KETERKAITAN “TEORI KEINGINAN UNTUK PERCAYA” DENGAN KEPERCAYAAN AGAMA (WILLIAM JAMES) PDF

Title KETERKAITAN “TEORI KEINGINAN UNTUK PERCAYA” DENGAN KEPERCAYAAN AGAMA (WILLIAM JAMES)
Author Eko Ajja
Pages 7
File Size 422 KB
File Type PDF
Total Downloads 3
Total Views 1,001

Summary

ETIKA DASAR KETERKAITAN “TEORI KEINGINAN UNTUK PERCAYA” DENGAN KEPERCAYAAN AGAMA (WILLIAM JAMES) EKO BUDIARTO 20171000013 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA 20201 Setiap manusia mempunyai kepercayaan akan sesuatu, kepercayaan tersebut merupakan suat...


Description

Accelerat ing t he world's research.

KETERKAITAN “TEORI KEINGINAN UNTUK PERCAYA” DENGAN KEPERCAYAAN AGAMA (WILLIAM JAMES) Eko Ajja KETERKAITAN “TEORI KEINGINAN UNTUK PERCAYA” DENGAN KEPERCAYAAN AGAMA (WILLIAM JAMES)

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Tugas Met ode Penelit ian Kuant it at if 2 aldriano hit iyahubessy

Dakwah Mult i Perspekt if: Kajian Filosofis hingga Aksi MMR UIN Bandung arsip saja fridiyant o yant o

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

ETIKA DASAR KETERKAITAN “TEORI KEINGINAN UNTUK PERCAYA” DENGAN KEPERCAYAAN AGAMA (WILLIAM JAMES) EKO BUDIARTO 20171000013

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA 20201

Setiap manusia mempunyai kepercayaan akan sesuatu, kepercayaan tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah komitmen atau janji, dan komitmen hanya dapat direalisasikan jika suatu saat terjadi. kepercayaan sering didefinisikan sebagai harapan pihak lain dalam melakukan hubungan sosial, di mana di dalamnya tercakup resiko yang berasosiasi dengan harapan itu. Artinya, bila seseorang mempercayai orang lain maka ketika hal itu tidak terbukti ia akan menerima konsekuensi negatif seperti merasa dikhianati, kecewa dan marah (Wachdi, 2003). Kepercayaan tidak harus dari pengalaman masa lalu, tetapi bisa juga berdasarkan kepribadian. (Mayer, 1995) mendefinisikan kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya. Dari sudut pandang agama, banyak memiliki kaitan dengan teori Wiliam James. Agama ada pada dasarnya merupakan aktualisasi dari kepercayaan tentang adanya kekuatan gaib dan supranatural yang biasanya disebut sebagai Tuhan dengan segala konsekuensinya. Sebaliknya, agama yang ajaran-ajarannya teratur dan tersusun rapi serta sudah baku itu merupakan usaha untuk melembagakan sistem kepercayaan, membangun sistem nilai kepercayaan, upacara dan segala bentuk aturan atau kode etik yang berusaha mengarahkan penganutnya mendapatkan rasa aman dan tentram (Madjid, 1989). Teori keinginan untuk percaya secara menjelaskan secara umum tentang kepercayaan yang berasal dari keinginan berlandaskan pilihan dan hipotesis. Hal tersebut secara tidak langsung berhubungan dengan kehidupan beragama seseorang.

“The Will to Believe” yang dikemukakan oleh William James, pertama kali diterbitkan pada tahun 1896. James berpendapat bahwa orang yang membela dalam kasus-kasus tertentu, telah mengadopsi suatu keyakinan tanpa bukti sebelumnya tentang kebenarannya. Secara khusus, James prihatin tentang membela rasionalitas keyakinan agama bahkan kurangnya bukti yang cukup tentang kebenaran agama (Critical, 1896). Rasionalitas sendiri adalah memiliki arti yang berbeda dalam filsafat, ekonomi, sosiologi, psikologi, biologi evolusioner, teori permainan dan ilmu politik (Habermas, 1984). Dalam teori William James, ada dua hal yang penting yaitu hipotesis dan pilihan. Hipotesis adalah asumsi kemungkinan. Asumsi yang tidak ada sebelumnya muncul. Hipotesis diukur dari tindakan-tindakan yang telah ada, kemudian diputuskan karena memiliki kemungkinan yang kuat. Pilihan adalah buah kegiatan memilih. Pilihan itu satu atau lebih yang ditentukan lebih dikehendaki daripada yang lain. (Ryan, 2003) Karena memang manusia pada dasarnya diciptakan berkehendak bebas, manusia akan lebih dahulu menggunakan pemikiran dan pertimbangan dalam memutuskan menjatuhkan suatu pilihan. Dalam hubungannya dengan agama, James berpendapat bahwa agama itu perlu, karena berguna bagi kehidupan. Pendapat tersebut menjelaskan serta merekomendasikan seseorang untuk mempercayai agama, filsafat, dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan pada orang yang percaya (Jordan, 2004). Dengan begitu, teori James yang secara umum mendekatkankan pada penekanan keiginan untuk percaya secara umum dapat diimplementasikan juga kedalam kehidupan beragama. Kepercayaan adalah hal penting dalam kehidupan sosial untuk saling bekerjasama dengan orang lain atau seperti hubungan personal dengan Tuhan yang merupakan bagian dari membentuk kehidupan yang baik. Kepercayaan merupakan kemampuan untuk memberikan penilaian yang

