Kemampuan Berbahasa Inggris Anak dengan Pembelajaran Bilingual Itta The PDF

Title Kemampuan Berbahasa Inggris Anak dengan Pembelajaran Bilingual Itta The
Author Khalil Zaifa
Pages 12
File Size 76.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 103
Total Views 536

Summary

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris Penelitian Kemampuan Berbahasa Inggris Anak dengan Pembelajaran Bilingual Itta The*) Abstrak eberapa Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Jakarta menerapkan pembelajaran B bilingual bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Para ahli masih belum sependapat tentang pe...


Description

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

Penelitian

Kemampuan Berbahasa Inggris Anak dengan Pembelajaran Bilingual

Itta The*)

Abstrak eberapa Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Jakarta menerapkan pembelajaran bilingual bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Para ahli masih belum sependapat tentang pengaruh pembelajaran itu terhadap perkembangan kognitif anak. Penelitian ini ingin mengetahui pendapat para ibu tentang kemampuan anak dan hasil pembelajaran bilingual di Kelompok Bermain. Penelitian dilakukan di Kelompok Bermain (KB) TKK 6 BPK PENABUR Jakarta dengan menyebar angket kepada ibu-ibu anak KB tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para ibu berpendapat kemampuan anak mereka dalam bahasa Inggris dan perkembangan kognitif anak serta hasil belajar mereka pada rentang baik sampai sangat baik.

B

Kata Kunci : Persepsi, Kelompok Bermain, bilingual

A number of play group and kindergarten in Jakarta use bilingual instruction, Indonesia and English. In general there are still controversial opinions on using bilingual at play group and kindergarten. This research aims at discovering the opinion of the children’s mothers on the children’s learning achievement of the children at Play Group of TKK 6 BPK PENABUR Jakarta. The findings show according to the opinion of the children’s mothers, the children’s ability in English and their learning achievement are at the range of good and very good.

Pendahuluan Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut setiap orang untuk terus menerus melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu aspek penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia berkualitas. Bahasa yang dimiliki oleh bangsa yang unggul dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peluang menjadi wahana komunikasi global. Bahasa Inggris nampaknya menjadi pemenang dalam percaturan komunikasi global (Huda, 1999). Bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa Internasional cukup penting dipelajari untuk

memasuki era globalisasi, dan dapat dimulai dari pendidikan di Taman Kanak Kanak. Terjadinya perubahan yang sedemikian pesat dalam dunia pendidikan dan pengaruh globalisasi, menyebabkan banyak hal yang harus dilakukan untuk mengikuti perkembangan tersebut. Menyikapi perubahan itu seyogianya suatu lembaga pendidikan perlu mempersiapkan dan melakukan pembenahan diri dalam rangka menghadapi serta memasuki era globalisasi, salah satunya dengan cara melaksanakan pembelajaran secara bilingual bagi muridmuridnya yang dapat dimulai di Taman kanakkanak, karena semua anak mampu belajar dua bahasa dan bilingual memberi keuntungan pada anak. Anak bilingual memiliki intelegensi lebih

*) Kepala TKK 3 BPK PENABUR Jakarta Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

1

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

tinggi dari pada anak monolingual (Lambert dalam Takakuwa, 2000). Pembelajaran secara bilingual bagi anak di TK adalah upaya pengenalan bahasa kedua bagi anak selain bahasa Indonesia yang dikenalnya, melalui kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan sehari-hari di tempat anak TK bermain dan belajar. Agar memiliki kemampuan bilingual anak harus mendapatkan banyak masukan dan latihan melalui kegiatan mendengarkan dan mengucapkan dari kedua bahasa yang dipelajari, dengan strategi yang mempertimbangkan kualitas dan kuantitas dalam mengenalkan bahasa yang akan dipelajari, supaya dapat diperoleh hasil yang nyata dalam perkembangan bilingualisme (Baker, 2000). Dengan melihat adanya beberapa taman kanak-kanak yang telah melakukan pembelajaran secara bilingual dan adanya pendapat yang menyatakan bahwa bilingual memberi pengaruh negatif yang berbahaya bagi perkembangan kognitif anak (Sulivan, Ausubel, Ives, dalam Takakuwa, 2000), penelitian dilakukan untuk melihat manfaat penggunaan bilingual di Taman kanak-kanak. Penelitian dilakukan di Kelompok Bermain TKK 6 BPK PENABUR, untuk menyibak bagaimanakah pandangan para ibu dari anak kelompok bermain terhadap kemampuan anak berbahasa Inggris dengan pembelajaran bilingual yang telah dilakukan.

Identifikasi Masalah 1.

2.

3.

Bagaimanakah kemampuan bahasa Inggris guru TK, dalam rangka mempersiapkan diri untuk melakukan pembelajaran secara bilingual di TK?. Bagaimanakah program pembelajaran yang disiapkan oleh sekolah dalam rangka pelaksanaan pembelajaran secara bilingual ?. Bagaimanakah kemampuan anak dalam berbahasa Inggris dengan pembelajaran bilingual di kelompok Bermain TKK 6 BPK PENABUR Jakarta?.

Pembatasan Masalah Berdasarkan umpan balik para ibu selaku orangtua murid Kelompok Bermain terhadap kemampuan berbahasa Inggris anak dengan 2

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

pembelajaran bilingual di TKK 6 BPK PENABUR pada tahun ajaran 2005-2006. Penelitian ini dibatasi pada masalah yang ketiga yaitu berkaitan dengan kemampuan berbahasa Inggris anak dengan pembelajaran bilingual di kelompok bermain TKK 6 BPK PENABUR Jakarta. Kemampuan yang dimaksud didasarkan pada pendapat ibu selaku orang tua anak. Dengan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah umpan balik para ibu terhadap kemampuan berbahasa Inggris anak dengan pembelajaran secara bilingual di Kelompok Bermain di TKK 6 PENABUR ?.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemampuan berbahasa Inggris anak dengan pembelajaran bilingual di Kelompok Bermain TKK 6 BPK PENABUR berdasarkan pendapat ibu anak . Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Kepala TKK 6 BPK PENABUR. Memberi masukan kepada kepala sekolah agar dapat mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan pembelajaran bilingual, melalui umpan balik para ibu Kelompok Bermain di TKK 6 BPK PENABUR 2. Guru TKK 6 BPK PENABUR. Memberi masukan kepada para guru agar dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara bilingual lebih baik. 3. Para ibu Kelompok Bermain TKK 6 BPK PENABUR. Memberi masukan kepada para ibu dari anak-anak Kelompok Bermain bahwa belajar bilingual memberi peluang untuk mengembangkan kemampuan anak dalam hal (1) kemampuan berkomunikasi, (2) mengenal budaya, (3) mengembangkan kognitif, (4) mengembangkan kepribadian, (5) meningkatkan prestasi pendidikan 4. Yayasan BPK PENABUR Jakarta. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki pelaksanaan bilingual. 5. Penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu cara dalam melakukan penelitian sejenis pada waktu yang akan datang.

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

Kajian Teoretis Bilingual 1. Pengertian Bilingual Pengertian Bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Bilingual yang dipergunakan oleh guru Kelompok Bermain dalam melaksanakan pembelajaran di TKK 6 BPK PENABUR adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Menurut Hurlock (1993), dwibahasa (bilingualism) adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang lain secara lisan dan tertulis. Anak yang memiliki kemampuan dwibahasa memahami bahasa asing dengan baik seperti halnya pemahaman anak terhadap bahasa ibunya. Anak mampu berbicara, membaca dan menulis dalam dua bahasa dengan kemampuan yang sama. Pelaksanaan pembelajaran secara bilingual yang dilakukan di Kelompok Bermain TKK 6 BPK PENABUR lebih mengutamakan agar anak memiliki kemampuan memahami komunikasi lisan dan dapat berbicara dalam dua bahasa. 2. Manfaat Bilingual Baker (2000) menuliskan pendapatnya, bahwa bilingual memberi dampak pada kehidupan anak dan orangtuanya. Bilingual atau monolingual akan mempengaruhi identitas anak saat dewasa yaitu, sekolah, pekerjaan, pernikahan, area tempat tinggal, perjalanan dan cara berpikir. Kemampuan bilingual bukan hanya sekedar mempunyai dua bahasa, akan tetapi juga mempunyai konsekuensi pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya. Menurut Baker banyak keuntungan dan sangat sedikit kerugian dengan menguasai bilingual. Baker juga mengatakan dengan menguasai bilingual membuat anak mampu berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya dengan bahasa yang sama dimiliki anggota keluarga tersebut karena anak menguasai dua bahasa. Anak yang memiliki kemampuan bilingual mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bangsa dan etnis dalam ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi dibanding anak yang monolingual. Selanjutnya

