KECEMASAN ANAK PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS PDF

Title KECEMASAN ANAK PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS
Author Doni Dwi Hartanto
Pages 70
File Size 571 KB
File Type PDF
Total Downloads 743
Total Views 987

Summary

Perpustakaan Unika KECEMASAN ANAK PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK DITINJAU DARI KUALITAS PERTEMANAN SKRIPSI DAHLIA MARVIENDA 99. 40. 3020 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2007 i Perpustakaan Unika KECEMASAN ANAK PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS MENGH...


Description

Perpustakaan Unika

KECEMASAN ANAK PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK DITINJAU DARI KUALITAS PERTEMANAN

SKRIPSI

DAHLIA MARVIENDA 99. 40. 3020

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2007 i

Perpustakaan Unika

KECEMASAN ANAK PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK DITINJAU DARI KUALITAS PERTEMANAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

DAHLIA MARVIENDA 99. 40. 3020

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2007 ii

Perpustakaan Unika

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal :

___________________________

Mengesahkan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Dekan,

(Drs. M. Suharsono, MSi.)

Dewan Penguji 1. DR. Endang Widyorini, MS.

___________________

2. Drs. Y. Sudiantara, BTh., M.Soc.

___________________

3. Erna Agustina Y., S.Psi., MSi.

___________________

iii

Perpustakaan Unika

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebuah karya yang sederhana dan berharga ini kupersembahkan untuk kelurga tercintaku : Papa, Mama, dan Kakakku satu – satunya Yogie “Terimakasih tak terhingga untuk perhatian dan dukungannya.”

HALAMAN MOTTO iv

Perpustakaan Unika

Pada akhirnya akan menjadi jelas, bahwa seluruh cinta yang kamu terima adalah sebanding dengan seluruh cinta yang kamu berikan. ( John Lennon )

“ Ini adalah hari yang paling tepat dan sesuai untuk mengucap syukur, karena membuat kita terus saling mengasihi ”. (untaian kata Ayahku, kisah cinta murni dengan ikatan abadi )

Sesungguhnya di balik kesukaran ada kemudahan, dan di balik kemudahan ada kesukaran. (Q.S. Al – Insyirah : Ayat 3)

UCAPAN TERIMAKASIH

v

Perpustakaan Unika

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas segala berkat dan petunjukNya maka penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, serta bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun meteriil. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang mendalam kepada : 1. Bpk. Drs. M. Suharsono, MSi.; selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah berkenan memberikan ijin kepada peneliti dalam penelitian dan ujian skripsi. 2. Ibu DR. Endang Widyorini, MS ; selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran dan tulus hati memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk dan saran serta kemudahan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Ibu Dra. Sih Setija Utami, M.Kes.; selaku Dosen Wali yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Psikologi. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu. 5. Seluruh staff pengajaran Fakultas Psikologi yang telah banyak membantu dalam keperluan akademis. 6. Seluruh staff perpustakaan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah banyak membantu dalam hal referensi kepustakaan dalam penulisan skripsi ini. 7. Ibu Setyowati, S.Pd, M.Pd.; selaku Kepala SD Negeri Petompon 01 Semarang yang telah memberi ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 8. Adik – adik siswi kelas V SD Negeri Petompon 01, yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktu untuk pengisian skala.

vi

Perpustakaan Unika

9. Mama dan Papa, atas cinta dan kasih sayangnya yang tak pernah putus, atas perhatian dan dukungan baik segi moril maupun materiil, serta atas doa restunya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 10. Yogie, kakakku satu – satunya, atas omelan dan pinjaman computer sekaligus dukungannya kepada penulis, thanks a lot my Bro..!! 11. Seluruh keluarga besarku, pakdhe dan budhe, om dan tante, Ranie, Nde, Yanie sepupuku atas doanya. 12. Indra Widhi….terimakasih untuk semua kesabaran, perhatian, dukungan dan kasih sayangnya, serta selalu ada saat aku membutuhkanmu. 13. Dydy, Nano dan Eko sahabat terbaikku, mas “Donnie-ku” Arya, mas Willy, mbak Anti dan mbak Iko sebagai kakak, teman sekaligus sahabat yang selalu memberikan doa, perhatian dan support. 14. Sahabat dan teman-temanku: Iik, mas Yudhi, Reza, Sistho, Diana, Kiki, Ine, mas Ajiex, mas Wiwied, dan mas Dony yang selalu memberikan dorongan hingga skripsi ini selesai. 15. Semua teman yang telah menemani hari – hari penulis selama penulis menyelesaikan kuliah di Fakultas Psikologi. 16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semarang, Juni 2007