baik kepada pandangan orang lain. (Smolkin, 2008) mendefenisikan kepercayaan sebagai harapan, asumsi, keyakinan yang ada pada diri seseorang bahwa tindakan atau prilaku orang lain akan menguntungkan atau setidaknya tidak akan merusak minat dirinya. Dengan demikian kaitannya dengan kepercayaan agama menunjukkan pada kepribadian terhadap predisposisi masing-masing individu, karena setiap individu memiliki predisposisi yang berbeda untuk percaya kepada orang lain. Semakin tinggi tingkat predisposisi individu terhadap kepercayaan, semakin besar pula harapan untuk dapat mempercayai suatu hal, terutama pada teori William James maupun kepercayaan agama (Oktalisa, Nurmaini, & Naria, 2015). Terbentuknya satu kepercayaan terhadap kepercayaan yang lainnya tidak bisa secara otomatis, namun dibutuhkan tingkat kepercayaan tertentu yang cukup stabil agar bisa membentuk kepercayaan yang lain. Menurut (Faturochman, 2000) kepercayaan karena pengetahuan yang berkelanjutan dapat terjadi terus menerus dan dapat membentuk identifikasi berbasis kepercayaan. Perlu juga dicatat bahwa perubahan jenis kepercayaan ini umumnya hanya sebagian dari sejumlah interaksi antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam kenyataan sehari-hari, ada banyak penurunan kepercayaan Kepercayaan dapat berubah bukan hanya karena adanya suatu pengalaman tertentu, ataupun berdasarkan suatu pengalaman yang menyenangkan dapat meningkatkan kepercayaan. tetapi juga dengan adanya modifikasi dari berbagai sumber kepercayaan tersebut, misalnya pengalaman langsung di masa lalu, bagaimana pengalaman dan opini orang lain yang dapat mempengaruhi kepercayaan seseorang, perubahan sikap dan perilaku dari seseorang yang dipercayai, keadaan emosional, dan juga dengan adanya modifikasi dari lingkungan. Kepercayaan berubah juga karena adanya suatu faktor sebab akibat, kepercayaan seseorang terhadap sesuatu yang diparcaya akan bergantung pada bagaimana orang tersebut berperilaku dan sebaliknya.

Kepercayaan adalah kemauan dan keyakinan seseorang untuk bertumpu pada reliabilitas, kapasitas maupun kepribadian baik yang dimiliki orang lain dengan harapan orang tersebut mampu memberikan keuntungan bagi dirinya. Dengan begitu, teori dari James menjadi relevan dengan hal yang berhubungan dengan kepercayaan beragama. Karena pada kenyataannya, manusia yang memeang kepercayaan beragama didasari oleh pilihan dan hipotesa yang mereka dapat dari lingkungannya sendiri.

Daftar Pustaka Critical, D. S. (1896). The New World. California: University of California. Faturochman. (2000). Challenge in psychology: Facing new millennium. The dynamics of psychology and social trust, 22-23. Habermas, J. (1984). The Theory of Communicative Action. Reason and the Rationalization of Society, 1. Jordan, J. (2004, Agustus 16). Pragmatic Arguments and Belief in God. Retrieved from Stanford Encyclopedia of Philosophy: https://plato.stanford.edu/entries/pragmatic-belief-god/ Madjid, A. (1989). al-Islam. Malang: Pusat Dokumentasi dan Publikasi Universistas. Mayer, R. C. (1995). An Integrative Model of Organizational Trust. The Academy of Management Review, 709-734. Oktalisa, W., Nurmaini, & Naria, E. (2015). GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSISI, PENDUKUNG DAN PENDORONG PADA MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN KLINIK SANITASI DI KELURAHAN BARU LADANG BAMBU KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2014. Medan: Universitas Sumatera Utara. Ryan, S. (2003). Doxastic Compatibilism and the Ethics of Belief. Philosophical Studies. Smolkin, D. (2008). Puzzles about trust. The Southern Journal of Philosophy, 431+. Wachdi, A. (2003). Hubungan antara Kepercayaan terhadap Orang Lain. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia....


Similar Free PDFs