Laporan Praktikum Kimia Unsur (Tembaga) PDF

Title Laporan Praktikum Kimia Unsur (Tembaga)
Author Ilyas Alfurqon
Pages 22
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 378
Total Views 542

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UNSUR PERCOBAAN 5 (TEMBAGA) DISUSUN OLEH : NAMA : MUHAMAD ILYAS ZAINUL FURQON NIM : K1A020033 KELAS :A ASISTEN : YUSVIRZA KHAIRULLAH G LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2021 TEMBAGA I. TUJUAN I...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UNSUR PERCOBAAN 5 (TEMBAGA)

DISUSUN OLEH : NAMA

: MUHAMAD ILYAS ZAINUL FURQON

NIM

: K1A020033

KELAS

:A

ASISTEN

: YUSVIRZA KHAIRULLAH G

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2021

TEMBAGA

I. TUJUAN I.1.Mengetahui sifat-sifat tembaga dan senyawanya.

II. LATAR BELAKANG Tembaga adalah logam yang ditemukan sebagai unsur atau berasosiasi dengan tembaga dan perak. Tembaga ini terdapat dalam jumlah yang relatif besar dan ditemukan selama pemisahan dari bijihnya pada elektrolisis dan pemurnian tembaga (Nuriadi, Mery, & Nurdin, 2013). Tembaga merupakan logam yang paling ringan dan paling reaktif. Tembaga adalah logam transisi berwarna kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi makhluk hidup (Kundari & Slamet, 2008).

III. TINJAUAN PUSTAKA Tembaga adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom 63,546, titik lebur 1083oC, titik didih 2310oC, jari-jari atom 1,173 Ao dan jari-jari ion 0,96 Ao. Tembaga adalah logam transisi golongan IB yang berwarna kemerahan, mudah tegang, dan mudah ditempa (Kundari & Slamet, 2008). Tembaga termasuk ke dalam golongan 11 dalam suatu sistem periodik unsur. Tembaga, perak, dan emas disebut sebagai koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan. Hal ini disebabkan karena logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama (Syukri, 1999). Tembaga mempunyai potensial electrodenya positif, maka tembaga tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekat dengan mudah melarutkan tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida (Cu2O) yang merah dan mengandung ion tembaga (I). Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air (Vogel, 1979).

1

2

Tembaga tidak melimpah namun terdistribusi secara luas sebagai logam, dalam sulfida, arsenida, klorida, dan karbonat. Mineral yang paling umum adalah CuFeS2. Tembaga diekstraksi dengan permanganan dan peleburan oksidatif, atau dengan pencucian dengan bantuan mikroba, yang diikuti oleh elektrodeposisi dari larutan sulfat. Tembaga digunakan dalam aliasi seperti kuningan dan bercampur sempurna dengan emas. Ia sangat lambat teroksidasi superfisial dalam uap udara, kadang-kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat (Cotton, 1989). Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Cu+ mengalami disporpodionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan berarti senyawa larutan Cu (I) tidak mungkin terbentuk. Bagaimana menilai keadaan Cu (I) dan Cu (II) terbentuk, yaitu membuat Cu+ cukup banyak pada larutan air, Cu2+ akan berada pada jumlah banyak. Disporpodionasi ini akan menjadi sempurna. Jika Cu+ dijaga sangat rendah maka Cu2+ akan sangat kecil (Petrucci, 1987). Tembaga merupakan salah satu logam yang terdapat cukup banyak dalam keadaan bebas (Achmad, 2001). Tembaga adalah salah satu logam yang dicampurkan dengan perak untuk menghasilkan logam campuran yang lebih keras dan lebih kuat dari perak murninya. Hasil dari industri kerajinan perak ini berupa perhiasan, aksesoris, dan tentu saja limbah cair yang banyak mengandung logam tembaga. Tembaga termasuk logam berat yang bersifat racun. Agar limbah cair ini tidak berbahaya jika dibuang ke perairan, maka limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu. Limbah ini juga langsung dibuang ke saluran peresapan, riol, tanah, atau ke lingkungan sekitar akan berpotensi mencepari air dan sungai (Andaka, 2008). Tembaga dalam jumlah kecil esensial bagi kehidupan, tetapi akan bersifat racun dalam jumlah besar, terutama bagi bakteri, alga, dan fungi. Senyawa tembaga yang digunakan sebagai pestisida adalah asetat basa, karbonat, klorida, hidroksida, dan sulfat. Secara komersil senyawa tembaga yang terpenting adalah CuSO4.5H2O. Selain dalam bidang pertanian, CuSO4 juga digunakan untuk baterai dan penyepuhan, pembuatan garam tembaga yang lain, perminyakan, keret, dan industri baja. Potensial pengionan pertama Cu lebih tinggi daripada golongan alkali. Karena elektron-elektron pada kulit d juga dilibatkan dalam ikatan logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga juga jauh lebih tinggi daripada alkali (Sugiyarto, 2003). Selain itu, tembaga merupakan salah satu logam esensial yang dibutuhkan manusia untuk metabolisme dalam hemoglobin dan dapat diekskresikan melalui rambut, keringat, darah menstruasi, feses serta urine akan tetapi proses tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga logam berat tersebut dapat terakumulasi di dalam jaringan tubuh terutama pada bagian hati dan ginjal (Rosahada, Budiyono, & Nikie, 2018).

IV. METODOLOGI PERCOBAAN IV.1.Alat Alat yang digunakan pada percobaan tembaga yaitu tabung reaksi, gelas piala, corong, pembakar spirtus, pipet volume, pipet tetes, dan penjepit tabung. IV.2.Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan tembaga yaitu tembaga, glukosa, CuO, CuCl2, HCl, H2SO4, NaOH, CuSO4, KI, larutan benedict, dan natrium tiosulfat. IV.3.Prosedur Kerja Langkah 1 1. Sekeping logam tembaga diambil dengan penjepit, kemudian dipanaskan di atas nyala pembakar spirtus, kemudian diamati nyala api yang terbentuk dari pemanasan tembaga. Langkah 2 1. Sebanyak 2 mL HNO3 encer dimasukkan ke dalam sebuah tabung reaksi. 2. Sekeping logam tembaga kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi HNO3 encer, kemudian dipanaskan diatas pembakar spirtus, diamati yang yang terjadi. Langkah 3 1. Sebanyak 2 mL larutan CuSO4 dimasukkan ke dalam masing-masing 3 buah tabung reaksi. 2. Kemudian pada tabung 1 ditambahkan 2 mL NaOH 0,1 M, tabung 2 ditambahkan 2 mL Amonia, dan tabung 3 ditambahkan HCl pekat, diamati yang terjadi pada ketiga larutan tersebut. Langkah 4 1. Secara kualitatif dimasukkan larutan benedict ke dalam 3 tabung reaksi. 2. Sebanyak 1 g glukosa ditambahkan ke dalam 3 tabung reaksi berisi larutan benedict, kemudian dihomogenkan dengan cara dikocok. 3. Kemudian ketiga tabung reaksi dipanaskan di atas pembakar spirtus, diamati perubahan warna yang terjadi. 4. Larutan kemudian didiamkan selama 10 menit. 5. Kemudian ke dalam tabung 1 ditambahkan HCl 0,1 M, ke dalam tabung 2 ditambahkan H2SO4 0,1 M, ke dalam tabung 3 ditambahkan HNO3 0,1 M, dihomogenkan, diamati yang terjadi.