Penulis

vii

Perpustakaan Unika

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti anak tersebut sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Dalam perkembangannya seringkali anak – anak usia pubertas menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada anak perempuan atau pun perubahan suara pada anak laki-laki, secara biologis anak-anak tersebut mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak terutama pada anak perempuan. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, tumbuhnya bulu di ketiak, pembesaran buah dada, dan lain sebagainya sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Bentuk fisik anak-anak akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawanya pada dunia remaja. Disamping itu, perubahan

Perpustakaan Unika

fisik tersebut akan mempengaruhi pula keadaan psikis, kognitif dan sosial anak. Ketidaknyamanan pada tubuh yang dirasakannya, dan ketidakpahaman anak dalam menghadapi perubahan tersebut akan menimbulkan perilaku perilaku baru seperti menjadi mudah marah, melawan, bingung, berperilaku yang beresiko, eksperimen terhadap zat, problem sekolah, keluhan psikosomatis, aktivitas seksual, dsb. Menurut Garrison (dalam Mappiare, 1982, h. 152) individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang khas, seperti kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan akan penerimaan orang lain. Salah satu hubungan interpersonal yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis-sosiologis pada anak pubertas adalah pertemanan. Kehadiran teman bagi anak perempuan khususnya pada masa pubertas akan sangat berarti bagi hidupnya. Mappiare (1982, h. 167) mengatakan jika teman-teman sebayanya hanya sedikit yang mau menerima kehadiran dirinya maka anak tersebut akan merasa kekurangan teman untuk bergaul. Membina pertemanan dengan sesama jenis ataupun lawan jenis merupakan salah satu bentuk pengembangan hubungan interpersonal. Oleh karena itu anak pada masa pubertas memerlukan seseorang untuk dapat dijadikan kawan berbincang dan tempat curahan suka dukanya, kawan untuk membagi rasa kecemasan dan permusuhan, serta kawan untuk memikul rahasia dan rasa sedih. Dengan membagikan ataupun mencurahkan beban hati serta pikiran itulah maka akan terasa oleh para anak pubertas bahwa penderitaan atau kecemasannya akan sedikit terungkit lepas. Hurlock (1997, h. 197) menegaskan bahwa teman memberikan pengaruh paling besar dalam kehidupan individu. Pertemanan mengandung unsur

Perpustakaan Unika

spesifik, seperti kepercayaan, keterbukaan, saling berbagi suka duka, dan belajar mengatasi konflik. Anak pubertas berusaha mempunyai teman untuk berbagi rasa dengan yang lain. Oleh karena itu, pada masa pubertas timbul pengelompokan-pengelompokan, salah satunya adalah Chums yaitu kelompok dimana anak berteman karib dengan ikatan pertemanan yang sangat kuat dan biasanya terdiri dari dua sampai tiga teman dekat (Mappiare, 1982, h. 158). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pertemanan, maka dapat dilihat dari kualitas pertemanannya. Menurut Coleman (1980, h. 91) bahwa kualitas pertemanan adalah seberapa besar penerimaan yang ditunjukkan dari adanya kedekatan hubungan antara dua orang atau lebih yang melibatkan penyikapan diri sendiri serta merupakan bentuk kedekatan alamiah. Dan untuk melihat kualitas

pertemanan

dapat

dilakukan

dengan

mempersepsikan

atau

memberikan penilaian melalui pengamatan, tanggapan tentang kualitas pertemanan antara anak-anak pubertas dengan temannya. Kualitas hubungan dalam sebuah pertemanan memberi nilai tersendiri dalam berteman. Anak pubertas akan merasa cemas apabila dirinya tidak mempunyai teman, karena pengaruh masa puber yang berpengaruh pada perubahan kondisi fisik juga akan menimbulkan kecemasan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya teman sebaya yang berkunjung ke rumahnya atau kelompok teman sebayanya yang akan mengajaknya pergi bermain bersama. Kartono (1990, h. 108) mengemukakan bahwa kecemasan adalah rasa ragu, gemetar/tidak berani terhadap hal-hal yang tidak konkrit, semu, ataupun tidak jelas, selalu penuh dengan ketegangan emosionil, serta dipenuhi oleh bayangan-bayangan kesulitan yang ada dalam khayalan saja. Sedangkan Rathus (dalam Nawangsari, 2001, h. 79) berpendapat bahwa kecemasan