Baker mengatakan keuntungan lain dalam berkomunikasi secara bilingual adalah ketika anak belajar dalam dua bahasa, saat dewasa dapat mengakses dua literatur, memahami tradisi yang berbeda, juga cara berpikir dan bertindak. Anak atau orang dewasa yang memiliki kemampuan bilingual akan memiliki dua atau lebih pengalaman di dunia, karena setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku yang berbeda, pepatah kuno, cerita, sejarah, tradisi, cara berkomunikasi, literatur yang berbeda, musik, bentuk hiburan, tradisi religius, ide dan kepercayaan, cara berpikir,dan bentuk kepedulian. Dengan dua bahasa maka akan didapat pengalaman budaya yang lebih luas dan sangat mungkin untuk menghasilkan toleransi yang lebih besar antara budaya-budaya yang berbeda serta akan menipiskan rasa rasialis. Monolingual juga bisa mengenal perbedaan budaya, tapi untuk mengenal budaya-budaya yang berbeda dibutuhkan bahasa dari budaya tersebut. Memiliki kemampuan bilingual memberi kesempatan yang lebih besar untuk secara aktif mengenal budaya, karena menguasai bahasa dari budaya tersebut. Baker juga mengatakan terlepas dari aspek sosial, budaya, ekonomi, hubungan pribadi dan keuntungan komunikasi, riset telah menunjukkan bahwa bilingual memberi keuntungan tertentu dalam berpikir, anak yang memiliki kemampuan bilingual akan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan ide. Menurut Baker ketika perbedaan asosiasi terdapat pada setiap kata, anak yang memiliki kemampuan bilingual dapat berpikir lebih tajam, fleksibel, kreatif, dan dapat membawa seseorang menjadi lebih hati-hati dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda bahasa. Beberapa kemampuan potensial dari bilingual (Baker,2000) a. Kemampuan komunikasi 1) Komunikasi lebih luas 2) Memahami dua bahasa Penggunaan bilingual dapat mengembangkan kemampuan komunikasi, anak dapat berkomunikasi dengan menggunakan dua bahasa yang dipelajari atau bahasa yang biasa digunakan oleh anak terhadap orang anggota keluarga dan juga terhadap orang lain. b. Kemampuan mengenal budaya 1) Penyerapan budaya asing 2) Toleransi lebih besar Penggunaan bilingual membantu anak mengenal budaya asing, karena setiap bahasa Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