3

4

Langkah 5 1. Sebanyak 0,1 g CuO dimasukkan masing-masing ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda. 2. Secara kualitatif ditambahkan HCl 0,1 M ke dalam tabung 1, secara kualitatif ditambahkan H2SO4 ke dalam tabung 2, secara kualitatif ditambahkan HNO3 ke dalam tabung 3. 3. Kemudian ketiga tabung dipanaskan di atas pembakar spirtus, diamati yang terjadi. Langkah 6 1. Sebanyak 0,5 g CuO dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 2. Kemudian ditambahkan dengan 5 mL HCl 1 M, dan ditambahkan 1 g serbuk Cu. 3. Larutan didihkan selama 5 menit. 4. Larutan yang telah didihkan kemudian disaring dan diambil filtratnya. 5. Filtrat kemudian dituang ke dalam 200 mL aquadest, diamati yang terjadi. Langkah 7 1. Sebanyak 3 mL CuSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 2. Secara kualitatif ditambahkan larutan KI, diamati yang terjadi. 3. Kemudian ditambahkan larutan Natrium tiosulfat, diamati kembali yang terjadi. Langkah 8 1. Senyawa CuCl2 anhidrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 2. Kemudian dipanaskan, diamati gas yang dihasilkan dan residunya. IV.4.Skema Kerja (Terlampir)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1.Data Pengamatan V.1.1.Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 1 – 3 Persamaan Reaksi

Pengamatan

Cu2+

Cu 3Cu + 8HNO3

Api berwarna kehijauan 3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O

Banyak munculnya gas atau gelembung

CuSO4 + 2NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4

Biru muda

CuSO4 + 2NH4OH → Cu(OH)2 + (NH4)2SO4 CuSO4 + 2HCl → CuCl2 + H2SO4

Biru tua Biru jernih

V.1.2.Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 4 Persamaan Reaksi

Pengamatan

2NaOH + K2C4H4O6 → Na2C4H4O6 + 2KOH

Orange/Kecoklatan

+ 2CuSO4 + 7C6H12O6 → Cu2O + 7C6H12O7 + 2S Cu2O + 2HCl → Cu2Cl2 + H2O

Coklat pekat

Cu2O + H2SO4 → Cu2SO4 + H2O

Coklat pekat

Cu2O + 2HNO3 → 2CuNO3 + H2O

Coklat pekat

V.1.3.Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 5 Sebelum Peanasan

Setelah Pemanasan

CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O

Hitam pekat

Hitam/kebiruan

CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O

Hitam pekat

Hitam/kebiruan

CuO + 2HNO3 → Cu(NO3)2 + H2O

Hitam pekat

Hitam pekat

Persamaan Reaksi

5

6

V.1.4.Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 6 Persamaan Reaksi CuO + HCl + Cu

Pengamatan

CuCl2 + H2O

Hitam

2CuCl

Hitam/kemerahan Filtrat berwarna biru muda

Filtrat + H2O → Cu2O + 2HCl

Aquadest menjadi agak keruh

V.1.5.Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 7 Persamaan Reaksi

Pengamatan

2CuSO4 + 4KI → 2CuI + I2 + 2K2SO4

Kuning pekat

+ 2Na2S2O3 → 2CuI + 2K2SO4 + Na2S4O6 + 2NaI

Kuning/keputihan

V.1.6.Tabel Hasil Pengamatan Percobaan 8 Persamaan Reaksi CuCl2

Cu2+ + 2Cl-

Pengamatan Munculnya gas atau gelembung dan Residunya berwarna coklat/kehijauan

V.1.7.Tabel Hasil Pengamatan Warna Senyawa-Senyawa Tembaga (I) Senyawa Tembaga (I)

Warna

Cu2O (endapan pada prcb 4b)

Orange/kecoklatan

CuCl (pada prcb 6)

Hitam/kemerahan

CuI (pada prcb 7)

