Title | KOMUNIKASI KRISIS DI ERA NEW MEDIA DAN SOCIAL MEDIA |
---|---|
Author | Narayana Mahendra Prastya |
Pages | 20 |
File Size | 186 KB |
File Type | |
Total Downloads | 325 |
Total Views | 1,017 |
Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 6, Nomor 1, Oktober 2011 Komunikasi Krisis di Era New Media dan Social Media Narayana Mahendra Prastya Mahasiswa Pascasarjana Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta Abstract New media and social media have changed the practice of public relation...
Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 6, Nomor 1, Oktober 2011
Komunikasi Krisis di Era New Media dan Social Media
Narayana Mahendra Prastya Mahasiswa Pascasarjana Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta
Abstract New media and social media have changed the practice of public relations. One area that changed is crisis communication. Because of these new technologies, crisis can be more complex. The pace of information, the uncertainty, and the rumours, are increasing. Public relations practitioners should include the new media and social media use in their crisis communication plan. Before doing that, public relations practitioners should change their mindset about social media and new media. The first part of this article contains introduction that describe the importance of communication in crisis management and the importance of social media and new media use in crisis communication. The second part is literature review, that consist of two themes: the concept about crisis communication; and crisis communication in the new media and social media era. The third part describes two cases from Indonesian corporation when they used social media and new media in crisis communication. Each cases explain the success story and the failed story in social media and new media use. Keywords: crisis communication, new media, social media
Abstrak Media baru dan media sosial telah mengubah praktik Public Relations (PR). Salah satu area yang berubaha adalah aktivitas komunikasi krisis. Oleh karena teknologi baru ini, krisis bisa menjadi lebih kompleks. Arus informasi, ketidakjelasan, dan gosip, tengah meningkat. Para praktisi PR harus terlibat dalam pemanfaatan media baru dan sosial media dalam rencana komunikasi krisis mereka. Sebelum melakukan itu, praktisi PR harus mengubah cara pandang mereka terhadap media sosial dan media baru. Bagian pertama artikel ini berisi penjelasan mengenai pentingnya komunikasi dalam manajemen krisis dan pentingnya penggunaan media sosial dan media baru dalam komunikasi krisis. Bagian kedua mengulas literatur tentang konsep krisis komunikasi; dan komunikasi krisis di era media baru dan media sosial. Bagian ketiga membahas dua contoh kasus korporasi Indonesia yang sukses maupun gagal dalam menggunakan media sosial dan media baru dalam komunikasi krisis. Kata Kunci: komunikasi krisis, media baru, media sosial
1
Jurnal komunikasi, Volume 6, Nomor 1, Oktober 2011
Pendahuluan Kehadiran new media dan social media
…. These risks and issues may form the bedrock for crises. (Cornelissen, 2011: 199)
telah mengubah cara para praktisi public relations (selanjutnya ditulis dengan PR)
Krisis yang muncul di era teknologi
dalam berpikir dan melaksanakan praktik-
komunikasi yang baru – cyberspace –
praktiknya.
mengoptimalkan
misal ketika kita melihat ada tulisan di
potensi yang dimiliki oleh social media
blog, website, mailing list, atau tulisan di
maka praktik PR akan lebih mendunia,
Facebook
lebih
bersifat
seseorang, organisasi, kualitas sebuah
komunikasi dua arah dan interaktif,
produk atau layanan. Padahal tuduhan
simetris
tersebut
Dengan
strategis, atau
semakin dialogis
dan
lebih
berisi
belum
tuduhan
bisa
terhadap
dipastikan
bertanggung jawab secara sosial. Hal ini
kebenarannya (Millar dan Heath, 2004).
cukup dapat mendasari bahwa pada era
Rumor merupakan bentuk spesial untuk
baru ini social media dapat dijadikan
sebuah krisis – bahkan di cyberspace saat
sebagai salah satu toolkit yang digunakan
ini sifatnya sudah lebih provokatif. Weiner
dalam strategi PR dalam berkomunikasi
(seperti
dengan publiknya (Grunig, 2009).