3

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

berjalan dengan sistem perilaku dan budaya yang berbeda. Dengan mengenal bahasa, anak dapat mengenal budaya dari bahasa tersebut, juga menumbuhkan sikap toleransi anak terhadap orang lain yang memiliki budaya berbeda. c. Kemampuan perkembangan kognitif 1) Kreatif 2) Sensitif dalam berkomunikasi Penggunaan bilingual mengembangkan kemampuan berpikir anak, anak menjadi kreatif dan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek dan ide, juga membuat anak lebih hati-hati dalam berkomunikasi dengan orangorang yang berbeda bahasa. d. Kemampuan mengembangkan kepribadian 1) Menaikkan rasa percaya diri 2) Rasa aman dalam identitas Penggunaan bilingual dapat menumbuhkan dan menaikkan rasa percaya diri pada anak, karena dengan menguasai dua bahasa anak lebih berani untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman dalam lingkungan yang menggunakan dua bahasa yang dipahami oleh anak. e. Kemampuan Pendidikan 1) Meningkatkan prestasi pendidikan 2) Lebih mudah mempelajari bahasa ketiga Penggunaan bilingual akan memudahkan anak mempelajari bahasa yang ketiga, ketika anak sudah menguasai dua bahasa. Di samping itu prestasi belajar anak meningkat karena anak memperoleh kata-kata baru dalam bahasa Inggris, untuk kata yang sama dalam bahasa Indonesia. Hurlock (1993) juga mengatakan, pada waktu anak diharapkan mempelajari dua bahasa secara serempak, anak harus mempelajari dua kata yang berbeda untuk setiap obyek yang mereka sebut dan untuk setiap pikiran yang ingin anak ungkapkan. Anak harus mempelajari dua perangkat bentuk tata bahasa, selain itu anak harus mempelajari bagaimana mengucapkan huruf yang sama atau kombinasi huruf yang sama secara berbeda. 3. Keterampilan Menguasai Bilingual Keterampilan menguasai bilingual adalah suatu hal yang menyenangkan bagi anak usia dini, ketika anak memperoleh kemampuan tersebut dari hasil proses bilingual yang dilakukan. Saat usia anak 3 sampai 5 tahun, semua anak berkompeten setidaknya dalam satu bahasa dan dalam waktu yang sama anak dapat menguasai dua bahasa. Hal yang penting untuk diketahui orangtua dan pendidik anak usia dini tentang 4

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

bilingualism pada masa kanak-kanak (www.earlychildhood.com): a. Semua anak mampu belajar dua bahasa. b. Penting untuk mengetahui salah satu bahasa orangtua, sebagai komponen identitas budaya anak dan rasa kebersamaan. c. Kemampuan bilingual menjadi lengkap, jika anak mempunyai pengalaman kaya di dua bahasa tersebut. d. Bahasa yang lebih sering digunakan di masyarakat akan lebih banyak memberi dukungan. e. Orangtua dapat melengkapi kemampuan bilingual dengan menggunakan bahasa yang paling anak ketahui dan menggunakannya secara bervariasi. Para ahli mendukung pandangan yang menyatakan bahwa semakin dini anak belajar bahasa asing, semakin mudah bagi anak untuk menguasai bahasa asing tersebut. Untuk dapat membimbing anak-anak menjadi bilingual, ada beberapa hal yang dapat dilakukan (www.literacytrust.org.uk): a. Membiasakan anak secara kontinu terlibat dalam suasana berbahasa asing, melalui lagu-lagu anak, cerita, dan buku cerita berbahasa asing. b. Mengupayakan agar anak dapat berhadapan langsung dan mendengar secara teratur kalimat, atau kata-kata asing. c. Biasakan anak dengan aktivitas mendengar yang bersifat alamiah, yaitu kegiatan bermain sesuai minat dan perkembangan usia anak, yang dilakukan dalam bahasa asing. d. Memasukkan anak ke lingkungan prasekolah yang memakai konsep bilingual, karena pada umumnya sekolah-sekolah jenis ini akan membiasakan anak mengenal bahasa ibu dan bahasa asing.

Anak Kelompok Bermain 1. Pengertian Anak Kelompok Bermain Berdasarkan pembagian periode anak usia Kelompok Bermain, termasuk dalam periode masa kanak-kanak awal yang berlangsung dari usia 2-6 tahun, dan anak Kelompok Bermain adalah anak usia 2-3 tahun. (Hurlock, 1994). 2. Pembelajaran Anak Kelompok Bermain Belajar adalah suatu proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu, dan secara relatif bersifat menetap yang terjadi karena

