Title | Laporan Pengemasan dan Penyimpanan Sayur |
---|---|
Course | TPP Teknologi Pangan |
Institution | Universitas PGRI Semarang |
Pages | 24 |
File Size | 1.2 MB |
File Type | |
Total Downloads | 759 |
Total Views | 986 |
LAPORAN PRAKTIKUMPENGEMASAN DAN UMUR SIMPAN“PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SAYUR”Disusun Oleh :Annisa Setianingsih19690006PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKAUNIVERSITAS PGRI SEMARANG2021LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SAYURAnnisa Setianingsih (19690006) Program Stu...
LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN DAN UMUR SIMPAN “PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SAYUR”
Disusun Oleh : Annisa Setianingsih 19690006
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 2021
LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SAYUR Annisa Setianingsih (19690006) Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik dan Informatika Universitas PGRI Semarang
ABSTRACT Vegetables are foodstuffs that have perishable properties. In essence, post-harvest vegetables are living tissue with high water content where the respiration and transpiration processes are still ongoing. The presence of high respiration will cause vegetables to wilt and rot. To reduce this, it needs to be inhibited through good packaging and storage methods. In addition, environmental factors also affect physiological activities, especially temperature. The purpose of this practicum is to determine the effect of temperature on vegetable quality and to determine the effect of packaging treatment on vegetable quality. The method used in this practice there are 5 treatments, namely, treatment of 1 bag without holes and storage at room temperature. Treatment of 2 bags without holes and cold storage. Treatment of 3 bags with holes and storage at room temperature. Treatment 4 bags with holes and cold storage. Treatment 5 without packaging and storage at room temperature. Each treatment was stored for 5 days. The best results were in treatment 2 which was treated with bags without holes and stored at cold temperatures. This is because there is no O2 entering the bag and cold temperatures can prevent the rate of respiration. Storage at cold temperatures can have a very good impact on vegetables, this can be observed in the color, texture, and appearance of the packaging during storage for 5 days. Keywords: Packaging, storage, respiration, cold temperature, room temperature.
ABSTRAK Sayuran merupakan bahan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak (perishable). Pada hakekatnya sayuran selepas panen merupakan jaringan hidup dengan kandungan airnya yang tinggi dimana kelanjutan proses respirasi dan transpirasi masih terus berlangsung. Adanya respirasi yang tinggi akan menyebabkan sayuran menjadi layu dan busuk. Untuk mengurangi hal tersebut, maka perlu dihambat melalui kemasan dan cara penyimpanan yang baik. Selain itu, faktor lingkungan berpengaruh juga terhadap aktifitas fisiologis terutama suhu. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan pengaruh suhu terhadap kualitas sayur dan untuk menentukan pengaruh perlakuan pengemasan terhadap kualitas sayur. Metode yang digunakan pada praktiku ini ada 5 perlakuan yaitu, perlakuan 1 kantong tanpa lubang dan penyimpanan suhu ruang. Perlakuan 2 kantong tanpa lubang dan penyimpanan suhu dingin. Perlakuan 3 kantong diberi lubang dan penyimpanan suhu ruang. Perlakuann 4 kantong diberi lubang dan penyimpanan suhu dingin. Perlakuan 5 tanpa kemasan dan penyimpanan suhu ruang. Masing – masing perlakuan disimpan selama 5 hari. Hasil yang terbaik adalah pada perlakuan 2 yang diberi perlakuan kantong tanpa lubang dan disimpan pada suhu dingin. Hal tersebut karena tidak adanya O2 yang masuk kedalam kantong dan suhu dingin dapat mencegah terjadinya laju respirasi.
Penyimpanan pada suhu dingin dapat memberikan dampak yang sangat baik bagi sayur, hal tersebut dapat diamati pada kondisi warna, tekstur, dan kenampakan kemasan selama dilakukan penyimpanan selama 5 hari. Kata Kunci : Pengemasan, penyipanan, respirasi, suhu dingin, suhu ruang.
penyimpanan karena praktis tidak ada
PENDAHULUAN Sayuran merupakan bahan pangan yang mempunyai
sifat
mudah
rusak
(perishable). Pada hakekatnya sayuran selepas panen merupakan jaringan hidup dengan kandungan airnya yang tinggi dimana kelanjutan proses respirasi dan transpirasi masih terus berlangsung. Adanya respirasi yang tinggi akan menyebabkan sayuran menjadi layu dan busuk. Untuk mengurangi hal tersebut, maka perlu dihambat melalui kemasan dan cara penyimpanan yang baik. Selain itu, faktor lingkungan berpengaruh juga terhadap aktifitas fisiologis terutama suhu.
