Tafsir Ayat Ibadah Puasa PDF

Title Tafsir Ayat Ibadah Puasa
Author Fikru Jayyid
Pages 32
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 933
Total Views 987

Summary

TAFSIR SURAH AL-BAQARAH AYAT 183-187 (KAJIAN TEMATIK AYAT PUASA MENURUT ALI ASH-SHABUNI DALAM KITAB RAWA’IUL BAYAN) Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Ibadah Dosen Pengampu : Dr. Afdawaiza, S.Ag., M.Ag. Disusun oleh : A’alim Syafiq 17105030079 Rosyada Al-Fuada 17105031082 Fikru Jay...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Tafsir Ayat Ibadah Puasa Fikru Jayyid

Related papers TAFSIR T ENTANG AYAT – AYAT PUASA Rijal Iman

TANDA CINTA DUNIA Sept i Puspiasari FIQIH IBADAH.docx ast ari maulida

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

TAFSIR SURAH AL-BAQARAH AYAT 183-187 (KAJIAN TEMATIK AYAT PUASA MENURUT ALI ASH-SHABUNI DALAM KITAB RAWA’IUL BAYAN)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat Ibadah Dosen Pengampu : Dr. Afdawaiza, S.Ag., M.Ag. Disusun oleh : A’alim Syafiq

17105030079

Rosyada Al-Fuada

17105031082

Fikru Jayyid Husain

17105031005

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018

KATA PENGANTAR

segala puji bagi Allah yang telah membeikan nikmat yang begitu banyak sehingga kami bisa melaksanakan salah satu kewajiban kami sebagai seorang pelajar untuk mencari ilmu yang sebanyak-banyaknya agar bisa diamalkan sehari-hari serta di sampaikan kepada orang lain di kemudian hari. Dalam penyusunan makalah ini tentu saja penyusun mendapati beberapa tantangan maupun hambatan. Tetapi karena di dasarkan pada keinginan dan semangat yang tinggi, beberapa kendala Alhamdulillah dapat teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada Bapak Dr. Afdawaiza, M.Ag.. yang telah membimbing dan mengarahkan kami sehingga bisa menjadi insan yang lebih baik di lingkungan akademik. Penyusun menyadari betul akan segala kekurangan yang ada dalam tulisan ini. Sehingga, kritik dan saran dari semua pihak juga sangat kami butuhkan. Harapan kami selanjutnya semoga apa yang kami sajikan ini bisa memberikan manfaat bagi kami secara khusus dan bagi orang banyak secara umum.

Yogyakarta, 17 April 2018

Penyusun

i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puasa adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan. Keislaman seseorang belum sempurna apabila ia belum memenuhi rukun puasa Ramadhan ini. Defenisi puasa secara sederhana adalah menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa dimulai dari waktu sahur sampai waktu berbuka. Namun, jika dikaji lebih dalam, puasa sebenarnya mengandung faidah yang lebih dalam, lebih dari sekedar menahan lapar dan haus. Dalam berpuasa kita diatih untuk menjadi pribadi yang bertakwa, seperti apa yang disampaikan oleh Allah swt., pada akhir ayat mengenai kewajiban berpuasa, ”. . . agar kalian bertakwa.” Pada ayat 183 surah Al-Baqarah terdapat perintah akan wajibnya berpuasa dan pada ayat-ayat selanjutnya terdapat penjelasan-penjelasan khusus terkait puasa. Melihat hal ini disebutkan secara khusus di Al-Quran menandakan bahwasanya ibadah puasa adalah ibadah yang istimewa, karen Allah swt. sendiri lah yang mengatur hukumhukum yang berkaitan dengannya. Berbeda dengan shalat yang hanya dijelaskan kewajibannya, adapun penjelasan khususnya baru terdapat di hadis-hadis Nabi saw. Karenanya pada makalah yang kami susun ini akan membahas mengenai ayat-ayat yang membahas ibadah puasa dan hal-hal yang berkaitan dengan puasa berdasarkan ayat 183-187 surah Al-Baqarah. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana ayat 183-187 surah Al-Baqarah dan terjemahannya? 2. Bagaiamana asbabun nuzul surah al-Baqarah ayat 183-187? 3. Bagaimana munasabah surah al-Baqarah ayat 183-187? 4. Bagaimana terjemahan mufradat surah al-Baqarah ayat 183-187? 5. Bagaimana tafsir surah al-Baqarah ayat 183-187? 1

