Keterkaitan Matematika Dengan Ibadah Puasa Ramadhan PDF

Title Keterkaitan Matematika Dengan Ibadah Puasa Ramadhan
Author Sita Sari
Pages 6
File Size 162.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 340
Total Views 778

Summary

Keterkaitan Matematika Dengan Ibadah Puasa Ramadhan Sita Rokhana Sari Jurusan Tadris Matematika, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur No. 46 Tulungagung e-mail: [email protected] ABSTRAK Matematika dijadikan sebagai ilmu dasar yang melayani semua ilmu pengetahuan....


Description

Keterkaitan Matematika Dengan Ibadah Puasa Ramadhan

Sita Rokhana Sari Jurusan Tadris Matematika, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung Jl. Mayor Sujadi Timur No. 46 Tulungagung e-mail: [email protected]

ABSTRAK Matematika dijadikan sebagai ilmu dasar yang melayani semua ilmu pengetahuan. Hal ini juga akan bersinergi dengan kehidupan umat manusia, mulai dari aktivitas fisik hingga kegiatan rohani yang berkaitan dengan aktivitas agama. Artinya, semua ilmu pengetahuan yang memiliki ketetapan atau aturan yang jelas, dapat dimatematikasi atau dibuat model matematika. Hal ini selaras dengan pengertian matematika sebagai ilmu pasti. Ilmu pasti berarti suatu keilmuan yang jelas aturan, hukum, dan ketetapannya, bahkan jelas rumusnya. Dalam kajian fikih, misalnya, rukun Islam sudah ada ketentuannya yaitu (1) syahadat, (2) salat, (3) puasa, (4) zakat, dan (5) haji. Semua rukun tersebut memiliki ketetapan hukum, ukuran, aturan, hitungan yang jelas secara syar’i. Matematika dan ibadah puasa ramadhan memiliki keterkaitan yang cukup erat. Jika dianologikan menggunakan bilangan, sebenarnya hanya terdapat sepuluh macam lambang bilangan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Bilangan-bilangan tersebut akan membentuk siklus, yaitu setelah 9 akan kembali lagi ke 0. Jika dihubungkan dengan bulan Ramadhan yang merupakan bulan ke-9, hal ini sangat sesuai dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Ibadah puasa Ramadhan diharapkan dapat mengembalikan umat Islam pada posisi nol, yaitu posisi fitrah. Kata Kunci: Matematika, Puasa, Ramadhan

PENDAHULUAN Ilmu merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Banyak ayat-ayat Alquran dan hadits Nabi yang menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu. Dalam Q.S. Al-Alaq (96) ayat 1 – 5 Allah telah berfirman yang artinya “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”. Ayat tersebut memerintahkan kepada setiap umat manusia untuk membaca sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. Dalam QS. Al-Ghasiyah (88) ayat 17-30 juga dijelaskan bahwa: “Tidakkah mereka perhatikan bagaimana unta diciptakan, langit ditinggikan, gunung ditegakkan dan bumi dihamparkan”. Ayatayat tersebut jika diresapi maknanya secara mendalam, sebenarnya juga merupakan perintah dan anjuran menggali ilmu pengetahuan seluas-luasnya dengan melakukan riset terhadap alam semesta. Islam adalah agama yang diturunkan kepada umat manusia dalam segala ruang, waktu dan kondisi. Karena itu ajaran Islam memiliki nilai kebenaran yang universal sehingga bisa cocok untuk semua manusia yang mau menerima kebenaran. Ajaran Islam sangat menghargai pemanfaatan akal atau rasio yang mengantarkannya kepada kebenaran yang hakiki dan sumber kebenaran itu sendiri yaitu Allah SWT. Bahkan dalam banyak ayat al-Quran diisyaratkan dalam