menggambarkan krisis yang terjadi di era
Salah satu praktik PR yang ikut berubah dengan berkembangnya teknologi komunikasi adalah komunikasi krisis. Perkembangan
teknologi
komunikasi
memperbesar potensi akan hadirnya krisis akan semakin besar (Argenti, 2009). Pendapat
lain
mengungkapkan
perkembangan teknologi dan informasi membuat orang-orang semakin peduli, semakin perhatian terhadap sebuah isu atau risiko yang dihadapi oleh organisasi. Because of modern communication and information technologies, people are increasingly aware of the issues and risks associated with organizations and their industries. These technologies also afford a way of voicing concerns and of dialoguing on these issues 2
dikutip
Holmes,
2011:
4)
media baru sebagai berikut: Before the company knows about the incident, cameras are on the scene. In the absence of real information, organization cannot respond meaningfully. However that doesn’t stop the media from reporting on it live, minute by minute Dasar
dari
komunikasi
krisis
adalah memberikan respon dengan segera begitu krisis terjadi, dengan pesan yang terbuka dan jujur kepada para pemangku kepentingan (stakeholder) baik itu yang terpengaruh secara langsung atau tidak langsung. Perusahaan atau organisasi punya waktu “minimal 40 menit hingga maksimal 12 jam” untuk memberikan penjelasan versi mereka atas sebuah krisis. Jika dalam rentang waktu tersebut
Narayana Mahendra Prastya, Komunikasi Krisis di Era New Media dan Social Media
organisasi atau korporasi gagal merilis
mengalami kerugian dalam situasi krisis
informasi yang relevan, maka kepercayaan
(Landau, 2011).
publik
kemungkinan
sudah
turun
Seperti
sudah
dipaparkan
terhadap informasi yang akan dirilis di
sebelumnya, kecepatan menjadi sesuatu
luar time frame tadi (Pinsdorf seperti
yang
dikutip Tan, 2006).
korporasi
Rentang
waktu
tadi
harus
dipertimbangkan atau
oleh
organisasi
saat
menjadi
berkomunikasi di saat krisis. Adalah
semakin singkat di era media baru, di
tantangan bagi komunikator di era krisis
mana informasi beredar begitu intens dan
untuk berkomunikasi dengan segera –
begitu cepat. Tentu saja ini menuntut PR
menanggapi
harus merespon dengan cepat situasi
termasuk
krisis yang terjadi. Di sinilah komunikasi
selentingan, kabar burung, dan hal-hal
krisis berperan. Werner (1990, dalam
lain yang bisa merusak citra perusahaan –
Millar & Heath, 2004) berpendapat bahwa
namun di sisi lain informasi atau data
ketika krisis mulai meningkat, hal yang
yang dimiliki masih belum cukup.
paling penting untuk dilakukan adalah
segala
kabar
menjawab
Tulisan
ini
yang
isu,
akan
ada
rumor,
memberikan
komunikasi. Pendapat lain dari Coombs
beberapa contoh bagaimana perusahaan
(dikutip
atau
dari
Kyhn,
2008)
organisasi
memanfaatkan
media
mengungkapkan bahwa krisis komunikasi
sosial mereka dalam sebuah krisis. Di
merupakan
bagi
bagian akhir, penulis akan memberikan
seluruh aktivitas manajemen krisis dan
rekomendasi bahwa dalam perencanaan
memainkan peran penting di manajemen
manajemen
krisis.
organisasi
“darah
kehidupan”
krisis,
perusahaan
harus
atau
memasukkan
Komunikator dalam krisis di era
penggunaan
media baru harus bertarung di dalam
perencanaan
siklus informasi yang berlangsung selama
suksesnya sebuah kegiatan kehumasan –
24 jam. Sebuah tindakan yang cepat dan
termasuk di dalamnya komunikasi krisis
efektif harus dilakukan oleh perusahaan
(Hardjana, 1998; Cutlip, et.al, 2005;
ketika menghadapi apapun problem yang
Landau, 2011).
media
sosial.