Kuning pekat dan kuning/keputihan

7

V.2.Pembahasan Tembaga adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom 63,546, titik lebur 1083oC, titik didih 2310oC, jari-jari atom 1,173 Ao dan jari-jari ion 0,96 Ao. Tembaga adalah logam transisi golongan IB yang berwarna kemerahan, mudah tegang, dan mudah ditempa (Kundari & Slamet, 2008). Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida (Cu2O) yang merah dan mengandung ion tembaga (I). Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air (Vogel, 1979). Tembaga digunakan dalam aliasi seperti kuningan dan bercampur sempurna dengan emas. Ia sangat lambat teroksidasi superfisial dalam uap udara, kadang-kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat (Cotton, 1989). Percobaan pertama yaitu dilakukan dengan cara mengambil sekeping logam tembaga dengan penjepit, kemudian dipanaskan di atas nyala pembakar spirtus, kemudian diamati nyala api yang terbentuk dari pemanasan tembaga.

Gambar V.2.1 Logam Cu dipanaskan Reaksi yang terjadi pada percobaan pertama yaitu: Cu

Cu2+

Hasil dari percobaan pertama ini yaitu ketika logam Cu dibakar akan menghasilkan ion Cu2+ dan nyala apinya akan berwarna kehijauan, hal itu disebabkan karena panas nyala api dapat mengeksitasi tembaga dan ada elektron berlebih pada tembaga.

8

Percobaan kedua yaitu dilakukan dengan cara memasukkan 2 mL HNO3 encer ke dalam sebuah tabung reaksi. Kemudian sekeping logam tembaga dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi HNO3 encer, kemudian dipanaskan diatas pembakar spirtus, diamati yang yang terjadi.

Gambar V.2.2 Logam Cu + HNO3 encer dipanaskan Reaksi yang terjadi pada percobaan kedua yaitu: 3Cu + 8HNO3

3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O

Hasil dari percobaan kedua ini yaitu ketika larutan HNO3 encer ditambahkan dengan logam tembaga kemudian dipanaskan akan menghasilkan Cu(NO3)2 dan tabung reaksi yang dipanaskan akan menimbulkan gas atau gelembung. Fungsi dari pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi dan fungsi HNO3 encer yaitu sebagai oksidator. Percobaan ketiga yaitu dilakukan dengan cara memasukkan 2 mL larutan CuSO4 ke dalam masing-masing 3 buah tabung reaksi. Kemudian pada tabung 1 ditambahkan 2 mL NaOH 0,1, tabung 2 ditambahkan 2 mL Amonia, dan tabung 3 ditambahkan HCl pekat, diamati yang terjadi pada ketiga larutan tersebut.

Gambar V.2.3 Tabung 1 : CuSO4 + NaOH Tabung 2 : CuSO4 + Amonia Tabung 3 : CuSO4 + HCl pekat

9

Reaksi yang terjadi pada percobaan ketiga yaitu: Tabung 1 : CuSO4 + 2NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4 Tabung 2 : CuSO4 + 2NH4OH → Cu(OH)2 + (NH4)2SO4 Tabung 3 : CuSO4 + 2HCl → CuCl2 + H2SO4 Hasil dari percobaan ketiga ini yaitu untuk tabung 1 ketika CuSO4 ditambahkan dengan NaOH akan menghasilkan Cu(OH)2 dan Na2SO4 yang larutannya berwarna biru muda, untuk tabung 2 ketika CuSO4 ditambahkan dengan NH4OH akan menghasilkan Cu(OH)2 dan (NH4)2SO4 yang larutannya berwarna biru tua, dan yang terakhir untuk tabung 3 ketika CuSO4 ditambahkan dengan HCl akan menghasilkan CuCl2 dan H2SO4 yang larutannya berwarna biru jernih. Percobaan keempat yaitu dilakukan dengan cara memasukkan secara kualitatif larutan benedict ke dalam 3 tabung reaksi, sebanyak 1 g glukosa ditambahkan ke dalam 3 tabung reaksi berisi larutan benedict, kemudian dihomogenkan dengan cara dikocok. Setelah itu, ketiga tabung reaksi dipanaskan di atas pembakar spirtus, diamati perubahan warna yang terjadi. Larutan kemudian didiamkan selama 10 menit. Kemudian ke dalam tabung 1 ditambahkan HCl 0,1 M, ke dalam tabung 2 ditambahkan H2SO4 0,1 M, ke dalam tabung 3 ditambahkan HNO3 0,1 M, dihomogenkan, diamati yang terjadi.