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

pengalaman (Irwanto,1996) Perubahan yang terjadi mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Gunarsa juga mengatakan, belajar selalu mempunyai hubungan dengan perubahan, baik yang meliputi keseluruhan tingkah-laku maupun pada beberapa aspek kepribadian. (Gunarsa,S. 1990) Pembelajaran anak usia Kelompok Bermain dilaksanakan melalui program KBK (kurikulum berbasis kompetensi) TK untuk usia 2 dan 3 tahun, yang didasarkan pada tugas perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Isi program kegiatan belajar TK dipadukan dalam program kegiatan belajar, yang mencakup Program Kegiatan Belajar dalam rangka pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar. (Puskur Depdiknas, 2002).. 3. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal a. Perkembangan Kognitif Jean Piaget mengatakan bahwa perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal disebut tahap praoperasional yaitu pada usia 2-7 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir anak mulai menggunakan bahasa dan menggeneralisasikannya, dan pemerolehan bahasa anak berdasarkan teori cognitive development Piaget anak usia 2 sampai 7 tahun, anak memperoleh bahasa melalui kegiatan simbolik seperti berbicara. Syah juga mengatakan pada periode perkembangan praoprasional, anak di samping memperoleh kemampuan yang terkait dengan kemampuan berpikir juga memperoleh kemampuan berbahasa. Pada periode ini anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimatkalimat pendek tetapi efektif. (Syah M, 2000:71) . b. Perkembangan Bahasa Menurut Hurlock bahasa adalah bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan disimbolkan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Hal yang mencakup bentuk bahasa menurut Hurlock yaitu bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, pantomim dan seni. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan katakata yang digunakan untuk menyampaikan suatu maksud serta merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaanya paling luas dan paling penting. (Hurlock, 1993).

Sudono, A (2000) mengutip dari Lerner(1982) menyatakan bahwa dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman–pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor bahasa yang lain, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Mendengarkan dan membaca termasuk keterampilan berbahasa yang menerima atau reseptif, sedangkan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang ekspresif. Hurlock juga mengatakan, awal masa kanak-kanak umumnya merupakan saat berkembang pesatnya tugas pokok dalam belajar berbicara, yaitu menambah kosa kata, menguasai pengucapan kata-kata dan menggabungkan kata-kata menjadi kalimat. Kosa kata anak-anak meningkat pesat ketika ia belajar kata-kata baru dan arti-arti baru untuk kata-kata lama. (Hurlock,1994). Selama masa awal kanak-kanak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar bicara. Hal ini disebabkan karena dua hal, pertama belajar berbicara merupakan sarana pokok di dalam sosialisasi. Anak yang mampu berkomunikasi akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan lebih mudah diterima sebagai anggota kelompok teman sebaya daripada anak yang kemampuan berkomunikasinya terbatas. Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Anak-anak yang tidak dapat mengemukakan keinginan dan kebutuhannya atau yang tidak dapat berusaha agar dimengerti orang lain cenderung diperlakukan untuk selalu dibantu dan tidak berhasil memperoleh kemandirian yang diinginkan. Untuk meningkatkan komunikasi terdapat dua unsur penting, pertama anak harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi, dan kedua dalam berkomunikasi anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain.(Hurlock,1993). Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain dalam cara yang dapat dipahami, penting artinya untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang mampu berkomunikasi dengan baik akan diterima lebih baik oleh kelompok sosial dan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk memerankan kepemimpinannya dari pada anak yang kurang mampu berkomunikasi atau takut menggunakannya.(Hurlock,1993).

Jurnal Pendidikan Penabur - No.09/Tahun ke-6/Desember 2007

5

Kemampuan Anak Berbahasa Inggris

c. Perkembangan Afektif Perkembangan afektif adalah perkembangan yang terkait dengan sikap, sikap dalam arti sempit menurut Syah (2000) mengutip dari Bruno (1987) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Syah juga mengatakan tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang berkaitan dengan keanekaragaman perasaan, seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya. (Syah, 2000) Hurlock juga mengatakan emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap pribadi dan sosial, pola Emosi yang umum pada anak menurut Hurlock adalah (1993): a) Rasa takut, b) Rasa Marah, c) Rasa cemburu, d) Dukacita, e) Kegembiraan, Keriangan, Kesenangan, f) Kasih sayang. d. Perkembangan Psikomotorik Hurlock mengatakan awal masa kanak-kanak merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan tertentu dan dianggap sebagai “saat belajar”, ( ...


Similar Free PDFs