merupakan
Pasalnya, awal
dari
dihadapi. Segera memberikan pesanyang akan disampaikan, sebab membiarkan rumor beredar secara liar hanya akan menambah
kesulitan
bagi
organisasi
Konsep-Konsep dalam Komunikasi Krisis Komunikasi
(Millar & Heath, 2004). Kalah cepat dan
krisis
merupakan
juga kalah sigap dalam merespon konten
salah satu peran PR. Pada umumnya krisis
media sosial, utamanya yang bernada
diterjemahkan
negatif,
datang
akan
membawa
organisasi
secara
sebagai
sesuatu
mengejutkan
yang serta 3
Jurnal komunikasi, Volume 6, Nomor 1, Oktober 2011
menghadirkan ancaman bagi organisasi,
terakhir keterikatan manusia pada media
perusahaan, atau industri, begitu juga
massa mengalami lonjakan besar. Dalam
terhadap publik mereka, produk, layanan,
era
ataupun nama baik yang sudah dimiliki.
keterikatan manusia tidak hanya sebatas
Sebagai ancaman, maka krisis harus
pada media massa, tetapi juga pada
ditangani secara cepat agar organisasi
jejaring
dapat berjalan normal kembali. Krisis
antarpribadi juga akan meningkat melalui
menempatkan
jejaring-jejaring sosial tersebut.
penampilan
perusahaan
media
berada dalam penilaian publik. Publik biasanya
membutuhkan
respon
yang
segera dari organisasi (Putra, 1999).
sosial.
dan
media
Jaringan
sosial,
komunikasi
Ada tiga prinsip utama dalam komunikasi krisis, yakni: menyampaikan pesan
Ada tiga kondisi yang umum
baru
dengan
cepat
menyampaikan pesan,
atau
segera
konsisten,
dan
terjadi dalam krisis. Menurut Argenti
terbuka (Coombs, 2006). Menyampaikan
(2009: 259), hal tersebut adalah: (1)
pesan dengan cepat berarti memberikan
elemen-elemen yang sifatnya tak terduga;
kesempatan bagi pemangku kepentingan,
(2) informasi yang tidak mencukupi; dan
terutama media massa, untuk mengetahui
(3) begitu cepatnya dinamika yang terjadi.
tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Sementara
Tujuannya adalah mengisi kekosongan
Millar
&
Heath
(2004)
berpendapat bahwa dalam situasi krisis
informasi
berita bisa menyebar begitu cepat yang
Respon yang lambat justru memberikan
berpotensi
melumpuhkan
kesempatan bagi pihak lain – terutama
manajemen
sebelum
jajaran
mereka
bisa
yang
ketika
ingin
krisis
berlangsung.
menghancurkan
reputasi
mengontrol situasi dengan efektif. Untuk
organisasi atau perusahaan tersebut –
menjaga citra positif, sebuah korporasi
untuk
harus menciptakan langkah yang cepat
tersebut dengan spekulasi atau informasi
dan efektif saat menghadapi problem
yang salah. Respon yang cepat juga akan
apapun, sebab krisis bisa merusak citra
membentuk persepsi di mata publik
paling positif dari sebuah organisasi yang
bahwa
sudah mapan sekalipun.
tersebut dapat mengendalikan situasi.
mengisi
kekosongan
perusahaan
atau
informasi
organisasi
(1998)
Akan tetapi, respon yang bersifat segera
berpandangan dalam situasi krisis terjadi
ini juga memiliki kelemahan. Coombs
peningkatan arus informasi yang luar
(dalam Soule, 2010) mengatakan kerugian
biasa,
kehilangan
utama dari respon cepat adalah tentu saja
keseimbangan, kandungan emosi dalam
kecepatan meninngkatkan tingkat risiko
komunikasi
yang dihadapi.
Sedangkan
sistem
Hardjana
komunikasi
krisis
sangat
mencolok,
jaringan antara komunikasi antar pribadi dan 4
komunikasi
media,
serta
yang
Prinsip kedua yakni konsisten, maksudnya adalah berbagai pesan yang
Narayana Mahendra Prastya, Komunikasi Krisis di Era New Media dan Social Media
disampaikan
organisasi
dari
dapat membawa organisasi ke masalah
kontradiksi. Dengan kata lain, konsistensi
hukum dan kerugian finansial. Organisasi
merupakan berbicara dalam satu suara.
sebaiknya
Memang tidak mungkin dalam situasi
mereka terhadap pemangku kepentingan
krisis
finansial (misal pemegang saham atau
hanya
satu
orang
bebas
saja
yang
berbicara untuk mewakili perusahaan atau
pemberi
organisasi.
kepada
Bagaimanapun,
komunikasi
krisis
harus
tim
memastikan
menyeimbangkan
pinjaman) pemangku
dengan
perhatian
perhatian
kepentingan
yang
mengalami kerugian akibat krisis (misal
bahwa juru bicara yang berbeda akan
anggota
memberikan pesan yang konsisten.
karyawan).