6. Bagaimana hukum yang terkandung dalam surah al-Baqarah ayat 183-187? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui bagaimana ayat 183-187 surah Al-Baqarah dan terjemahannya. 2. Mengetahui bagaimana terjemahan mufradat surah al-Baqarah ayat 183-187. 3. Mengetahui bagaimana munasabah surah al-Baqarah ayat 183-187. 4. Mengetahui bagaiamana asbabun nuzul surah al-Baqarah ayat 183-187. 5. Mengetahui bagaimana tafsir surah al-Baqarah ayat 183-187. 6. Mengetahui bagaimana hukum yang terkandung dalam surah al-Baqarah ayat 183-187.

2

‫‪BAB II‬‬ ‫‪PEMBAHASAN‬‬ ‫‪A. Ayat dan Terjemah‬‬

‫ﻥ)‬ ‫ﻢ َﺗَّﺘُﻘﻮ َ‬ ‫ﻢ َﻟَﻌَّﻠُﻜ ْ‬ ‫ﻦ َﻗْﺒِﻠُﻜ ْ‬ ‫ﻦ ﻣِ ْ‬ ‫ﻋَﻠﻰ ﺍَّﻟِﺬﻳ َ‬ ‫ﺐ َ‬ ‫ﺼَﻴﺎُﻡ َﻛَﻤﺎ ُﻛِﺘ َ‬ ‫ﻢ ﺍﻟ ِّ‬ ‫ﻋَﻠْﻴُﻜ ُ‬ ‫ﺐ َ‬ ‫ﻦ ﺁَﻣُﻨﻮﺍ ُﻛِﺘ َ‬ ‫( َﺃَّﻳﺎًﻣﺎ ‪َ١٨٣‬ﻳﺎ َﺃُّﻳَﻬﺎ ﺍﻟَِّﺬﻳ َ‬ ‫ﻃﻌَﺎُﻡ‬ ‫ﻄﻴُﻘﻮَﻧُﻪ ِﻓْﺪَﻳٌﺔ َ‬ ‫ﻦ ُﻳ ِ‬ ‫ﻋَﻠﻰ ﺍَّﻟِﺬﻳ َ‬ ‫ﺧَﺮ َﻭ َ‬ ‫ﻦ َﺃَّﻳﺎٍﻡ ُﺃ َ‬ ‫ﺳَﻔٍﺮ َﻓِﻌَّﺪٌﺓ ِﻣ ْ‬ ‫ﻋَﻠﻰ َ‬ ‫ﻀﺎ َﺃْﻭ َ‬ ‫ﻢ َﻣِﺮﻳ ً‬ ‫ﻥ ِﻣْﻨُﻜ ْ‬ ‫ﻦ َﻛﺎ َ‬ ‫ﺕ َﻓَﻤ ْ‬ ‫َﻣْﻌُﺪﻭَﺩﺍ ٍ‬ ‫ﻥ)‬ ‫ﻢ َﺗْﻌﻠَُﻤﻮ َ‬ ‫ﻥ ُﻛْﻨُﺘ ْ‬ ‫ﻢ ِﺇ ْ‬ ‫ﺧْﻴٌﺮ َﻟُﻜ ْ‬ ‫ﺼ ﻮ ﻣُ ﻮ ﺍ َ‬ ‫ﻥ َﺗ ُ‬ ‫ﺧْﻴٌﺮ َﻟُﻪ َﻭَﺃ ْ‬ ‫ﺧْﻴًﺮﺍ َﻓُﻬَﻮ َ‬ ‫ﻉ َ‬ ‫ﻄَّﻮ َ‬ ‫ﻦ َﺗ َ‬ ‫ﻦ َﻓَﻤ ْ‬ ‫ﺴِﻜﻴ ٍ‬ ‫ﻥ ‪ِ١٨٤‬ﻣ ْ‬ ‫ﻀﺎ َ‬ ‫ﺷْﻬُﺮ َﺭَﻣ َ‬ ‫( َ‬ ‫ﺼْﻤُﻪ َﻭَﻣ ْ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺸْﻬَﺮ َﻓْﻠَﻴ ُ‬ ‫ﻢ ﺍﻟ َّ‬ ‫ﺷِﻬَﺪ ﻣِْﻨُﻜ ُ‬ ‫ﻦ َ‬ ‫ﻦ ﺍْﻟُﻬَﺪﻯ َﻭﺍْﻟُﻔْﺮَﻗﺎﻥِ َﻓَﻤ ْ‬ ‫ﺕ ِﻣ َ‬ ‫ﺱ َﻭَﺑِّﻴَﻨﺎ ٍ‬ ‫ﻫًﺪﻯ ﻟِﻠَّﻨﺎ ِ‬ ‫ﻥ ُ‬ ‫ﻝ ِﻓﻴِﻪ ﺍﻟْﻘُْﺮﺁ ُ‬ ‫ﺍﻟَِّﺬﻱ ُﺃْﻧِﺰ َ‬ ‫ﺴَﺮ َﻭِﻟُﺘْﻜِﻤﻠُﻮﺍ ﺍْﻟِﻌَّﺪﺓَ‬ ‫ﻢ ﺍْﻟُﻌ ْ‬ ‫ﻢ ﺍْﻟُﻴﺴَْﺮ َﻭﻻ ُﻳِﺮﻳُﺪ ِﺑُﻜ ُ‬ ‫ﺧَﺮ ُﻳِﺮﻳُﺪ ﺍﻟَّﻠُﻪ ِﺑُﻜ ُ‬ ‫ﻦ َﺃَّﻳﺎٍﻡ ُﺃ َ‬ ‫ﺳﻔٍَﺮ َﻓِﻌَّﺪٌﺓ ِﻣ ْ‬ ‫ﻀﺎ َﺃْﻭ ﻋََﻠﻰ َ‬ ‫ﻥ َﻣِﺮﻳ ً‬ ‫َﻛﺎ َ‬ ‫ﻥ‪)  ‬‬ ‫ﺸﻜُُﺮﻭ َ‬ ‫ﻢ َﺗ ْ‬ ‫ﻢ َﻭَﻟَﻌَّﻠُﻜ ْ‬ ‫ﻫَﺪﺍُﻛ ْ‬ ‫ﻋَﻠﻰ ﻣَﺎ َ‬ ‫ﺐ ‪َ١٨٥‬ﻭِﻟُﺘَﻜِّﺒُﺮﻭﺍ ﺍﻟَّﻠَﻪ َ‬ ‫ﺟﻴ ُ‬ ‫ﺐ ُﺃ ِ‬ ‫ﻚ ﻋَِﺒﺎِﺩﻱ ﻋَِّﻨﻲ َﻓِﺈِّﻧﻲ َﻗِﺮﻳ ٌ‬ ‫ﺳَﺄﻟَ َ‬ ‫( َﻭِﺇَﺫﺍ َ‬ ‫ﻥ)‬ ‫ﺷُﺪﻭ َ‬ ‫ﻢ َﻳْﺮ ُ‬ ‫ﺠﻴُﺒﻮﺍ ِﻟﻲ َﻭْﻟُﻴْﺆِﻣُﻨﻮﺍ ِﺑﻲ َﻟَﻌَّﻠُﻬ ْ‬ ‫ﺴَﺘ ِ‬ ‫ﻥ َﻓْﻠَﻴ ْ‬ ‫ﻋﺎ ِ‬ ‫ﻉ ِﺇَﺫﺍ َﺩ َ‬ ‫ﻋَﻮَﺓ ﺍﻟَّﺪﺍ ِ‬ ‫ﺼَﻴﺎِﻡ ‪َ١٨٦‬ﺩ ْ‬ ‫ﻢ ﻟَْﻴَﻠَﺔ ﺍﻟ ِّ‬ ‫ﺣﻞَّ ﻟَُﻜ ْ‬ ‫( ُﺃ ِ‬ ‫ﺏ‬ ‫ﻢ َﻓَﺘﺎ َ‬ ‫ﺴُﻜ ْ‬ ‫ﻥ َﺃْﻧُﻔ َ‬ ‫ﺨَﺘﺎُﻧﻮ َ‬ ‫ﻢ َﺗ ْ‬ ‫ﻢ ُﻛْﻨُﺘ ْ‬ ‫ﻢ ﺍﻟَّﻠُﻪ َﺃَّﻧُﻜ ْ‬ ‫ﻋِﻠ َ‬ ‫ﻦ َ‬ ‫ﺱ َﻟُﻬ َّ‬ ‫ﻢ ِﻟَﺒﺎ ٌ‬ ‫ﻢ َﻭَﺃْﻧُﺘ ْ‬ ‫ﺱ َﻟُﻜ ْ‬ ‫ﻦ ﻟَِﺒﺎ ٌ‬ ‫ﻫ َّ‬ ‫ﻢ ُ‬ ‫ﺴﺎِﺋُﻜ ْ‬ ‫ﺚ ِﺇﻟَﻰ ِﻧ َ‬ ‫ﺍﻟَّﺮَﻓ ُ‬ ‫ﻂﺍ‬ ‫ﺨْﻴ ُ‬ ‫ﻢ ﺍْﻟ َ‬ ‫ﻦ َﻟُﻜ ُ‬ ‫ﺣَّﺘﻰ َﻳَﺘَﺒَّﻴ َ‬ ‫ﺷَﺮُﺑﻮﺍ َ‬ ‫ﻢ َﻭُﻛُﻠﻮﺍ َﻭﺍ ْ‬ ‫ﺐ ﺍﻟَّﻠُﻪ َﻟُﻜ ْ‬ ‫ﻦ َﻭﺍْﺑَﺘُﻐﻮﺍ َﻣﺎ َﻛَﺘ َ‬ ‫ﻫ َّ‬ ‫ﺷُﺮﻭ ُ‬ ‫ﻥ َﺑﺎ ِ‬ ‫ﻢ َﻓﺍﻵ َ‬ ‫ﻢ َﻭﻋَﻔَﺎ ﻋَْﻨُﻜ ْ‬ ‫ﻋََﻠْﻴُﻜ ْ‬ ‫ﻥ ِﻓﻲ‬ ‫ﻋﺎِﻛُﻔﻮ َ‬ ‫ﻢ َ‬ ‫ﻦ َﻭَﺃْﻧُﺘ ْ‬ ‫ﻫ َّ‬ ‫ﺷُﺮﻭ ُ‬ ‫ﻞ َﻭﻻ ُﺗَﺒﺎ ِ‬ ‫ﺼَﻴﺎَﻡ ِﺇَﻟﻰ ﺍﻟَّﻠْﻴ ِ‬ ‫ﻢ َﺃِﺗُّﻤﻮﺍ ﺍﻟ ِّ‬ ‫ﺠِﺮ ُﺛ َّ‬ ‫ﻦ ﺍْﻟَﻔ ْ‬ ‫ﺳَﻮِﺩ ِﻣ َ‬ ‫ﻂ ﺍﻷ ْ‬ ‫ﻦ ﺍﻟْﺨَْﻴ ِ‬ ‫ﻷْﺑَﻴﺾُ ِﻣ َ‬ ‫ﻢ َﻳَّﺘُﻘﻮ َ‬ ‫ﻥ‬ ‫ﻦ ﺍﻟَّﻠُﻪ ﺁَﻳﺎِﺗﻪِ ِﻟﻠَّﻨﺎﺱِ َﻟَﻌَّﻠُﻬ ْ‬ ‫ﻚ ُﻳَﺒِّﻴ ُ‬ ‫ﻫﺎ َﻛَﺬِﻟ َ‬ ‫ﺣُﺪﻭُﺩ ﺍﻟَّﻠِﻪ َﻓﻻ َﺗْﻘَﺮُﺑﻮ َ‬ ‫ﻚ ُ‬ ‫ﺟِﺪ ِﺗْﻠ َ‬ ‫ﺴﺎ ِ‬ ‫‪١٨٧‬ﺍﻟَْﻤ َ‬ ‫‪Terjemahan :‬‬ ‫‪183. Hai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana‬‬ ‫‪diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa.‬‬ ‫‪184. (Yaitu dalam) beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit‬‬ ‫‪atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak‬‬ ‫‪3‬‬

