Tafsir Qs al Baqarah ayat 183 186 PDF

Title Tafsir Qs al Baqarah ayat 183 186
Author Lina Sofy
Pages 10
File Size 183.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 462
Total Views 529

Summary

KELOMPOK 9: 1. Evi Latifatun Nisa’ 2. Leny Anjani 3. Lina Faizatul Hasanah 4. Lina Sofyana Safitri 5. Lutfiyatul Maslikhah AL-QUR’AN SURAT AL-BAQARAH 183-186                  ...


Description

KELOMPOK 9: 1. Evi Latifatun Nisa’ 2. Leny Anjani 3. Lina Faizatul Hasanah 4. Lina Sofyana Safitri 5. Lutfiyatul Maslikhah AL-QUR’AN SURAT AL-BAQARAH 183-186

                                                                                                                         183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, 184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan

seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui 185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. 186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Allah memiliki beberapa panggilan yang berbeda dalam menyeru manusia seperti Yaa ayyuhalladzina aamanu, yaa ayyuhan nass, yaa bani Adam. Panggilan yang berbeda-beda ini dikarenakan objek dan sararan yang dituju Allah berbeda. Yaa ayyuhalladzina aamanu misalnya, yang menyeru maanusia daari aspek keimanannya, jadi jika sebuah ayat dimulai dengan seruan ini, bisa jadi yang dimaksud adalah orang-orang yang beriman saja, diluar orang yang beriman tidak berkewajiban atas ayaat tersebut sebagaimana ayat ini dimulai dengan seruan tersebut. 1. Pembahasan aspek kebahasaan a. Mufradat Kata Aamanu berasal dari akar kata amana – yu’minu – imaanaa yang berarti mempercayai dari tsulatsi mujarrod: amina – ya’minu – amnan yang berarti aman dan amuna – ya’minu - amaanah yang artinya penunjuk jalan. Pada ayat ini, sebelum Allah mewajibkan puasa, Allah berkata kepada umat Nabi Muhammad “wahai orang-orang yang beriman”. Panggilan tersebut menunjukan bahwa ayat ini termasuk ayat madaniyah. Tataquuna berasal dari akar kata ittaqo – yattiqi – ittaqoan yang berarti menjadi orang yang bertakwa dan berasal dari tsulatsi mujarrod: waqo – yaqi – wiqoyatan artinya menjaga. Dalam penutup ayat ini, Allah memberitahukan kepada kita bahwa tujuan yang paling esensi dari syari’at puasa adalah

pembentukan pribadi yang bertakwa, dengan cara menahan hawa nafsu dari keinginan-keinginan yang dapat membatalkan puasa. Ash-Shiyām dari segi bahasa berarti menahan diri dari melakukan sesuatu, baik perbuatan maupun perkataan. Dari segi terminologi berarti menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri, dan segala yang membatalkan lainnya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari karena Allah SWT. Ma’dudatin berasal berasal dari akar kata ‘adda – ya’unddu – ‘addan artinya berbilangan. Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa syariat puasa yang harus dijalankan oleh umat Nabi muhammad tidak diwajibkan dalam satu tahun penuh, melainkan hanya pada bilangan hari-hari tertentu di bulan Ramadan. Maridhon berasal dari kata maridho – yarmidhu - mardhonan artinya jatuh sakit. Sedangkan safarin berasal dari akar kata safaro – yasfifu saffaron artinya perjalanan. al-Qur’an menetapkan rukhsah bagi orang yang sakit dan musafir, sebagai rahmat dari Allah SWT. yang di anugrahkan kepada hamba-Nya yang beriman, sebagai kemudahan bagi mereka. Penyakit yang dapat mendatangkan rukhsah adalah penyakit yang menyebabkan orang berpuasa menjadi payah dan penyakitnya semakin parah, ataau terlambat masa sembuhnya. Syahida berasal dari akar kata syahida – yasyhadu - syahadataan artinya menyaksikan. Kata hadir dalam bulan Ramadan artinya tidak sedang bepergian. Maka siapa saja yang hadir pada bulan Ramadan tersebut, ia wajib berpuasa. Karena ayat ini masih bersifat umum, maka Allah memberikan pengkhususan bagi orang-orang yang sakit atau sedang bepergian. Tukmiluu berasal dari akar kata akmala – yukmilu – ikmaalaa

artinya

menyempurnakan dan berasal dari tsulatsi mujarrod: kamula – yakmulu – kumuulan yang berarti sempurna. Dalam ayat tersebut menjelaskan “hendaklah kamu mencukupkan bilangan” bukan “menyempurnakan bulan” sehingga dapat dipahami bahwa seorang mukmin harus menyempurnakan bilangan puasa Ramadan, termasuk hari-hari yang ditinggalkan oleh orang-orang yang udzur. Ayat ini menerangkan bahwa pada bulan Ramadan, al-Qur’an diwahyukan, yaitu pada malam Qadar. Ayat ini juga menjelaskan puasa yang diwajibkan iaalah pada bulan Ramadhan. Saala berasal dari akar kata saala – yasalu - suaalan yang artinya meminta. Allah memberi perintah kepada Nabi Muhammad agar ia menginformasikan kepada umatnya bahwa Allah senantiasa dekat dengan hamba-Nya. Artinya, Allah mengetahui segala perbuatan hamba-Nya, mendengar setiap perkataan mereka,