Adanya
informasi
mengenai
alternatif kombinasi jenis kemasan dan suhu penyimpanan diharapkan dapat membantu mempertahankan kesegaran sayuran dalam jangka waktu tertentu (Suhelmi, 2007). Jaringan pada buah dan sayur yang telah dipetik aktif melakukan respirasi
yang
bertujuan
untuk
mempertahankan hidupnya dengan cara merombak pati menjadi gula. Pada proses tersebut, dihasilkan terus
air
menerus
mengakibatkan
kelayuan
secara
sehingga saat
suplai air lagi. Salah satu cara untuk memperpanjang masa simpan sayur adalah dengan penyimpanan pada suhu rendah agar aktivitas mikroba, enzim, maupun
respirasi
dapat
dihambat
(Zulkarnaen, 2009). Penanganan pasca panen sayuran di negara Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup. Hal
ini
terlihat dari
kerusakan
–
kerusakan pasca panen sebesar 25%28%. Oleh sebab itu agar produk holtikultura
terutama
sayuran dapat
sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik perlu penanganan pasca panen yang benar dan sesuai. Bila pasca panen dilakukan dengan baik, kerusakan –
kerusakan
yang
timbul
dapat
diperkecil bahkan dihindari, sehingga kerugian
ditingkat
ditekan. Beberapa
konsumen cara
dapat
penanganan
pasca panen sayuran adalah pendinginan awal
(recooling),
pengemasan
/
pengepakan, dan penyimpanan (Rina, 2018). Proses pendinginan pada suatu bahan akan menghambat laju pertumbuhan mikroorganisme serta laju reaksi kimia dan biokimia yang dapat menimbulkan
kerusakan tetapi tidak mungkin dapat
seringkali
menghentikannya. kerugian
terjadi
karena
pengaruh
Pada
umumnya
lingkungan luar dan pengaruh kemasan
pengawetan
dengan
yang digunakan. Kemasan membatasi
menggunakan pendinginan daya simpan
bahan
produk
sekeliling
lebih
pendek
dibandingkan
pangan
dengan
untuk
lingkungan
mencegah
atau
dengan pengawetan lain. Tetapi terdapat
menghambat proses kerusakan selama
keuntungannya yaitu sifat indrawi (rasa,
waktu yang dibutuhkan. Plastik sering
tekstur, kenampakan, flavor, aroma) dan
digunakan dalam kemasan bahan pangan
nilai
tidak
dapat
dan mudah diperoleh. Ada beberapa
produk
segar
jenis plastik yang sering digunakan
suhu
diantaranya polietilen dan polipropilen.
merupakan faktor utama dalam upaya
Plastik ini termasuk plastik tipis yang
menunda proses perusakan produk pasca
bersifat
panen.
dan
mempunyai beberapa sifat khusus antara
cocok
lain daya serap air, daya tembus gas dan
merupakan bagian penting dari sistem
uap air, bentuk dan permukaannya.
pengelolaan
Permeabilitas uap air dan gas, serta luas
gizinya
dibedakan
hampir
dengan
(Tjahjadi,
2008).
Pengelolaan
Pendinginan
mempertahankan
cepat
suhu
suhu.
yang
Beberapa
jenis
lentur
(fleksible
kemasan
films)
komoditi yang tahan terhadap perlakuan
permukaan
mempengaruhi
suhu dingin, namun beberapa lainnya
jumlah gas yang baik sehingga masa
sangat peka. Titik beku komoditi sangat
simpan produk lama (Suharni, 2009).
bahan
Tujuan dari praktikum pengemasan
padatan dan sekaligus kandungan air
dan penyimpanan sayur adalah untuk
bahan. Bagi jenis atau komoditi yang
menentukan pengaruh suhu terhadap
peka terhadap suhu yang sangat rendah
kualitas sayur dan untuk menentukan
akan mengalami luka atau chilling
pengaruh
injury. Biasanya hal ini terjadi bilamana
terhadap kualitas sayur.
dipengaruhi
oleh
kandungan
perlakuan
pengemasan
penyimpanan dalam kondisi di bawah titik beku (Santoso, 2006). Pengemasan
METODE PRAKTIKUM
penting
dalam
pengawetan
bahan
pangan.