Copyright © Sita Rokhana Sari 2018

Sita Rokhana Sari: Keterkaitan Matematika Dengan Ibadah…

bentuk pertanyaan: afala ta’qilun (apakah kamu tidak menggunakan akalmu), afala tatafakkarun (apakah kamu tidak berpikir ?) 1. Matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu mathema yang berarti sesuatu yang dipelajari atau sesuatu yang perlu diketahui. Mathema diturunkan dari kata manthano atau ekivalen dengan kata mathaino yang berarti belajar. Bentuk kata sifatnya adalah mathematikos yang berarti hal-hal yang berhubungan dengan belajar atau suka belajar (Abdussakir, 2007). Nasoetion (1980:12) menyatakan bahwa matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari. Dan secara etimologis, matematika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan berpikir2. Namun tidak ada definisi yang tepat untuk mendefinisikan matematika, hal sama disebutkan pula oleh Abdussakir bahwasanya secara istilah, sampai saat ini belum ada definisi yang tepat megenai matematika. Para ahli filsafat atau ahli matematika telah mencoba membuat definisi matematika, tetapi sampai saat sekarang belum ada yang menyatakan bahwa jawabannya adalah yang terakhir. Belum ada definisi yang disepakati untuk menjelaskan matematika itu apa.3 Matematika merupakan abstraksi dari dunia nyata. Karena matematika merupakan abstraksi dari dunia nyata, maka objek matematika bersifat abstrak, tetapi dapat dipahami maknanya. Untuk menyatakan hasil abstraksi, digunakan bahasa simbol. Untuk menyatakan bilangan “tiga” digunakan simbol “3”. Matematika menganut pola pikir atau penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah pola berpikir yang didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang secara umum sudah terbukti benar. Kebenaran yang diperoleh dari beberapa contoh khusus yang kemudian digeneralisasi, masih dikatakan bersifat induktif dan belum diterima kebenarannya dalam matematika. Hal ini berdasar uraian pendapat ahli matematika Barat. Sedangkan pandang Abdussakir, mengenai matematika dideskripsikan sebagai berikut: “Manusia sebenarnya hidup dalam dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia ghaib, alam syahadah dana akam ghaibiyah, dunia fisik dan dunia metafisik, dunia empirik dan dunia non-empirik,

Beni Asyhar and Muniri, “Matematika Sebagai Alternatif Media Dakwah,” in Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika Dan Nilai-Nilai Islami), vol. 1, 2017, 335–41. 2 Abdussakir;Rosimanidar, Malang Jurusan Matematika FST UIN Maulana Malik Ibrahim dan Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Lhokseumawe, and A, “Model Integrasi Matematika Dan AlQuran Serta Praktik Pembelajarannya,” Makalah Seminar Nasional Integrasi Matematika Di Dalam Al-Quran Dengan Tema “ Build a Competitive and Intellectual Young Mathematician Through Mathematics Competition and Integrating Islamic Values in Mathematics Learning,” 2017, 16. 3 Abdussakir, “Pembelajaran Berparadigma Al-Qur’an Untuk Mengatasi Kesulitan Siswa Madrasah Dalam Mempelajari Matematika,” Madrasah 1, no. 1 (2008). 1

2 ж Copyright © Sita Rokhana Sari 2018

Sita Rokhana Sari: Keterkaitan Matematika Dengan Ibadah…

natural dan supranatural. Matematika hakikatnya tidak berada di dunia nyata dan tidak pula di dunia gaib melainkan berada di antara dua dunia itu.”4 Jika masalah dalam dunia nyata dibawa ke dalam dunia matematika maka terjadi proses yang disebut abstraksi. Menerjemahkan bahasa matematika ke dalam dunia nyata disebut aplikasi. Sedangkan hubungan dunia matematika dengan dunia ghaib, belum bisa menyebutkan namanya, apakah juga abstraksi dan aplikasi. Jadi, belajar matematika memerlukan alat atau metode yang mampu menangkap sifat setengah nyata dan setengah gaib yang dimiliki matematika.5 Konon, matematika dijadikan sebagai ilmu dasar yang melayani semua ilmu pengetahuan. Hal ini juga akan bersinergi dengan kehidupan umat manusia, mulai dari aktivitas fisik hingga kegiatan rohani yang berkaitan dengan aktivitas agama. Artinya, semua ilmu pengetahuan yang memiliki ketetapan atau aturan yang jelas, dapat dimatematikasi atau dibuat model matematika. Hal ini selaras dengan pengertian matematika sebagai ilmu pasti. Ilmu pasti berarti suatu keilmuan yang jelas aturan, hukum, dan ketetapannya, bahkan jelas rumusnya. Dalam kajian fikih, misalnya, rukun Islam sudah ada ketentuannya yaitu (1) syahadat, (2) salat, (3) puasa, (4) zakat, dan (5) haji. Semua rukun tersebut memiliki ketetapan hukum, ukuran, aturan, hitungan yang jelas secara syar’i. Oleh karena itu, hal tersebut dapat dikaitkan dengan matematika atau logika. Misalnya, syahadatain (syahadat dua) langsung berkaitan dengan teologis. Paling tidak, hal tersebut terkait dengan matematika pada lafal “laailaahaillallah” yang artinya tidak ada Tuhan selain Allah yang senada maknanya dengan “Allah S.W.T. adalah satu-satunya Tuhan”. Puasa berkaitan dengan matematika (paling tidak pada waktu-waktu khusus seperti awal Ramadan, waktu berbuka, dan waktu imsak) serta banyaknya hari dalam sebulan di bulan Ramadan. Di Indonesia, penentuan awal dan akhir bulan Ramadan ini sering menjadi problem tahunan.6 HASIL DAN PEMBAHASAN Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam. Bulan Ramadhan merupakan penghulu bulan-bulan (sayyidu as-syuhur) dalam kalender Qamariah (Hijriyah). Pada bulan Ramadhan, al-Qur‟an pertama kali diturunkan dan pada bulan ini juga umat Islam di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan rukun Islam yang keempat, dan wajib dilakukan oleh orang mukmin sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183 : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Pada tulisan ini tidak akan dibicarakan mengenai definisi dan tata cara berpuasa, tetapi menjelaskan puasa berkaitan dengan matematika.