Gambar V.2.4 Larutan benedict + glukosa setelah dipanaskan

Gambar V.2.5 Larutan benedict + glukosa setelah didiamkan selama 10 menit

10

Gambar V.2.6 Tabung 1 : Cu2O + HCl Tabung 2 : Cu2O + H2SO4 Tabung 3 : Cu2O + HNO3 Reaksi yang terjadi pada percobaan keempat yaitu: 2NaOH + K2C4H4O6 → Na2C4H4O6 + 2KOH + 2CuSO4 + 7C6H12O6 → Cu2O + 7C6H12O7 + 2S Tabung 1 : Cu2O + 2HCl → Cu2Cl2 + H2O Tabung 2 : Cu2O + H2SO4 → Cu2SO4 + H2O Tabung 3 : Cu2O + 2HNO3 → 2CuNO3 + H2O Hasil dari percobaan keempat ini yaitu ketika ketiga tabung yang berisi larutan benedict ditambahkan glukosa akan menghasilkan warna orange/kecoklatan, kemudian dipanaskan dan didiamkan selama 10 menit warnanya menjadi coklat, dan ketika tabung 1 ditambahkan dengan HCl, tabung 2 ditambahkan dengan H2SO4, tabung 3 ditambahkan dengan HNO3 maka warnanya berubah menjadi coklat semakin pekat. Percobaan kelima yaitu dilakukan dengan cara memasukkan 0,1 g CuO masing-masing ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda. Kemudian secara kualitatif ditambahkan HCl 0,1 M ke dalam tabung 1, secara kualitatif ditambahkan H2SO4 ke dalam tabung 2, secara kualitatif ditambahkan HNO3 ke dalam tabung 3. Setelah itu, ketiga tabung dipanaskan di atas pembakar spirtus, diamati yang terjadi.

11

Gambar V.2.7 Tabung 1 : CuO + 2HCl Tabung 2 : CuO + H2SO4 Tabung 3 : CuO + 2HNO3 Sebelum dipanaskan

Gambar V.2.8 Tabung 1 : CuO + 2HCl Tabung 2 : CuO + H2SO4 Tabung 3 : CuO + 2HNO3 Setelah dipanaskan

Reaksi yang terjadi pada percobaan kelima yaitu: Tabung 1 : CuO + 2HCl → CuCl2 + H2O Tabung 2 : CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O Tabung 3 : CuO + 2HNO3 → Cu(NO3)2 + H2O Hasil dari percobaan kelima ini yaitu untuk tabung 1 ketika CuO ditambahkan dengan HCl akan menghasilkan CuCl2 yang ketika sebelum pemanasan berwarna hitam pekat dan setelah pemanasan berwarna hitam/kebiruan. Kemudian untuk tabung 2 ketika CuO ditambahkan dengan H2SO4 akan menghasilkan CuSO4 yang ketika sebelum pemanasan berwarna hitam pekat dan setelah pemanasan berwarna hitam/kebiruan. Selanjutnya yang terakhir untuk tabung 3 ketika CuO ditambahkan dengan HNO3 akan menghasilkan Cu(NO3)2 yang ketika sebelum pemanasan berwarna hitam pekat dan setelah pemanasan warna nya sama yaitu hitam pekat. Percobaan keenam yaitu dilakukan dengan cara memasukkan 0,5 g CuO ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan 5 mL HCl 1 M, dan ditambahkan 1 g serbuk Cu. Larutan didihkan selama 5 menit. Larutan yang telah didihkan kemudian disaring dan diambil filtratnya. Filtrat kemudian dituang ke dalam 200 mL aquadest, diamati yang terjadi.

