Kerangka Investasi Gartner PDF

Title Kerangka Investasi Gartner
Author Richardus Eko Indrajit
Pages 6
File Size 428.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 172
Total Views 357

Summary

236, 2 Mei 2013 SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT Kerangka Investasi Gartner oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected] EKOJI999 Nomor Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sis...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Kerangka Investasi Gartner Richardus Eko Indrajit

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Model Analisa Manfaat dan Biaya Invest asi Teknologi Informasi Richardus Eko Indrajit T OGAF: St andar Met odologi Pengembangan Arsit ekt ur Teknologi Richardus Eko Indrajit Analisa Cost Benefit Invest asi Teknologi Informasi Richardus Eko Indrajit

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Kerangka Investasi Gartner oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]

EKOJI999 Nomor

236, 2 Mei 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].

HALAMAN 1 DARI 5

(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

INTEGRATED PLANNING SUITE

Ada  sebuah kerangka  konseptual  menarik  yang  diperkenalkan  oleh Lembaga  Riset  Gartner  terkait  dengan  manajemen  investasi  teknologi  informasi  di  sebuah  perusahaan.  Gartner  melihat  bahwa  kebijakan  investasi  di  sebuah  perusahaan  adalah  merupakan  bagian  dari  prinsip governance yang harus diterapkan – dalam hal ini adalah bagaimana perencanaan dan  pengembangan  teknologi  informasi  benar‐benar  dilakukan  untuk  mendukung  tercapainya  obyektif  bisnis  dengan  menjunjung  tinggi  aspek  akuntabilitas,  responsibilitas,  dan  transparansi.  Sehubungan  dengan  hal  tersebut,  perencanaan  sebuah  investasi  teknologi  informasi  harus  sejalan  atau align  dengan  strategi  bisnis  terkait.  Untuk  keperluan  tersebut,  Gartner  menawarkan  sebuah  konsep  governance  yang  diberi  nama  ”Gartner’s  Integrated  Planning Suite” (Kumagai, 2002).

Sumber: Gartner, 2002

Dalam  kerangka  ini,  ada  empat  aspek  yang  saling  terkait  satu  dengan  lainnya  sehubungan  dengan  prinsip  governance  yang  ingin  ditegakkan,  dimana  masing‐masing  memiliki  relasi  keterkaitan sebagai berikut: 



Strategic  Planning  dari  perusahaan yang  biasa  dikemukakan secara gamblang  dalam  rencana  bisnis  korporat  (business  plan)  merupakan  hal  yang  men‐drive  disusunnya  sebuah rencana  investasi  teknologi  informasi.  Dengan  memahami  visi,  misi,  obyektif,  dan  ukuran  kinerja  dari  perusahaan  yang  bersangkutan,  akan  diperoleh  gambaran  yang jelas mengenai peranan dan teknologi informasi seperti apa yang harus dibangun  oleh  perusahaan  tersebut.  Untuk  itulah  perlu  dialokasikan  sejumlah  dana  untuk  mengembangkan  teknologi  informasi  tersebut  dalam  durasi  jangka  pendek,  jangka  menengah, dan jangka panjang. Detail dari rencana tersebut biasanya dijelaskan secara  mendalam  dalam  dokumen  Rencana  Induk  Teknologi  Informasi  atau  IT  Masterplan  atau  Information  Technology  Strategic  Planning  yang  merupakan  bagian  tak  terpisahkan dari Strategic Corporate Planning (Perencanaan Strategis Korporat).

Mengingat  bahwa  pengembangan  teknologi  informasi  perusahaan  akan  dibangun  secara  bertahap  sebelum  sebuah  sistem  holistik  atau  menyeluruh  selesai  dibangun,  maka  manajemen  investasi  teknologi  informasi  tersebut  harus  dikembangkan  berdasarkan  arsitektur  teknologi  informasi  yang  diadopsi  perusahaan  atau  yang  diistilahkan Gartner sebagai Enterprise  Architecture. Sebuah arsitektur yang baik  akan  memperlihatkan  keseluruhan  komponen  dan  hubungan  keterkaitan  satu  dengan  lainnya  yang  membentuk  sebuah  sistem  teknologi  informasi  korporat.  Diperlihatkan  pula  dalam  arsitektur  tersebut  bagaimana  �iloso�is  pembangunan  sistem  secara 

HALAMAN 2 DARI 5

(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI





PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

”rumah  tumbuh” akan dikembangkan  oleh perusahaan,  sesuai  dengan  kekuatan  dan  keterbatasan sumber daya yang dimiliki.