(hari yang ditinggalkan) pada hari-hari yang lain. Dan (wajib) bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Kemudian barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan suatu kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. 185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, (bulan) yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al quran (sebagai) petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk (itu) serta pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Karenta itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya di) bulan (itu), maka hendaklah dia berpuasa (pada bulan itu), dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak (hari yang ditinggalkan) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagi kamu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan-(nya) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunujukNya yang diberikan kepada kamu, supaya kamu bersyukur. 186. Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad saw) tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklan mereka beriman kepada-Ku, supaya mereka selalu berada dalam kebenaran. 187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari (bulan) puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagi kamu dan kamu (pun) adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan (nafsu)mu, karena itu Dia mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu, dan makan minumlah hingga jelas benar bagi kamu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa (itu) sampai (datang) malam, tetapi janganlah kamu campuri mereka sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah batas-batas (larangan) Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat Nya kepada

4

manusia supaya mereka bertakwa.1 B. Terjemah Mufrodat Disini akan dipaparkan penjelasan tentang makna kata per kata pada surat al Baqarah ayat 183-187, yaitu sebagai berikut:2 1.‫ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ‬

: secara bahasa berarti mengekang atau menahan diri dari sesuatu.

Secara istilah syari’at, berarti menahan diri tidak makan, minum dan bersetubuh dengan istri, sejak fajar hingga terbenam matahari karena mengharapkan pahala dari Allah. Disamping itu juga untuk melatih diri bertakwa kepada Allah, baik dalam keadaan sendiri maupun sedang berkumpul dengan banyak orang. 2.‫ﺍﻹﻃﺎﻗﺔ‬

: mampu melakukan sesuatu sekalipun disertai dengan susah

payah. 3.‫ﺍﻟﻔﺪﻳﺔ‬

: makanan yang diberikan kepada kaum fakir miskin sebagai

pengganti dari hari-hari yang tidak dipuasai. Makanan tersebut terdiri dari makanan kebiasaan yang dimakan oleh penduduk setempat. Sedang jumlah pemberian itu ialah, satu hari puasa diganti satu kali memberi makanan kepada seorang miskin 4.‫ﺍﻟﻴﺴﺮ‬

: mudah

5.‫ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ‬

: malam hari puasa, yang besoknya seseorang berpuasa.

6.‫ﺍﻟﺮﻓﺚ‬

: bersetubuh dengan istri. Al Azhari mengatakan bahwa rafats ini

mencakup segala keinginan yang dikehendaki lelaki terhadap wanita. 7.‫ﺍﻟﻠﺒﺎﺱ‬

: teman bergaul.