12

Gambar V.2.9 CuO + HCl

Gambar V.2.10 CuO + HCl + serbuk Cu

Gambar V.2.11 Filtratnya

Gambar V.2.12 Filtart + H2O

Reaksi yang terjadi pada percobaan keenam yaitu: CuO + HCl + Cu

CuCl2 + H2O 2CuCl

Filtrat + H2O → Cu2O + 2HCl Hasil dari percobaan keenam yaitu ketika CuO ditambahkan dengan HCl akan menghasilkan CuCl2 yang berwarna hitam, dan ketika ditambahkan lagi dengan Cu akan menghasilkan CuCl yang berwarna hitam/kemerahan. Kemudian larutannya disaring dan akan menghasilkan filtrat yang berwarna biru muda. Setelah itu filtratnya dituang ke dalam 200 mL aquadest dan akan menghasilkan aquadest yang agak keruh. Percobaan ketujuh yaitu dilakukan dengan cara memasukkan 3 mL CuSO4 ke dalam tabung reaksi. Kemudian secara kualitatif ditambahkan larutan KI, diamati yang terjadi. setelah itu, ditambahkan larutan Natrium tiosulfat, diamati kembali yang terjadi.

13

Gambar V.2.13 Larutan CuSO4 + KI

Gambar V.2.14 Larutan CuSO4 + KI + Na2S2O3

Reaksi yang terjadi pada percobaan ketujuh yaitu: 2CuSO4 + 4KI → 2CuI + I2 + 2K2SO4 + 2Na2S2O3 → 2CuI + 2K2SO4 + Na2S4O6 + 2NaI Hasil dari percobaan ketujuh yaitu ketika CuSO4 ditambahkan larutan KI akan menghasilkan CuI, I2, dan K2SO4 yang berwarna kuning pekat. Kemudian ketika ditambahkan lagi dengan Na2S2O3 akan menghasilkan CuI, K2SO4, Na2S4O6, dan NaI yang berwarna kuning/keputihan. Percobaan kedelapan yaitu dilakukan dengan cara memasukkan senyawa CuCl2 anhidrat ke dalam tabung reaksi. Kemudian dipanaskan, diamati gas yang dihasilkan dan residunya.

Gambar V.2.15 Senyawa CuCl2 anhidrat dipanaskan Reaksi yang terjadi pada percobaan kedelapan yaitu: CuCl2

Cu2+ + 2Cl-

Hasil dari percobaan kedelapan yaitu ketika CuCl2 dipanaskan akan menghasilkan ion Cu2+ dan ion Cl-, maka akan muncul gas atau gelembung dan terdapat residu berwarna coklat/kehijauan pada tabung reaksinya.

VI. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tembaga adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom 63,546, titik lebur 1083oC, titik didih 2310oC, jari-jari atom 1,173 Ao dan jari-jari ion 0,96 Ao. Tembaga adalah logam transisi golongan IB yang berwarna kemerahan, mudah tegang, dan mudah ditempa. Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan paling aktif. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari tembaga (I) oksida (Cu2O) yang merah dan mengandung ion tembaga (I). Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air. Tembaga digunakan dalam aliasi seperti kuningan dan bercampur sempurna dengan emas. Ia sangat lambat teroksidasi superfisial dalam uap udara, kadang-kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso sulfat.

14

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. (2001). Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Andaka, G. (2008). Penurunan Kadar Tembaga pada Limbah Cair Industri Kerajinan Perak dengan Presipitasi Menggunakan Natrium Hidroksida. Jurnal Teknologi. Cotton, F. A. (1989). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press. Kundari, N. A., & Slamet, W. (2008). Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga dalam Limbah Pencuci dengan Zeolit. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta. Nuriadi, Mery, & Nurdin. (2...


Similar Free PDFs