4Ibid.

Ibid. Muniri, “Kontribusi Matematika Dalam Konteks Fikih,” Junrnal Pendidikan Matematika 4 (2016): 193–214. 5 6

Copyright © Sita Rokhana Sari 2018 ж 3

Sita Rokhana Sari: Keterkaitan Matematika Dengan Ibadah…

Kata “puasa” merupakan terjemahan dari kata “shaum“. Shaum merupakan bentuk tunggal (mufrad/single), yang bentuk jamaknya adalah Shiam. Jika mengkaji kitab suci al-Qur‟an mengenai puasa ini, maka akan ditemui bahwa kata “shaum” disebutkan sebanyak 1 kali (yaitu pada QS 19:26), sedangkan kata “shiam” disebutkan sebanyak 9 kali, (yaitu pada QS 2:183, 187 (2 kali), 196 (2 kali); QS 4:92; QS 5:89, 95; dan QS 58:4). Jika lebih dalam mengkaji makna “shaum”, akan ditemui bahwa “shaum” merupakan puasa khusus, yang dalam QS 19:26 merupakan puasa berbicara. Untuk ibadah puasa di bulan Ramadhan, al-Qur‟an menggunakan kata “shiam” yang disebutkan sebanyak 9 kali. Mengapa 9 kali? Jawaban paling mudah untuk pertanyaan ini adalah karena bulan Ramadhan merupakan bulan ke-9 dalam kalender Qamariah (Hijriyah). Jadi, jumlah penyebutan kata “shiam” mengarah pada bulan diwajibkannya ibadah shiam tersebut. Apakah ini kebetulan? Ini bukanlah kebetulan, karena al-Qur‟an bukanlah kitab kebetulan. Semua isi al-Qur‟an adalah haqq dan mempunyai tujuan tertentu. Pada sistem bilangan desimal, sebenarnya hanya terdapat sepuluh macam lambang bilangan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Bilangan-bilangan tersebut akan membentuk siklus, yaitu setelah 9 akan kembali lagi ke 0. Jika hal ini dibuat analogi (untuk mengambil hikmah) berkaitkan dengan bulan Ramadhan yang merupakan bulan ke-9, akan didapatkan dua kesan. Kesan pertama, 9 merupakan bilangan terbesar yang sesuai dengan posisi bulan Ramadhan sebagai penghulu bulanbulan (sayyidu as-syuhur). Kesan kedua, setelah 9 maka siklus akan kembali pada 0. Hal ini sangat sesuai dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Ibadah puasa Ramadhan diharapkan dapat mengembalikan umat Islam pada posisi nol, yaitu posisi fitrah. Setelah umat Islam sudah carut marut dengan berbagai salah dan dosa, maka puasa Ramadhan merupakan momen untuk mengembalikan dirinya kepada kesucian (aid al-fitrih), kembali pada posisi 0. Kata “shiam” yang khusus membahas puasa Ramadhan, hanya dijelaskan pada surat QS 2 ayat 183 dan 187. Semuanya menggunakan kata “al-Shiam” yang berbeda dengan di ayat-ayat yang lain yang menggunakan kata “Shiam”, “Fashiam” atau “Shiama”. Jika digit-digit pada ketiga bilangan tersebut dijumlahkan akan diperoleh 2 + 1 + 8 + 3 + 1 + 8 + 7 = 30. Apa yang terbayang dengan bilangan 30? Bilangan 30 ini seakan mengingatkan pada banyak hari, yaitu 30 hari atau 1 bulan. Meskipun satu bulan tidak selalu 30 hari, tetapi secara umum satu bulan dianggap 30 hari. Kesan yang diperoleh berkaitan bilangan 30 tersebut adalah seakan sudah ditegaskan bahwa puasa Ramadhan adalah satu bulan penuh. Tidak dibenarkan puasa hari pertama saja dan hari terakhir saja (puasa bedug), dan tidak dibenarkan juga puasa selang-seling, sehari puasa sehari berikutnya tidak (puasa bolong). Puasa Ramadhan adalah puasa satu bulan penuh atau utuh. Berkaitan dengan puasa Ramadhan, nabi Muhammad saw pernah bersabda bahwa “barang siapa berpuasa Ramadhan lalu dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah sudah berpuasa setahun penuh”. Bagaimana dapat terjadi, 1 bulan ditambah 6 hari sama dengan 1 tahun? Hadits ini dapat dijelaskan secara matematik. Dalam al-Qur‟an surat alAn‟aam ayat 160 telah disebutkan bahwa “barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya

