan itu. Tetapi, Herman Ramli ternyata memiliki akses agar dana nasabah bisa dipindahkan. Bapepam-LK mengontak Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Markas Besar Kepolisian RI untuk mengamankan Herman Ramli. Ketua Bapepam-LK, Fuad Rahmany bahkan langsung menghubungi Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Polisi Susno Duadji. Sementara itu, BEI melakukan pemeriksaan MKBD Sarijaya. Otoritas bursa belum dapat melakukan suspensi karena dampaknya akan cukup besar. 24 Desember 2008: Herman Ramli diamankan Bareskrim Mabes Polri. 28 Desember 2008: Sarijaya melaporkan kepada otoritas bursa dan meminta bantuan karena nasabah mulai menarik dana. Kasus Sarijaya sudah didengar nasabah. Manajemen mengaku memerlukan dana segar. Dalam pernyataan tersebut, Herman Ramli juga bersedia menjamin saham-saham yang dimilikinya. 5 Januari 2008: Ketua Bapepam-LK mengundang anggota bursa (AB) untuk membahas masalah Sarijaya, terutama guna mencari jalan keluar. Dalam rapat dibahas beberapa opsi antara lain, apakah anggota bursa bersedia membantu kebutuhan dana Sarijaya, atau apakah ada dana talangan. Namun, dalam rapat tersebut tidak diperoleh solusi konkret tentang sumber dana untuk kebutuhan Sarijaya. Bapepam-LK juga meminta agar anggota bursa bersiap menghadapi penarikan dana. 6 Januari 2009: BEI menghentikan sementara (suspend) aktivitas perdagangan Sarijaya. 9 Januari 2009: Bapepam-LK menggelar konferensi pers untuk menjelaskan masalah yang menimpa Sarijaya. 13 Januari 2009: Rapat Bapepam-LK dan Self Regulatory Organizations (SRO) membahas verifikasi rekening nasabah. Pada saat bersamaan, dua direksi diamankan Bareskrim Mabes Polri. 14 Januari 2009: Pukul 10.30 WIB, manajemen Sarijaya mendatangi Bapepam-LK meminta arahan mengingat direksi Sarijaya sudah diamankan.

Penyelesaian Kasus PT. Sarijaya Permana Sekuritas Untuk dapat menyelesaikan kasus ini, tentu pihak pihak terkait harus segera melakukan

tindakan agar kasus tersebut tidak berlarut larut dan berpotensi merugikan lebih dari 7000 orang nasabah PT SARIJAYA. Tetapi yang harus di garis bawahi adalah pernyataan Direktur Perdagangan Fix Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan BEI, Guntur Pasaribu yang mengatakan bahwa BEI, KSEI, dan KPEI tidak dapat memenuhi tuntutan nasabah terhadap BEI, KSEI dan KPEI untuk ikut menanggulangi pengembalian dana nasabah, karena sama sekali tidak diatur dalam peraturan dan undang-undang. Menurut Guntur, penalangan dana nasabah hanya bisa dilakukan jika terjadi gagal bayar transaksi, bukan akibat tindakan kriminal.

Pelaporan terhadap diri Herman Ramli sebagai pelaku penggelapan dana nasabahnya tersebut langsung dilakukan oleh Bapepam LK ke BARESKRIM POLRI. Hal ini ditindak lanjuti dengan pemeriksaan dan penahanan Herman Ramli. Kasus tersebut sudah tercatat di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di bagian pidana pada tanggal 18 Mei 2009. Dan Herman Ramli terancam hukuman penjara di atas 5 tahun. Tetapi Mabes Polri dan Bapepam LK mempunyai pendapat yang berbeda untuk kasus ini. Polri menyatakan kasus Sarijaya masuk dalam ranah hukum Pasar Modal, dan perlu ditindak sesuai dengan UU Pasar Modal. Sedangkan Bapepam LK menyatakan bahwakasus ini bukan pelanggaran

pasar

modal,

melainkan

kategori

pidana

umum,

yakni

penggelapan dan pencucian uang. Selain dari pengajuan tersangka utama ke meja hijau, dalam hal ini pihak pihak yang berwenang di Pasar Modal juga mengambil beberapa tindakan untuk dapat menyelesaikan masalah PT SARIJAYA ini. Tindakan tindakan tersebut diantaranya adalah : 