dan mengabulkan permohonan setiap orang yang berdoa. Oleh karena itu, hendaklah manusia menghadapkan wajahnya hanya kepada Allah dalam berdoa. Yarsyuduuna berasal dari akar kata rasyuda – yarsyudu - rusydan yang artinya memimpin, membimbing. Setelah Allah memberikan jaminan untuk mengabulkan seluruh permintaan mereka, disini Allah memberikan pengarahan agar hamba-Nya senantiasa berada dalam kebenaran dengan memenuhi seluruh perintah-Nya dan selalu berada dalam keimanan. Dalam ayat ini, Allah menyuruh hamba-Nya supaya berdoa kepada-Nya, serta berjanji akan memperkenankannya, tetapi di akhir ayat ini Allah menekankan agar hamba-Nya memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya supaya mereka selalu mendapat penduduk. b. I’rab 1) ayat 184 : Kata “an tasuumu” berada di posisi raf’ul mubtada’ dan kata “khaira” merupakan khabarnya. Taqdirnya yaitu puasamu adalah lebih baik bagimu. Dan kata “wa in kuntum ta’malun” merupakan syart yang dihilangkan darinya jawab sebagai dalalah kata sebelumnya. 2) Ayat 185 : Kata “as-Syahru” dibaca nasb, dan begitu pula huruf “ha” dalam jumlah “falyasumhu”. Sehingga musafir yang menyaksikan datangnya bulan tetap dimasukkan ke dalam arti kata “man”. c. Balaghoh

  dalam ayat 186 memilki makna bahwasanya aku adalah dekat,. Kalimah tersebut dapat dikategorikan dalam majaz lughowi yakni ujaran yang digunakan untuk menunjuk sesuatu diluar makna tekstual (dalam istilah percakapan) karena adanya korelasi (dengan makna kiasan), disini kata  (dekat) bermakan tekstual, sedangkan dekatnya Tuhan hanyalah isyarat semata yang menyatakan bahwa Ia selalu mengetahui apa yang di lakukan makhlukNya. 2. Pendekatan kaidah-kaidah tafsir 3. Munasabah ayat Munasabah adalah keterkaitaan antara satu ayat dengan ayat yang lain, baik yang berdekatan maupun tidak. a. Munasabah Surat al-Baqarah ayat 183-186 dengan ayat sebelumnya.

                                                                                  

       

           178. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. 179. dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. 180. diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tandatanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

181. Maka Barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, Maka Sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. 182. (akan tetapi) Barangsiapa khawatir terhadap orang yang Berwasiat itu, Berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, Maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dalam Surat al-Baqarah ayat 178 hingga 179, Allah mewajibkan hukum qisas dalam sesuatu pembunuhan. Hukuman ini adalah rahmat dan ihsan Allah kepada manusia. Selanjutnya dalam ayat 180 sampai 182, Allah menyambung lagi dengan mewajibkan orang-orang mukmin agar berwasiat sebelum mati untuk menghindari kekacauan dalam hak waris. Kemudian di dalam ayat 183 sampai 186, Allah menyatakan lagi kewajiban yang perlu di kerjakan oleh setiap orang mukmin yaitu ibadah puasa beserta hukum-hukum yang bersangkutan dengannya. Ringkasnya, ketiga kelompok ayat ini adalah syariat Allah yang diwajibkan kepada hamba-Nya. Syariat tersebut adalah hukum qisas, kewajiban berwasiat, dan ibadah puasa. Dengan menyebutkan uraian-uraian tersebut, sesungguhnya Allah bermaksud untuk mengingatkan kaum muslimin bahwa ajaran Islam walaupun berbeda-beda dia adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Jangan ada yang menganggap kewajiban berpuasa itu lebih penting daripada berwasiat, larangan memakan babi lebih penting dari larangan membuka aurat, begitu juga tuntutan untuk menegakkan keadilan itu lebih utama daripada tuntutan untuk menegakkan kejujuran. Dengan demikian, Allah SWT ingin mengingatkan kepada kita bahwa ajaranNya tidak dapat dipilah-pilah. Tidak boleh ada yang beranggapan bahwa yang penting adalah hubungan dengan Allah, sementara hubungan dengan masyarakat tidak penting. Maka kita harus menyadari bahwa seluruh ajaran-Nya penting dan semuanya harus dilaksanakan secara kâffah (utuh). b. Munasabah Surat al-Baqarah ayat 183-186 dengan ayat sesudahnya.