Prinsip ketiga adalah keterbukaan.
komunitas,
Pentingnya
pelanggan,
komunikasi
atau
krisis
Menurut Coombs, prinsip ini merupakan
sebagai bagian dalam krisis manajemen
satu-satunya prinsip yang kontroversial.
diungkapkan oleh sejumlah ahli. Coombs
Kontroversi muncul akibat interpretasi
(seperti dikutip Kyhn, 2008) menyatakan
yang
bahwa komunikasi krisis adalah “darah
berbeda
terhadap
pemahaman
keterbukaan ini. Interpretasi pertama
kehidupan”
adalah keterbukaan berarti orang-orang
manajemen krisis dan memainkan peran
dalam organisasi (yang berwenang untuk
vital di setiap tahap dari manajemen
memberikan pernyataan) selalu siap dan
krisis. Pendapat lain yakni dari dari
bersedia untuk berkomunikasi dengan
Fearn-Banks (seperti dikutip Kyhn, 2008)
para pemangku kepentingan, terutama
menjelaskan dalam manajemen krisis
media
yang efektif terdapat komunikasi krisis
massa.
Keengganan
berkomunikasi
dengan
untuk
pemangku
yang
tidak
dari
hanya
seluruh
kegiatan
mengurangi
atau
kepentingan akan menimbulkan kesan
menghilangkan krisis, tetapi juga sedikit
bahwa organisasi tersebut sangat tertutup,
banyak dapat menghadirkan reputasi bagi
berusaha menyembunyikan sesuatu, atau
organisasi yang lebih baik dibanding
tidak mampu menangani krisis.
sebelum terjadinya krisis.
Interpretasi
kedua
mengenai
keterbukaan adalah pengungkapan secara
intensitas
krisis
mulai
meningkat, tugas terpenting adalah, tentu
disclosure),
saja, fase komunikasi – menyampaikan
yakni organisasi harus mengatakan semua
pesan dari perusahaan dengan lengkap,
yang mereka ketahui tentang krisis segera
terorganisasi, dan rapi. Jika ditangani
setelah mereka mendapatkan informasi.
dengan baik, komunikasi bisa mengurangi
Kepentingan
terkadang
kemungkinan meluasnya masalah dan
merekomendasikan keterbukaan secara
mempersempit potensi gangguan yang
terbuka
terbatas
sepenuhnya
(limited
(full
Ketika
hukum
disclosure)
karena
bisa merusak perusahaan.
pengungkapan secara terbuka sepenuhnya 5
Jurnal komunikasi, Volume 6, Nomor 1, Oktober 2011
Deliver the crisis response message: Get your message out quickly. According to the literature, giving the who, what, how, when, why, and where as quickly as possible is crucial to a company’s crisis management objectives. Letting the story dribble out only prolongs the agony, and results in new and potentially damaging headlines with each dose of new information (Millar dan Heath, 2004: 129)
faktor penting bagi krisis komunikasi. Menurut Ferguson (1999: 100): “crisis communication plan is key to survival of an organization – knowing what to say, when,
and
to
whom”.
Rencana
komunikasi menyangkut elemen seperti indikator krisis, tim komunikasi, strategi komunikasi, respon, mekanisme kontrol, evaluasi, dan lampiran yang berisi format dan panduan dari aktivitas komunikasi seperti merilis siaran pers dan pencatatan
Dalam maju,
PR
bentuknya merupakan
yang
paling
bagian
dari
aktivitas harian. Perencanaan komunikasi krisis
selain
dapat
menyelamatkan
pemecahan
masalah
dan
proses
perubahan
organisasi,
yang
dikelola
melumpuhkan
pengetahuan.
Praktisi
keorganisasian, juga dapat memperkokoh
humas jenis ini memakai teori danbukti
bantuan kelompok pendukung strategis,
terbaik yang ada dalam empat proses
sehingga tidak terjadi krisis kepercayaan
<...