LAPORAN SEMINAR KEPERAWATAN JIWA DENGAN KASUS HALUSINASI DI RSJ HB SAANIN PADANG20191128 10332 s8jwpb PDF

Title LAPORAN SEMINAR KEPERAWATAN JIWA DENGAN KASUS HALUSINASI DI RSJ HB SAANIN PADANG20191128 10332 s8jwpb
Author Asmaul Khusna
Pages 45
File Size 214.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 545
Total Views 619

Summary

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, kelemahan , tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik,mental dan social yang memungkinkan untuk hidup produktif. Manusia adalah mahluk social yang membutuhkan oran...


Description

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, kelemahan , tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik,mental dan social yang memungkinkan untuk hidup produktif. Manusia adalah mahluk social yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya,untuk

memenuhi

kebutuhan

tersebut

individu

dituntut

untuk

lebih

meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi dan tingkat social di masyarakat lebih tinggi, kemudian ini merupakan dambaan setiap manusia. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini dapat berubah suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang di alamatkan pada pasien. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau berbicara dengan suara halusinasi itu. Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Dalam penyusunan makalah seminar ini adalah perolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Persepsi sensori : halusinasi

2. Tujuan khusus 1

Tujuan khusus makalah ini maka mahasiswa mampu a. Melakukan pengkajian pada klien Ny. Y b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien Ny. Y c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Ny. Y e. Melakukan evaluasi pada klien Ny. Y f. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR HALUSINASI 1.

DEFINISI Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana

tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasipendengaran (auditory-hearing voices or sounds), penglihatan (visual-seeing persons or things), penciuman (olfactory–smelling odors), pengecapan (gustatory-experiencing tastes), (Yosep I., 2011). Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu. Klien mersakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012). Menurut Carpenito (2006), perubahan persepsi sensori; halusinasi merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang datang. 2.

KLASIFIKASI Jenis Halusinasi

Karakteristik Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas

Pendengaran

berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan. Stimulus

Penglihatan

visual

dalam

bentuk

kilatan

cahaya,

gambar

geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat 3

monster. Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu

Penghidu

sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia. Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

Pengecapan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang

Perabaan

lain. Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,

Cenesthetic

pencernaan makan atau pembentukan urine. Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

Kinisthetic

3.

ETIOLOGI a. Predisposisi 1) Faktor perkembangan Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress. 2) Faktor sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingungannya. 3) Faktor biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang

dapat

bersifat

halusinogenik

neurokimia

seperti

buffofenon

dan

dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkab teraktivasinya neurotransmitter otak, misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.

4

4) Faktor psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalagunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal. 5) Faktor genetik dan pola asuh Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi ini menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. b. Presipitasi 1) Perilaku Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 membagi halusinasi menjadi lima dimensi yaitu : 2) Dimensi fisik Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu lama. 3) Dimensi emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut. 4) Dimensi intelektual Dalam dimensi ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien. 5) Dimensi sosial 5

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comfort-ing, klien

menganggap

bahwa

hidup

bersosialisasi di

alam

nyata

sangat

membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol olah individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain cenderung untuk itu. Sehingga penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengupayakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya. 6) Dimensi spiritual Halusinasi klien dimulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spritual untuk menyucikan diri. Irama srikandiannya terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa hampa dan tidak ada tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir tetapi tidak berusaha, menyalakan orang lain dan lingkungan yang menyebabkan takdirnya memburuk.

4.

TANDA DAN GEJALA Jenis Halusinasi

Data Objektif

Data Subjektif

Halusinasi

-

Bicara atau tertawa sendiri

-

dengar

-

Marah-marah tanpa sebab

-

Menyedengkan

telinga

suara-suara

tau

kegaduhan -

kearah tertentu -

Mendengar

Mendengar suara-suara yang bercakap-cakap

Menutup telinga

-

Mendengar suara menyuruh melakukan

sesuatu

yang

berbahaya Halusinasi

-

Menunjuk kearah tertentu

Pengelihatan

-

Ketakutan

paa

-

sesuatu

Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk

yang tidak jelas

kartoon, melihat hantu atau monster.