Adanya
pengemasan
dapat
Alat dan bahan yang digunakan pada
membantu mencegah atau mengurangi
praktikum pengemasan dan penyimpanan
terjadinya
kerusakan
sayur adalah plastik PP, timbangan
Kerusakan
yang
terjadi
dapat
digital, pendingin (kulkas), dan sayuran
berlangsung
secara
spontan
tetapi
hijau berupa sawi.
–
kerusakan.
Alat dan Bahan
Pelaksanaan Praktikum Praktikum pengemasan dan umur
Perlakuan
kelima,
diperlakukan
tanpa
sayur pengemas
dan disimpan pada suhu ruang.
simpan dengan materi pengemasan dan penyimpanan sayur dilaksanakan pada 21 sampai 26 Juni 2021. Di laboratorium rekayasa
proses
pengolahan
pangan
Setelah dilakukkan beberapa perlakuan, sayur yang telah dikemas lalu ditimbang dan mencatat berat awalnya. Setelah disimpan selama 5 hari, pengamatan
Universitas PGRI Semarang.
dilakukkan dengan mencatat perubahan yang terjadi meliputi berat, warna,
Metode Praktikum Pada praktikum pengemasan dan umur simpan dengan materi pengemasan dan penyimpanan sayur dilakukan dengan cara
memasukkan
sayur
ke
dalam
kemasan kantong plastik PP dengan beberapa perlakuan diantaranya :
tekstur, dan kenampakan kemasan. TABEL DAN PEMBAHASAN Berikut adalah data dari hasil praktikum pengemasan dan penyimpanan sayur dengan pengeasan plastik PP dan lima perlakuan yang berbeda. Data di bawah
Pada perlakuan pertama, sayur dimasukkan ke dalam plastik yang dibuat tanpa lubang dan disimpan pada suhu ruang.
Perlakuan
kedua,
sayur
dimasukkan ke dalam plastik yang dibuat tanpa lubang dan disimpan pada suhu dingin.
Perlakuan
ketiga,
sayur
dimasukkan ke dalam plastik yang dilubangi dan disimpan pada suhu ruang.
Perlakuan
keempat,
sayur
dimasukkan ke dalam plastik yang dilubangi dan disimpan pada suhu dingin.
adalah data pengamatan selama 5 hari berturut – turut yaitu sebagai berikut :
Kenampakan No
Perlakuan
1.
Kantong tanpa lubang, Penyimpanan
Hari
Berat
Warna
Tekstur
0
94 gram
+++
++++
Kemasan
suhu
ruang +
++ Kemasan 1
85 gram
+++
++++
sedikit berembun ++ Daun mulai
2
76 gram
++
+++
layu dan mulai berwana kekuningan serta berbintik ++ Kemasan berembun,
3
77 gram
++
++
daun layu dan kekuningan serta berbintik +++ Daun layu
4
69 gram
+
+
berwarna kuning, mulai berair, ada
bercak ++++ Sayur 5
59 gram
+
+
membusuk, berair, dan daun layu
2
Kantong tanpa lubang, Penyimpanan
suhu
dingin 0
121 gram
+++
++++
+
+++ Kenasan 1
111 gram
+++
++++
berembun banyak
+++ Kemasan 2
98 gram
+++
++++
berembun banyak
+++ Kemasan 3
123 gram
+++
++++
sedikit berembun, tidak berbintik
+++ Kemasan seddikit 4
105 gram
+++
+++
embun, tidak menguning dan tidak berbintik
+++ 5
109 gram
+++
+++
Sedikit berembun
3
Kantong
dilubangi,
Penyimpanan
suhu
ruang
0
125 gram
+++
++++
1
123 gram
+++
++++
+
+ Masih bagus
+++ 2
121 gram
++
++++
Daun kuning berbintik
+++ Daun layu, 3
118 gram
+
+++
banyak warna kuning,dan banyak bintik
+++ 4
117 gram
+
++
Sedikit berair, layu, kuning dan ada bercak
+++ 5
105 gram
+
+
Berair, layu, an kekuningan
4
Kantong
dilubangi,
Penyimpanan dingin
suhu
0
111 gram
+++
++++
+
++ 1
109 gram
+++
++++
Kemasan berembun sedikit
++ Kemasan 2
96 gram
+++
+++
berembun sedikit dan sayur mulai layu
++ Layu, 3
94 gram