Perpustakaan Unika

didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang ditandai oleh adanya tekanan, ketakutan, kegalauan dan ancaman yang berasal dari lingkungan. Hal ini didukung oleh pendapat Bandura (dalam Nawangsari, 2001, h. 79) bahwa kecemasan ada ketika seseorang tidak dapat meramalkan/ menguasai (mengendalikan) suatu situasi atau obyek sehingga terdapat ketakutan terhadap obyek itu. Kecemasan yang dialami oleh anak pubertas juga dipengaruhi oleh adanya penilaian diri yang negatif. Harga diri yang rendah dan rasa malu kerap dimiliki anak perempuan sebagai akibat dari periode pubertas. Kecemasan ini muncul karena perubahan fisik yang sedang dialami akan berpengaruh pada bentuk fisik pada masa dewasa nanti. Seperti hal-nya contoh berikut: “..makin lama, Putri makin cemas dan stress berat sampaisampai dia tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran di sekolah. Nilai-nilainya turun dan Putri pun semakin menyendiri, dan enggan berkumpul dengan teman-temannya. Putri selalu menghabiskan waktunya di kamar, untuk bercermin dan bercermin, dan semakin lama bercermin, semakin cemaslah hatinya dan sangat stress sebab tidak ada satu pun usahanya berhasil memperbaiki apa yang Putri anggap sebagai kekurangannya…” (Suara Pembaharuan, 2004). Pada contoh kasus di atas terlihat jelas bahwa kematangan fisik dan perubahan kondisi pergaulan mengakibatkan anak pubertas mengalami serangkaian perubahan mental yang kompleks yang terjadi secara serentak dan saling terkait satu sama lain. Perubahan bentuk tubuh memungkinkan seorang anak perempuan pada masa pubertas merasa nyaman terhadap penampilan fisik dan bangga akan kemampuan yang dimiliki tubuhnya, ataupun

Perpustakaan Unika

merasakan ketidaknyamanan dengan keadaan tubuhnya. Perubahan tersebut menuntut anak pubertas untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi barunya. Dengan semakin berkembangnya lingkup pergaulan, maka terjadi pula perubahan orientasi kedekatan. Hal itu seringkali menimbulkan kecemasan dimana anak pubertas biasanya mulai jatuh cinta, mulai terpacu untuk menunjukkan diri dan kemampuannya, serta lebih banyak terikat dan memperoleh penerimaan dari teman sebayanya, sehingga anak pubertas cenderung mulai mementingkan norma-norma kelompoknya dengan tujuan agar tidak dikucilkan oleh teman sebayanya ( Majalah Familia, 2003 ). Dalam hubungannya dengan lingkungan teman-teman sebayanya, anak-anak perempuan usia pubertas yang sedang mengalami perkembangan fisik berusaha mencari identitas diri, dan tak jarang dihinggapi oleh rasa kesunyian, kecemasan, rasa tidak mantap, ataupun rasa tidak puas (Kartono, 1992, h. 38). Kualitas hubungan dalam sebuah pertemanan memberi nilai tersendiri dalam berteman. Menurut Mussen (1989, h 515) remaja putri menghendaki teman yang setia dan dapat dipercaya untuk tempat berbagi. Dengan adanya kualitas pertemanan yang baik, tentu saja kecemasan akan perubahan fisik yang kemungkinan dihadapi oleh anak perempuan dalam proses perkembangannya di masa pubertas akan semakin mengecil dan berkurang. Dari hal-hal yang diungkapkan di atas, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul “Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik Ditinjau dari Kualitas Pertemanan”.

Perpustakaan Unika

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas pertemanan dengan kecemasan anak perempuan pada masa pubertas menghadapi perubahan fisik.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang mampu memperluas cakrawala ilmiah pada psikologi perkembangan pada khususnya, serta ilmu psikologi pada umumnya dalam mengetahui kecemasan yang dialami oleh anak perempuan pada masa pubertas. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk membantu mengurangi kecemasan pada anak serta mengatasi masalah – masalah yang berkaitan dengan masa pubertas pada anak perempuan.

Perpustakaan Unika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik 1. Pengertian Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik Suatu pengalaman baru yang dialami oleh individu belum tentu menyenangkan, tetapi adakalanya muncul situasi yang membawa kecemasan. Kretch dan Crutchfield (dalam Hartanti, 1997, h. 150) berpendapat

bahwa

timbulnya

kecemasan

karena

kurangnya

pengalaman dalam menghadapi berbagai kemungkinan, membuat individu tersebut kurang siap dalam menghadapi situasi baru. Kehidupan manusia tentu tidak lepas dari masalah kecemasan perasaan tidak mampu santai, mengalami gangguan tidur, kelelahan, pening, dan jantung berdebar-debar adalah keluhan fisik yang paling sering ditemukan pada individu yang mengalami kecemasan. Kecemasan mempunyai banyak segi yang tak dapat tercakup dalam satu definisi yang sederhana. Kecemasan adalah merupakan bagian hidup yang tidak mungkin ditiadakan.