8.‫ ﺗﺨﺘﺎﻧﻮﻥ ﺍﻧﻔﺴﻜﻢ‬: mengkhianati dirimu sendiri dengan melakukan perbuatan yang kamu sendiri tahu bahwa perbuatan itu adalah haram. 9.‫ﺍﻟﺨﻴﻂ ﺍﻷﺑﻴﺾ‬

: putihnya tanda siang pada permulaan, yang warna sinarnya sama

1

M. Quraish Shihab, Al-Qur’an dan Maknanya, (Tangerang : Lentera Hati), hlm. 28-29. Ahmad Mustafa Al Maraghi, Penerjemah : K. Anshori Umar Sitanggal, dkk., Tafsir Al-Maraghi, Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1987, Jus 2, hlm. 115 dan 133-134. 2

5

seperti benang putih yang tipis dan panjang. Lama kelamaan menjadi menyebar. 10.‫ﺍﻟﺨﻴﻂ ﺍﻷﺳﻮﺩ‬

: gelapnya matahari yang pada mulanya berbentuk gelap seperti

benang di samping benang putih (sinar matahari). 11.‫ﺍﺗﻤﻮﺍ‬

: mengerjakan secara sempurna.

12.‫ﺗﺒﺎﺷﺮﻭﺍ‬

: bersentuhan antara 2 jenis kulit. Yang dimaksud adalah

bersetubuh (jima’). 13.‫ﻋﺎﻛﻔﻮﻥ‬

: menurut syari’at Islam adalah diam di masjid karena melakukan

ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah. 14. ‫ﺍﻟﺤﺪﻭﺩ‬

: secara bahasa berarti penghalang antara dua barang. Kemudian,

pengertiannya dipakai untuk hal-hal yang telah disyariatkan Allah untuk para hamba-Nya berupa hukum. Sebab, masalah ini berarti membatasi aktivitas hukum dan tujuannya. Jika seseorang melanggar batasan tersebut, berarti perbuatannya telah keluar dari batasan kebenaran, dan perbuatan seperti ini dinamakan batil.

C. Munasabah Pertama, hubungan tema pokok antara satu surat dengan surat lainnya baik sebelum maupun sesudahnya. Kedua, hubungan antara satu surat dengan surat lainnya namun disertai dengan beberapa surat. Ketiga, hubungan ayat terakhir pada surat-surat dengan ayat pertama pada surat sesudahnya. Keempat, hubungan antara ayat dengan ayat lainnya yang terdapat pada surat yang berbeda. Kelima, hubungan antara ayat dengan ayat lainnya yang berada pada surat tersebut. Berdasarkan al-munâsabah versi yang kelima ini maka pernyataan Alquran tentang ibadah puasa dan hal-hal yang berkaitan dengannya sudah dipaparkan secara detail. Bahkan pemaparan tentang puasa ini terkesan lebih rinci bila dibanding dengan ibadah lainnya. Pemaparan ini dapat dilihat pada ayat-ayat yang berdekatan (al-munâsabah) mulai dari Q.S. al-Baqarah ayat 183-188. Ayat-ayat ini sudah cukup jelas memaparkan tentang puasa baik dari segi 6