+++
+++
berlubang, berembun, dan berbintik
++ 4
93 gram
+++
+++
Tidak berembun dan ada bercak
++ 5
90 gram
+++
+++
Sedikit embun dan ada bercak
5
Tanpa
pengemas,
Penyimpanan
suhu
ruang Sayur masih 0
99 gram
+++
++++
segar dan bagus
1
76 gram
+++
+++
Mulai layu dan muncul bintik
Layu, 2
66 gram
++
++
menguning dan berbintik
Sangat layu, 3
58 gram
+
+
kuning, dan mulai membusuk
Sangat layu, 4
52 gram
+
+
berair, mulai membusuk
5
43 gram
+
+
Sangat layu dan membusuk
Keterangan :
mengalami
kebusukan
secara
Warna :
menyeluruh karena sayur sudah sangat
+
: Kurang
berair. Kemudian pada perlakuan kedua
++
: Cukup
atau dengan kemasan plastik yang tidak
+++
: Baik
dilubangi dan dalam penyimpanan suhu
++++
: Sangat baik
dingin dilihat dapat memperpanjang masa penyimpanan dari sayur sawi
Tekstur : +
: Kurang
tersebut. Karena sayur sawi masih
++
: Cukup
terlihat segar hingga di hari ke 5
+++
: Baik
pengamatan.
++++
: Sangat baik
perlakuan ketiga yaitu kemasan dengan
Selanjutnya,
untuk
Kenampakan kemasan :
lubang dan disimpan pada suhu ruang
+
: Sangat baik
mengalami
++
: Baik
perlakuan satu yaitu pada hari ke 2 telah
+++
: Cukup
muncul sedikit warna kuning pada daun
++++
: Kurang
dan sedikit berbintik. Pada hari – hari
hal yang sama dengan
selanjutnya sayur mengalami kelayuan Dari hasil beberapa perlakuan dan
dan tentu saja muncul adanya sedikit air
pengamatan tabel di atas, terlihat bahwa
pada bagian batang. Tetapi hingga hari
sawi dengan perlakuan pertama atau
ke 5 sayur tidak mengalami kebusukan
dengan kemasan plastik yang tidak
seperti pada perlakuan 1. Selanjutnya
dilubangi dan dilakukan penyimpanan
pada perlakuan empat yang diberikan
suhu ruang mengalami perubahan yang
perlakuan kemasan diberi lubang dan
membuat sawi tidak menjadi segar lagi,
disimpan
sehingga untuk penyimpanannya tidak
mempertahankan kesegarannya hingga
bisa jika terlalu lama. Perubahan terlihat
hari ke 1, karena pada hari ke 2 sayur
nyata pada hari ke 2, sawi mulai
sawi sudah menunjukkan bahwa adanya
mengalami sedikit kelayuan dan daun
kelayuan.
mulai sedikit berwarna kuning. Seiring
selanjutnya diikuti dengan perubahan
berjalannya
daun yang mulai berbintik dan ada
waktu
pada
perlakuan
pada
suhu
Kemudian
tetapi
pada
dingin
pada
hari
dapat
hari
pertama ini menyebabkan sawi menjadi
bercak,
terakhir
semakin layu dan bahkan pada hari ke 4
pengamatan sayur sawi masih dalam
mengalami keluarnya air pada batang,
kondisi yang sama dengan hari yang
sehingga di hari selanjutnya sayur sawi
sebelumnya. Perlakuan terakhir adaah
perlakuan sayur tanpa pengemas dan
adalah
disimpan pada suhu ruang. Sayur tanpa
berhubungan erat dengan kandungan air
pegemas dapat bertahan dalam 1 hari,
dan perubahan cadangan makanan yang
pada hari ke 2 dan seterusnya sayur
ada pada komoditas. Komoditas akan
mengalami kelayuan dan kebusukan.
keilangan air karena dipengaruhi oleh
Hal
suhu pada saat penyimpanan, atau oleh
tersebut
perlakuan
dikarenakan
dan
mengurangi
beberapa
pengemasan
konsentrasi
O2
dapat dan
penurunan
berat
biasanya
kelembaban yang ada di lingkungan sekitar.
Penyusutan
berat
meningkatkan konsentrasi CO2 sehingga
berlebihan...