Karena begitu banyaknya komponen dalam arsitektur  teknologi informasi yang harus  dibangun –  yang  terbagi  menjadi  sejumlah  kategori  seperti  perangkat  lunak  (sistem  operasi,  aplikasi,  dan  basis  data),  perangkat  keras  (komputer,  jaringan,  dan  infrastruktur),  dan perangkat manusia  (user  dan  kebijakan) – maka diperlukan suatu  pendekatan  manajemen  portofolio  atau  Portfolio  Performance  Management  agar  terjadi  optimalisasi  proses  pengembangan.  Konsep  portofolio  yang  dikembangkan  tersebut berakar dari beranekaragamnya perspektif atau pandangan mengenai nature  dari teknologi informasi yang ingin dibangun, seperti dilihat dari segi: prioritas, fungsi,  utilisasi,  kebutuhan,  demogra�i,  stakeholder,  karakteristik  sumber  daya,  aspek  perencanaan, dan lain sebagainya. Dalam  perkembangannya,  keputusan  yang  diambil  berdasarkan  prinsip  manajemen  portofolio  ini  akan diukur kinerjanya,  terutama  terkait  dengan  bagaimana  keputusan  penerapan  teknologi  informasi  tersebut  akan  berpengaruh  terhadap  kinerja  bisnis  perusahaan  secara  keseluruhan.  Oleh  karena  itulah  dikatakan  bahwa  manajemen  portofolio tersebut akan mempengaruhi strategic planning yang disusun.

Perlu  diketahui  bahwa  Gartner  mengembangkan  konsep  ber�ikir  dalam  kerangka  tersebut  karena  dilatarbelakangi  oleh  hasil  riset  yang  dilakukannya  pada  tahun  2002,  dimana  didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perusahaan  yang  dapat  mengintegrasikan  rencana  bisnis  korporat  dengan  strategi  pengembangan teknologi informasinya (strategic planning) akan memiliki kinerja yang  jauh lebih baik dari perusahaan yang gagal melakukan integrasi tersebut;

2. Perusahaan  yang  memiliki  arsitektur  teknologi  informasi  yang  jelas  (enterprise  information  technology  architecture)  akan  mampu  memperbaiki  kinerja  operasionalnya  30%  lebih  baik  dibandingkan  dengan  perusahaan  lain  yang  tidak  memilikinya  –  terutama  berkaitan  dengan  tuntutan  perubahan  karena  lingkungan  eksternal yang dimanis dari waktu ke waktu; dan 3. Perusahaan yang  menerapkan prinsip  manajemen  portofolio  dalam  beragam  proyek  teknologi  informasinya  berhasil  melakukan  penghematan  10‐30%  terhadap  pengeluaran dari  masing‐masing  proyek  yang dilakukan (kebanyakan karena adanya  pengurangan aktivitas alokasi sumber daya yang redudansi).

Dengan  kata  lain,  keberadaan  aspek strategic  planning,  enterprise  architecture,  dan portfolio  performance  management  merupakan  kunci  penting  yang  harus  dipertimbangkan  secara  sungguh‐sungguh  dalam  melakukan  strategi  pengelolaan  investasi  teknologi  informasi  di  sebuah perusahaan. 

VALUE‐OPTIMIZED FRAMEWORK

Dalam  kenyataan  sehari‐hari,  sangat  jarang  perusahaan  berada  dalam  kondisi  yang  ideal  seperti yang dimaksud di atas. Proses menuju pada terciptanya governance tersebut biasanya  secara evolusi dilalui oleh perusahaan dalam beberapa tahap yang kerap diistilahkan sebagai  proses  ”pematangan”  atau  maturity  process.  Berpegang  pada  standar  IT  Governance  yang  diperkenalkan  oleh  Information  System  Audit  and  Control  Association  (ISACA)  yang  HALAMAN 3 DARI 5

(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

dikembangkan  dengan  menggunakan  teori  Capability  Maturity  Model  (CMM)  dari  Software  Engineering  Institute  (SEI),  proses  pematangan IT  Governance  dilakukan  melalui  lima tahap  (level). Kerangka yang diberi nama ”Value‐Optimized Framework” ini berusaha untuk melihat  kematangan  tata  kelola  (governance)  perusahaan  dari  dua  sisi  utama,  yaitu  manajemen  portofolio  investasi  (portfolio  management)  dan  keberadaan  indikator  untuk  mengukur  kinerja  (performance  measurement).  Adapun  kelima  tahap  yang  dimaksud  memiliki  arti  sebagai berikut:

1. Pada  tahap  awal  ini  yang  dijadikan  fokus  untuk  mengembangkan  governance  lebih  pada aktivitas internal perusahaan, yang masing‐masing dilakukan oleh sebuah fungsi  organisasi.  Dengan  kata  lain,  ukuran  kinerja  perusahaan  dilihat  dari  seberapa  jauh  beragam aktivitas  internal  memenuhi standar yang telah ditentukan oleh manajemen.  Sementara  itu,  terkait  dengan  permasalahan  manajemen  portofolio  investasi,  manajemen  masih dalam  fase  dini,  dimana  mulai  ditanamkan  keperdulian mengenai  pentingnya aspek ini.