akidah, syari’at, akhlak dan lain-lain.3 D. Asbabun Nuzul Mengenai asbabun nuzul, ada beberapa riwayat yang menjelaskan tentang hal ini, yaitu:4 1. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal r.a., bahwa ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. tiba di Madinah lalu ia berpuasa ‘Asyura dan tiga setiap bulan. Kemudian Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan, maka turunlah ayat “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa” sehingga “dan wajib bagi mereka yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah (yaitu) memberi makan seorang miskin”, maka siapa yang suka berpuasa (berpuasalah ia) dan yang suka tidka berpuasa (ia pun tidak berpuasa) dan memberi makan seorang miskin, lalu Allah Azza wa Jalla mewajibkan berpuasa bagi orang yang sehat dan mukim di negerinya, dan tepatlah (ketentuan mengganti puasayang ditinggalkan dengan) memberi makan kepada seorang miskin bagi orang tua yang tidak kuat berpuasa, maka turunlah ayat “Maka barangsiapa di antara kamu melihat bulan itu, hendaklah ia berpuasa”. 2. Diriwayatkan dari Salmah bin Akwa’ bahwa ia berkata: ketika turun ayat “ dan wajib bagi mereka yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin”, maka siapa yang suka di antara kita berpuasa dan siapa yang suka berbuka dan membayar fidyah sebagai gantinya, sehingga turunlah ayat berikutnya yang menasakhnya “Maka siapa di antara kamu melihat bulan hendaklah ia berpuasa”. 3. Ada riwayat yang menyatakan bahwa sekelompok orang Arab bertanya kepada Nabi saw.: Hai Muhammad, apakah Tuhan kita itu dekat sehingga kita bisa berbisik dengan-Nya atau jauh sehingga kita akan memanggil-Nya? Kemudian turunlah ayat “Dan apabila hamba-Mu bertanya tentang Aku, maka sesungguhnya 3

Achyar Zein, Tafsir Ayat-Ayat Puasa Menelaah Format Hukum Tuhan, Medan : Perdana Publishing, 2016, hlm. 4 4 Muhammad Ali Ash Shabuni, Penerjemah: Mu’ammal Hamidy dan Drs. Imron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni, Surabaya : Bina Ilmu,1983, hlm. 145-147.

7

Aku adalah dekat...” 4. Imam Bukhori meriwayatkan dari Barra’ bin Azib bahwa ia berkata: Ada di antara sahabat Nabi saw. dalam keadaan berpuasa kemudian tibalah waktu berubuka lalu ia tidur sebelum berbuka, tidak makan pada malam hari hingga siangnya (lagi) sampai sore, dan bahwasannya Qais bin Sharmah al Anshari sedang berpuasa dan ia pada siang harinya bekerja di kebun kurma, setelah tiba waktu buka ia mencampuri istrinya, lalu ia berkata kepada istrinya: apakah kamu punya makanan? Ia menjawab: Tidak, tetapi aku akan pergi mencari (makanan) untukmu, padahal ia di siang hari bekerja, lalu ia tertidur. Maka datanglah istrinya, dan krtika ia melihat suaminya (sedang tidur), ia berucap: Celaka kamu. Kemudian setelah siang harinya ia terbangun. Kemudian hal itu disampaikan kepada Nabi saw. lalu turunlah ayat “Dan dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istrimu” maka mereka pun sangat gembira, lalu turun (lagi) ayat “dan makan minumlah sehingga mrnjadi jelas bagi kamu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.”

E. Puasa sebagai Ibadah Umat Terdahulu Al-Quran menunjukkan bahwasanya ibadah puasa adalah ibadah yang telah diwajibkan kepada umat-umat terdahulu sebelum umat Nbi Muhammad saw., namun umat terdahulu mengubah waktu berpuasa dari musim panas atau musim dingin ke musim

semi

karena

dianggap

memberatkan.

Perpindahan

waktu

tersebut

mengakibatkan mereka melaksanakan puasa selama lima puluh hari sebagai tebusan denda (kaffarat).5 Diriwayatkan dari at-Tabari, dari ad-Duyyi, ia menjelaskan bahwasanya umat Nasrani diberi kewajban berpuasa di bulan Ramadhan, mereka tidak boleh makan dan minum setelah bangun dari tidur serta tidak boleh berhubungan dengan istri. Denga 5

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Quran, Mesir : Dar ash-Shabuni, 2007, hlm. 139. Penyusun menerjemahkan dengan membandingkan buku terjemahan Mu’ammal Hamidy, Drs. Imron A. Manan yang berjudul Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni Jilid 1.