Menurut

Johnston,

kecemasan

merupakan

suatu

pengalaman emosional yang dirasakan individu sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, tidak jelas penyebabnya yang timbul karena adanya ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh yang berlangsung secara terus menerus (dalam Hartanti, 1997, h. 150). Hal

Perpustakaan Unika

itu didukung oleh pendapat Mahmud (1990, h. 235) yang menyatakan bahwa seseorang bisa menjadi cemas bila dalam kehidupannya terancam oleh sesuatu yang tidak jelas karena kecemasan dapat timbul pada banyak hal yang berbeda-beda. Kartono (1990, h. 108) memiliki pandapat bahwa kecemasan adalah rasa ragu, masygul, gemetar / tidak berani terhadap hal-hal yang tidak konkrit, semu, ataupun tidak jelas. Selalu penuh dengan ketegangan emosionil, serta dipenuhi oleh bayangan-bayangan kesulitan yang ada dalam khayalan saja. Hal ini didukung oleh Rathus (dalam Nawangsari, 2001, h. 79) yang berpendapat bahwa, kecemasan didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang ditandai oleh adanya tekanan, ketakutan, kegalauan, dan ancaman yang berasal dari lingkungan. Menurut Hambly (1998, h. 4) kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi yang menyebabkan stress. Kecemasan merupakan reaksi fisik terhadap stress dan reaksi ini sudah ada sejak masa lalu. Chaplin (1997, h. 32) dalam Kamus Psikologi menyatakan bahwa

anxiety

(kecemasan,

kegelisahan)

merupakan

perasaan

campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Jadi berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu bentuk reaksi akibat perubahan kondisi yang tidak menyenangkan disertai keluhan fisik yang menimbulkan stress. Dapat juga dikatakan bahwa kecemasan merupakan manifestasi dari berbagai bentuk emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika

Perpustakaan Unika

individu sedang mengalami ketegangan-ketegangan mental sehingga menyebabkan individu kehilangan kemampuan penyesuaian diri. Masa pubertas ditandai dengan timbulnya perubahan-perubahan, yaitu berlangsungnya pertumbuhan seksual sampai dengan tercapainya perkembangan fisik dan mental secara maksimal. Ditinjau dari segi biologis, saat ini anak mengalami masa pubertas pada awal usia belasan tahun, bahkan sebelumnya. Pada masa kini, seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas, namun tidak berarti anak pada masa pubertas sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Usia 11 tahun merupakan awal pubertas bagi anak perempuan (Zulkifli, 1986, h. 86). Rangkaian perubahan yang paling jelas adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas atau pada masa awal remaja. Gejala ini memberi isyarat bahwa fungsi reproduksi atau kemampuan untuk menghasilkan keturunan sudah mulai bekerja. Seiring dengan itu berlangsung pula pertumbuhan yang pesat pada tubuh dan anggota-anggota tubuh untuk mencapai proporsi orang dewasa. Pertumbuhan fisik pada masa pubertas mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan pada masa kanak-kanak dan masa dewasa. Maka untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, anak-anak usia pubertas biasanya membutuhkan makan dan tidur lebih banyak. Perkembangan fisik pada masa pubertas terlihat pada tungkai, tulang kaki dan tangan yang berkembang pesat, sehingga anak di usia pubertas terlihat bertubuh tinggi namun kepalanya masih mirip dengan anak-anak. Seorang individu lalu mulai terlihat berbeda, dan sebagai

Perpustakaan Unika

konsekuensi dari hormon yang baru, anak perempuan pada masa pubertas mulai merasa adanya perbedaan (Agustiani, 2006, h. 30). Atkinson (1991, h. 134) menyatakan masa remaja adalah suatu transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam masa ini remaja berkembang ke arah kematangan seksual, serta memantapkan identitas dirinya, dengan kata lain, dalam periode ini merupakan masa kritis bagi individu dalam mengembangkan pengalaman yang diperolehnya sejak kecil dalam bentuk kepribadian. Hal ini didukung oleh pendapat Hurlock (1996, h. 188) menyatakan selama pertumbuhan pesat anak perempuan pada masa pubertas terjadi empat perubahan fisik penting, yaitu : a. Perubahan Ukuran Tubuh Perubahan fisik utama pada masa pubertas adalah peningkatan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Perkembangan fisik pada anak pubertas jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot tubuh berkembang pesat. Sehingga anak pubertas kelihatan bertubuh tinggi namun kepalanya masih mirip anak-anak. b. Perubahan Proporsi Tubuh Daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil sekarang menjadi besar. Anak perempuan pada masa pubertas memiliki pingg...


Similar Free PDFs