2. Pada tahap kedua ini,  fokus pengukuran kinerja mulai  ditekankan pada aktivitas atau  proses  lintas  departemen.  Yang  menjadi  ukuran  utama  pada  proses  lintas  fungsi  ini  adalah  outcome  atau  output  yang  dihasilkan  oleh  serangkaian  proses  tersebut,  terutama  dilihat  dari  sisi  customer  atau  pelanggan  dari  rangkaian  proses  tersebut.  Adapun  dalam  kaitannya  dengan  manajemen  investasi,  pimpinan  perusahaan  mulai  memahami  dan menetapkan baku standar tata kelola investasi  teknologi informasi di  perusahaan yang harus ditaati oleh segenap sumber daya manusia yang ada.

Sumber: Gartner, 2002

3. Pada tahap selanjutnya,  perusahaan mulai mengkonsentrasikan diri untuk  melibatkan  dan  mengukur  performansi  sejumlah  proses  eksternal  yang  terintegrasi  dengan  beragam  rangkaian  proses  internal.  Pada  saat  yang  bersamaan,  manajemen  perusahaan  telah  secara  penuh  menerapkan  tata  kelola  investasi  portofolio  proyek  teknologi informasi secara penuh dan menyeluruh. 4. Pada  tahap keempat,  domain  kinerja  proses  ditingkatkan secara lebih luas  lagi,  yaitu  menyangkut keseluruhan proses perusahaan yang telah diintegrasikan dengan seluruh  rangkaian  proses  yang  dimiliki  oleh  para  mitra  bisnis,  baik  yang  berfungsi  sebagai 

HALAMAN 4 DARI 5

(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

pemasok  (supplier),  vendor,  lembaga  keuangan,  dan  mitra  strategis  lainnya.  Konsep  manajemen  terintegrasi  seperti  supply  chain  management  dan  customer  relationship  management  merupakan  beberapa  contoh  dari  teori  yang  dapat  diterapkan  dalam  format ini.  Sementara itu di sisi  manajemen investasi, telah terjadi proses optimalisasi  atau  perbaikan  terhadap  kinerja  total  portofolio  yang  dimaksud  –  terutama  berdasarkan hasil evaluasi dari implementasi portofolio yang sudah‐sudah.

5. Pada  tahap ultimate atau  �inal ini,  secara teori  telah  terjadi  sebuah  platform,  dimana  penyelenggaraan  proses  internal  dan  eksternal  telah  membentuk  suatu  sistem  yang  mampu memperbaiki  dirinya  sendiri  –  dalam  arti  kata  dapat  dengan mudah  diubah‐ ubah  dan  disesuaikan  dengan  kondisi  bisnis  yang  secara  dinamis  berubah  (kemampuan adaptif). Sementara di sini manajemen investasi, dengan sendirinya telah  terjadi proses leveragement dari  teknologi informasi  yang dimiliki karena telah terjadi  sejumlah optimalisasi proses di berbagai bidang. 

Dalam  kerangka  value‐optimized  tersebut  terlihat  bahwa  ketiga  aspek  lainnya  dalam  tata  kelola teknologi  informasi  –  yaitu strategic planning,  investment  management,  dan  enterprise  architecture  –  merupakan  pilar  penyanggah  terlaksananya  governance  yang  baik  selama  proses pematangan terjadi dengan fungsi keterkaitan sebagai berikut: 

 

Strategic Planning akan memberikan arahan kebijakan strategis terhadap sumber dan  cara membiayai investasi yang dibutuhkan (�inancing and funding strategy);

Investment  Management  akan  berisi  anggaran  tahunan  yang  direncanakan  untuk  dialokasikan bagi pengembangan teknologi inforamsi; dan  Enterprise  Architecture  akan  memiliki  keterkaitan  yang  erat  dengan  resiko  investasi  yang  siap  ditanamkan  oleh  perusahaan  bagi  pembangunan  dan  pengembangan  teknologi informasinya.

Menurut  hasil  riset  oleh  lembaga  yang  sama,  perusahaan  yang  mengembangkan  prinsip  governance‐nya  secara  bertahap  sesuai  dengan  maturity  model  yang  ada  berhasil  meningkatkan kinerjanya secara signi�ikan, yaitu:   

Mempercepat proses pengembangan aplikasi bisnis yang dipergunakan hingga 40%; Mereduksi biaya pengembangan aplikasi hingga 25%; dan

Mengurangi  permasalahan  proyek  yang  dipicu  karena  ketidaktepatan  jadwal  penyelesaian hingga 145%. ‐‐‐ akhir dokumen ‐‐‐

HALAMAN 5 DARI 5

(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013...


Similar Free PDFs