                                                                          187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. Hubungan surat al-Baqarah ayat 183 sampai 186 dengan ayat selanjutnya, yaitu ayat 187 adalah batasan-batasan atau hal-haal yang diperbolerhkan dan dilarangsaat menjalankan ibadah puasaa. 4. Asbabun Nuzul Asbabun Nuzul surat al-Baqarah ayat 184, 186, dan 187 adalah sebagai berikut: a. Surat al-Baqarah ayat 184

                                      184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Ibnu sa’ad dalam kitab ath-thabaqaat meriwayatkan dari mujahid, dia berkata, “Ayat ini turun pada tuan saya, Qais ibnus-Saa’ib lalu dia pun tidak berpuasa dan memberi makan kepada orang miskin untuk setiap harinnya. Ayat tersebut turun berkenaan dengan Qais bin as-Saib yang memaksakan diri berpuasa, padahal dia sudah tua sekali”. b. Surat al-Baqarah ayat 186

                    186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW, lalu berkata,”apakah Tuhan kita dekat sehingga kita cukup berbisik saat memohon

kepada-Nya,

atau

Dia

jauh

sehingga

kita

perlu

berteriak

memanggilnya?” Mendengar pertanyaan itu Rasulullah terdiam, kemudian turunlah ayat ini sebagai jawaban atas pertanyaan orang Arab Badui tersebut dan juga untuk memberi penjelasan kepada setiap orang muslim yang ingin berdoa kepada Allah SWT. 5. Kandungan ayat : umum /khusu ‘Am dalam ayat 183 ayat tersebut temasuk dalam ‘am badali, karena lafadl alladzi yang dipergunakan dan di hukumkan bagi seluruh pribadi . Selain itu ayat 183 merupakan bentuk ‘am yang berupa

ِ‫ﱠ‬ ‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا‬ َ ‫اﻟﺬ‬

(semua orang yang beriman )

mempunyai kewajiban untuk berpuasa. Namun di takhsis (dikhususkan) dengan ayat berikutnya yaitu dengan lafazd

ٍ ‫اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ ﻳُ ِﻄﻴ ُﻘﻮﻧَﻪُ ﻓِ ْﺪﻳَﺔٌ ﻃَ َﻌ ُﺎم ِﻣﺴ ِﻜ‬ ‫ﲔ‬ ْ َ

ِ ِ ِ ‫ُﺧَﺮ َو َﻋﻠَﻰ‬ ً ‫ﻓَ َﻤ ْﻦ َﻛﺎ َن ﻣْﻨ ُﻜ ْﻢ َﻣ ِﺮ‬ َ ‫ﻳﻀﺎ أ َْو َﻋﻠَﻰ َﺳ َﻔ ٍﺮ ﻓَﻌ ﱠﺪةٌ ﻣ ْﻦ أَﻳﱠ ٍﺎم أ‬

yang artinya Maka barang siapa di antara kamu ada yang

sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orangorang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. 6. Penggalian hukum (istinbath) Kata Shamaa artinya menahan, seperti firman Allah yang artinya : jika kamu melihat seorang manusia maka katakanlah : sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini. Q.S Maryam : 26 Ayat ini menegaskan bahwasannya Maryam menahan dirinya untuk berbicara, sedangkan makna puasa menurut syari’at ialah menahan diri dari makan, minum dan hubungsn seks dari mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Kewajiban puasa sudah ditemukan pada syari’at umat terdahulu. Namun ada puasa yang menahan makan dan minum secara keseluruhan dan adapula yang memakan makanan tertentu saja seperti puasa umat Nasrani. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa puasa merupakan salah satu sistem pendidikan yang ditemukan pada setiap agama terdahulu, meskipumn terdapat perbedaan jumlah hari dan caranya.

7. Hikmah/pelajaran dari ayat Pelajaran yang dapat diambil dari Qs. al-Baqarah ayat 183-186 ini antara lain: a. Orang yang kaya ketika merasakan pedihnya rasa lapar, membuat dirinya merasakan derita orang-orang fakir dan miskin. Hal ini akan membuatnya ingin bersedekah karena telah merasakan derita orang-orang fakir dan miskin. b. Orang yang berpuasa biasanya banyak menjalankan keta'atan dan maksiatnya berkurang. c. Mendarong umat agar semangat untuk melaksanakan puasa, yakni berlombalomba dengan generasi sebelumnya dalam menyempurnakan amalan dan bersegera kepada hal yang baik. d. Puasa bukanlah hal yang berat yang hanya di bebankan kepada kita e. Dalam ayat ini di jelaskan bahwasannya puasa merupakan sebab terbesar . puasa merupakan tameng

bagi seseorang

dari perbuatan maksiat karena ia dapat

melemahkan syahwat yang mendorong perbuatan maksiat f. Dengan berpuasa seseorang akan di latih merasakan bahwa dirinya selalu di awasi Allah ketika puasa. Sumber Rujukan: Ibad, Irsyadul. 2015. Nilai-Nilai Kependidikan dalam Pengamalan Ibadah Puasa Ramadhan: Kajian al-Qur’an Surat al-Baqarah Ayat 183-187. Skripsi, IAIN Salatiga. Pdf Shihab, M.Quraish. 2002. Tafsir al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati , volume 6 al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1993, Tafsir al-Maraghi, Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, Cet. 2, Juz 4...


Similar Free PDFs