8

kewajiban

tersebut

mereka

merasa

berat

sehingga

mengubah-ubah

waktu

pelaksanaannya, dari bulan Ramadhan (musim panas), lalu pindah ke musim dingin, hingga akhirnya mereka bersepakat untuk melaksanakan ibadah puasa pada musim semi. Mereka (umat Nasrani) berkata, “Kami tambah dua puluh hari sebagai kaffarat atas apa yang kami perbuat sehingga puasa kami menjadi lima puluh hari.”6 Dijelaskan dalam kitab tafsir Marah Labid bahwasanya ibadah puasa sudah ada sejak zaman Nabi Adam as.7 Ibnu al-Arabi berpendapat, bahwasanya pada firman Allah swt., َ‫ﻓَﻌِﺪَّﺓٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﺃُﺧَﺮ‬ (maka wajiblah mengganti puasanya sebanyak hari yang ia tinggalkan pada hari-hari yang lain) itu mengandung balagah yang halus. Taqdirnya adalah ‫ﻄَﺮ ﻓَﻌِﺪَّﺓٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻳَّﺎﻡٍ ﺃُﺧَﺮ‬ َ ‫َﻓَﺄْﻓ‬ (kemudian ia berbuka, maka wajiblah ia mengganti puasanya sebanyak hari yang tinggalkan pada hari-hari yang lain setelah bulan Ramadhan).8 F. Maqashid (Tujuan) Puasa Melalui pelaksanaan puasa ketakwaan dapat dicapai. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt, َ‫) ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَّﻘُﻮﻥ‬agar kamu bertakwa(, ketakwaan merupaka Maqashid al-

Ula (tujuan utama) dari puasa disamping terdapat Maqashid lainnya yang diketahui dari hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Puasa memiliki manfaat yang besar terkait dengan bagaimana orang yang melaksanakan puasa dapat mengendalikan hawa nafsunya bahkan untuk hal yang diperbolehkan dilakukan diluar puasa hanya untuk menaati perintah Allah swt. Pada akhirnya kebiasaan yang dilakukan dalam puasa membuat jiwa kita terdidik untuk senantiasa meninggalkan sesuatu yang haram.9 Dalam tafsir Marah Labid dijelaskan bahwasanya ketakwaan bisa dicapai dengan berpuasa dan meninggalkan hawa nafsu. Hal tersebut dilihat dari beratnya godaan 6

139.

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Quran, Mesir : Dar ash-Shabuni,hlm.

7

Muhammad bin Umar Nawawi al-Jawi, Marah Labid Likasyf Ma’na al-Quran al-Majid. Lebanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, (Tanpa tahun), hlm. 60. 8 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Quran, Mesir : Dar ash-Shabuni, hlm. 139-140. 9 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Quran, Mesir : Dar ash-Shabuni, hlm, 140.

9

untuk makan dan godaan hawa nafsu dibandingkan dengan godaan-godaan lainnya. Maka jika seseorang sudah bisa menjaga mulut dan kemaluannya maka jalan takwa akan mudah baginya.10

G. Sifat Rahim (Kasih Sayang) Allah terhadap HambaNya Salah seorang mufassir bernama Al-Qaffal menjelaskan bahwasanya ayat 183189 yang membicarakan tentang Puasa menunjukkan perhatian Allah swt., kemurahannya dan kasih sayangnya dalam memberi taklif (beban) : a. Puasa yang diperintahkan bagi umat Nabi Muhammad saw. termasuk syariat umat-umat terdahulu. b. Puasa dapat mengantarkan kepada tumbuhnya rasa takwa. Jika puasa tidak diwajibkan maka hilanglah tujuan ketakwaan. c. Puasa wajib hanya dilaksanakan pada bulan tertentu, jika dilaksanakan lebih dari itu maka tentu akan memberatkan. d. Puasa diwajibkan pada bulan dimana diturunkannya Al-Quran pertama kali, dari hal ini dapat diketahui bulan Puasa (Ramadhan) adalah bulan yang dimuliakan. e. Untuk menghilangkan kesulitan dalam melaksanakan puasa maka bagi orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) dan orang yang sakit diperbolehkan untuk membatalkan...


Similar Free PDFs