4 ж Copyright © Sita Rokhana Sari 2018

Sita Rokhana Sari: Keterkaitan Matematika Dengan Ibadah…

(pahala) sepuluh kali lipat amalnya”. Berdasarkan ayat ini maka diperoleh bahwa 1 bulan akan sama dengan 10 bulan (dikalikan 10) dan 6 hari akan sama dengan 60 hari atau 2 bulan (juga dikalikan 10). Hasil akhir akan diperoleh, 10 bulan ditambah 2 bulan akan sama dengan 12 bulan atau 1 tahun. Penjelasakan matematik ini memang terlalu sederhana, karena menggunakan standar minimal (10 kali) dan menyamakan puasa Ramadhan dengan puasa Syawal. Pahala puasa Ramadhan hanya Allah swt yang tahu. Allah swt berfirman dalam hadits qudsi bahwa “puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang membalasnya”. Selain itu, nabi Muhammad saw bersabda bahwa “Allah menetapkan pahala antara 10 sampai 700 kali, tetapi tidak untuk pahala puasa Ramadhan”.7 Dalam hal berpuasa, matematika juga dapat digunakan dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam hal menghitung lama (waktu) puasa. Misalnya, dalam sehari ada berapa jam atau dalam satu bulan ada berapa hari. Pada umumnya. lama menjalani ibadah puasa ini diterangkan mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Sebagaimana umumnya waktu di Indonesia, ditetapkan waktu imsak hingga waktu salat magrib, yakni antara pukul 03.47 s.d. 18.36 WIB (kurang lebih 10 jam) umat Islam menahan diri untuk tidak makan, tidak minum, dan menahan diri dari nafsu seksual. Misalnya, jika seorang muslim yang tidak mampu untuk melakukan puasa karena alasan syar’i, maka diperbolehkan dengan membayar fidiah. Sebagian ulama seperti Imam As-Syafi’i dan Imam Malik menetapkan bahwa ukuran fidyah yang harus dibayarkan kepada setiap satu orang fakir miskin adalah satu mud gandum sesuai dengan ukuran mud yang diajarkan Nabi Muhammad S.A.W.. Yang dimaksud dengan mud adalah telapak tangan yang ditengadahkan ke atas untuk menampung makanan, kira-kira mirip orang berdoa. Sebagian lagi seperti Abu Hanifah mengatakan dua mud gandum dengan ukuran mud Rasulullah S.A.W. atau setara dengan setengah sha‘ kurma atau tepung, atau juga bisa disetarakan dengan memberi makan siang dan makan malam hingga kenyang kepada satu orang miskin. Berdasarkan kitab Al-Fikihul Islami Wa Adillatuhu disebutkan bahwa bila diukur dengan ukuran zaman sekarang ini, satu mud itu setara dengan 675 gram atau 0,688 liter, sedangkan 1 sha‘ setara dengan 4 mud . Bila ditimbang, 1 sha‘ itu beratnya kira-kira 2.176 gram. Bila diukur volumenya, 1 sha‘ setara dengan 2,75 liter. Misalnya, jika seseorang (laki-laki atau perempuan) tidak melakukan puasa selama 30 hari karena usianya sudah lanjut usia (70 tahun). Harga satu porsi makanan setempat adalah Rp10.000,dan kebutuhan untuk makan 1 orang adalah 3 kali sehari, orang harus menyediakan fidiah sebesar Rp10.000,- x 3 kali = Rp30.000,- per hari. Berarti orang tersebut wajib membayar fidiah sebesar : 30 hari x Rp30.000,- = Rp900.000,-. Dalam kasus yang lain misalnya seorang ibu pada Ramadan sedang hamil tua dan tidak berpuasa selama 20 hari karena mengkhawatirkan kesehatan bayinya,