Otoritas Pasar Modal dan Self Regulatory

Organization

(SRO) melakukan

verifikasi atas rekening efek nasabah PT SARIJAYA dan menilai aset asset pribadi yang telah diserahkan komisaris utama termasuk atas status hukum aset aset tersebut. 

Bapepam LK memerintahkan

BEI untuk menghentikan

sementara

aktifitas

perdagangan PT SARIJAYA sejak 6 Januari 2009. 

Bapepam LK memerintahkan KPEI dan KSEI untuk membekukan seluruh aset PT SARIJAYA dan nasabahnya, kecuali untuk penyelesaian transaksi yang terjadi sebelumnya kepada KPEI.



Penahanan

Zulfian

Alamsyah

dan

Teguh

Jaya,

yaitu

dua

direksi

PT

SARIJAYA oleh Mabes Polri. 

Pengupayaan percepatan proses pendistribusian saham nasabah PT SARIJAYA, untuk dapat mempermudah memindahkan rekening efek ke perusahaan sekuritas lainnya.



Telah adanya beberapa perusahaan yang berminat membeli PT SARIJAYA yaitu Vierjamal, PT Panin Sekuritas Tbk dan PT Trimegah Sekurities Tbk. Setelah dilakukannya review oleh BEI maka kursi keanggotaan PT SARIJAYA dapat di cabut dan di lelang.

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Berdasarkan kasus yang ada di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil

adalah tindak pidana pencucian uang dengan modus transaksi jual beli saham yang dilakukan Komisaris Utama PT. Sarijaya Permana Sekuritas ini sangat merugikan nasabah yang tergabung dalam perusahaan itu sendiri. Total kerugian yang dialami oleh sekitar 13.074 nasabah itu sebesar Rp 235,6 miliar. Hal ini disebabkan oleh ketidaksanggupan pihak perusahaan yang sebenarnya tidak mampu secara keuangan untuk melakukan transaksi jual beli saham, namun dengan menaikkan Trading Available (TA) para nasabah tanpa persetujuan dan permintaan nasabah sendiri, dan akhirnya perusahaan tersebut menggelapkan dana nasabah yang ada di perusahaan tersebut. Kasus ini akhirnya memiliki dampak kepada perusahaan ini sendiri, seperti dilaporkannya Komisaris Utama PT. Sarijaya Permana Sekuritas kepada pihak Bareskrim dan Bapepam-LK, lalu sekitar 7000 nasabah menuntut pengembalian dana mereka yang telah dicuci oleh perusahaan. Kasus ini juga berdampak pada sang Komisaris Utama yang dihukum 5 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dari kasus ini, solusi yang ditempuh oleh pihak terkait pasar modal adalah melakukan melakukan verifikasi atas rekening efek nasabah PT SARIJAYA, lalu mengupayaan percepatan proses pendistribusian saham nasabah PT SARIJAYA, untuk dapat mempermudah memindahkan rekening efek ke perusahaan sekuritas lainnya.

7

DAFTAR PUSTAKA

http://fieyanhovya.blogspot.com/2013/11/analisa-kasus-reksa-dana-pt-sarijaya.html https://ekonomi.kompas.com/read/2009/01/12/07021095/Mengapa.Bos.Sarijaya.Teng gelamkan.Tambang.Uangnya http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/28745bapepam_beberkan_kronologis_kasus_ sarijaya http://saifuddinumar.blogspot.com/2012/04/makalah-tentang-kejahatan-di-pasar.html https://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_efek

8...


Similar Free PDFs