Halusinasi

-

Menghidu

seperti 6

-

Membau-bauan seperti

bau

penghidu

menghidu

bau-bauan

darah, urin atau feses

tertentu -

Menutup hidung

Halusinasi

-

Sering meludah

pengecapan

-

Muntah

Halusinasi

-

Menggaruk-garuk

perabaan

-

Merasakan

sesuatu

seperti

darah, urin atau feses -

permukaan kulit

Merasakan ada sesuatu yang melengket

dikulit,

seperti

disengat listrik.

5.

RENTANG RESPON KONSEP DIRI Respon Adaptif

1. Pikiran logis 2. Persepsi akurat 3. Emosi konsisten dengan pengalaman 4. Perilaku sesuai

Respon Maladaptif

1. Kadang proses pikir terganggu 2. Ilusi 3. Emosi berlebihan/kurang 4. Prilaku tidak biasa 5. Menarik diri

5. Hubungan sosial harmonis

6.

1. Gangguan proses pikir 2. Halusinasi 3. Kerusakan proses 4. Prilaku tidak terorganisir 5. Isolasi sosial

PROSES TERJADINYA HALUSINASI Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 yaitu : Tahap Pertama Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkandengan tingkat ansietas sedang, cara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karekteristik yang tampak pada indivisu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.

7

Tahap kedua : Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampakpada individu yaitu individu merasa kehilangan kendali da mungkin berusaha untuk menjauhkandirinya dari sumber yang dipersiapkan , individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain. Tahap ketiga : Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat, pengalaman sensori yangdirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasinyatersebut menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir. Tahap keempat : Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat asietas panik, adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik. 7.

MEKANISME KOPING Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalahsecara langusng dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain(sublimasi), mengamuk (displancement), mengalihkan kegiatan yang bermamfaat (konversi), memberikan alsan yang logis (rasionalisme), mundur ketahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan keobjek lain, mematrahi tanaman atau binatang (proyeksi).

8

8.

PENATALAKSANAAN a. Medis Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan

sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu: a.

Psikofarmakologi

Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu: 1) Golongan generasi pertama (typical) Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chlorpromazine, Rsperidone, Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace). 2) Golongan kedua (atypical) Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril). b.

Psikotherapi Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien

dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK). c.

Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan

melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)

9

9.

PRINSIP KEPERAWATAN a. Validasi halusinasi klien dan tidak memfasilitasi halusinasi klien b. Adakan kontak sering tapi singkat c. Terima halusinasi dan ungkapkan realita perawat d. Bantu klien mengontrol halusinasi.

ASKEP TEORITIS A. Pengkajian Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 ) Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah : 1.

Identitas klien Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, , topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat Nama, Tempat tanggal lahir, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, Status kawin dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.

2.

Alasan masuk Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini.

3.

Faktor predisposisi Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan criminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.

10

4.

Pemeriksaan fisik Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.

5.

Psikososial a.

Genogram Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh

b.

Konsep diri

c.

Gambaran diri Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai.

d.

Identitas diri Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya.

e.

Fungsi peran Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.

f.

Ideal diri Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.

g.

Harga diri Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan, identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap pandangan / penghargaan orang lain.

h.

Hubungan sosial Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam 11

masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. i.

Spiritual Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan.

j.

Status mental 1.

Penampilan Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti

biasanya,

kemampuan

klien

dalam

berpakaian,

dampak

ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis klien. 2.

Pembicaraan Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.

3.

Aktivitas motorik a.

Lesu, tegang, gelisah.

b. Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan c.

Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol

d. Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien e. Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari f. 4.

5.

Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang

Alam perasaan a.

Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan

b.

Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas

c.

Khawatir : objeknya belum jelas

Afek a.

Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan. 12

6.

b.

Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat

c.

Labil : emosi klien cepat berubah-ubah

d.

Tidak sesuai : emosi be...


Similar Free PDFs