7

Abdussakir, “Matematika Puasa Ramadhan,” 2009.

Copyright © Sita Rokhana Sari 2018 ж 5

Sita Rokhana Sari: Keterkaitan Matematika Dengan Ibadah…

dan harga satu porsi makanan yang biasa dikonsumsi adalah Rp10.000,-, sedangkan kebutuhan makan 1 orang/hari = Rp10.000,- x 3 kali = Rp30.000,-. Berarti solusinya adalah selain mengqodho’ puasa, seorang ibu tersebut wajib membayar fidiah sebesar : 20 hari x Rp30.000,- = Rp600.000,-.8 SIMPULAN Matematika dan ibadah puasa ramadhan memiliki keterkaitan yang cukup erat. Jika dianologikan menggunakan bilangan, sebenarnya hanya terdapat sepuluh macam lambang bilangan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Bilangan-bilangan tersebut akan membentuk siklus, yaitu setelah 9 akan kembali lagi ke 0. Jika hal ini dibuat analogi (untuk mengambil hikmah) berkaitkan dengan bulan Ramadhan yang merupakan bulan ke-9, akan didapatkan dua kesan. Kesan pertama, 9 merupakan bilangan terbesar yang sesuai dengan posisi bulan Ramadhan sebagai penghulu bulanbulan (sayyidu as-syuhur). Kesan kedua, setelah 9 maka siklus akan kembali pada 0. Hal ini sangat sesuai dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Ibadah puasa Ramadhan diharapkan dapat mengembalikan umat Islam pada posisi nol, yaitu posisi fitrah. Setelah umat Islam sudah carut marut dengan berbagai salah dan dosa, maka puasa Ramadhan merupakan momen untuk mengembalikan dirinya kepada kesucian (aid al-fitrih), kembali pada posisi 0.

DAFTAR RUJUKAN Abdussakir. “Matematika Puasa Ramadhan,” 2009. ———. “Pembelajaran Berparadigma Al-Qur’an Untuk Mengatasi Kesulitan Siswa Madrasah Dalam Mempelajari Matematika.” Madrasah 1, no. 1 (2008). Abdussakir;Rosimanidar, Malang Jurusan Matematika FST UIN Maulana Malik Ibrahim dan Jurusan Tadris Matematika FTIK IAIN Lhokseumawe, and A. “Model Integrasi Matematika Dan Al-Quran Serta Praktik Pembelajarannya.” Makalah Seminar Nasional Integrasi Matematika Di Dalam Al-Quran Dengan Tema “ Build a Competitive and Intellectual Young Mathematician Through Mathematics Competition and Integrating Islamic Values in Mathematics Learning,” 2017, 16. Asyhar, Beni, and Muniri. “Matematika Sebagai Alternatif Media Dakwah.” In Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika Dan Nilai-Nilai Islami), 1:335–41, 2017. Muniri. “Kontribusi Matematika Dalam Konteks Fikih.” Junrnal Pendidikan Matematika 4 (2016): 193–214.

8

Muniri, “Kontribusi Matematika Dalam Konteks Fikih.”

6 ж Copyright © Sita Rokhana Sari 2018...


Similar Free PDFs