LAPRAK PJ ACARA VI PENGENALAN , MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA PDF

Title LAPRAK PJ ACARA VI PENGENALAN , MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA
Author Kusuma Dewi
Pages 17
File Size 294.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 8
Total Views 76

Summary

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH ACARA VI PENGENALAN , MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA Dosen Pengampu : Purwanto, S.Pd, M.Si Disusun Oleh: Nama : Kusuma Dewi NIM : 170721636583 Offering/Angkatan : K/2017 Tanggal Praktikum : 27 November 2...


Description

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH

ACARA VI PENGENALAN , MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA

Dosen Pengampu : Purwanto, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh: Nama

: Kusuma Dewi

NIM

: 170721636583

Offering/Angkatan

: K/2017

Tanggal Praktikum

: 27 November 2018

Assisten Praktikum

: Hetty Rahmawati Sucahyo

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKUTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI PROGRAM STUDI ILMU GEOGRAFI 2018

ACARA V PENGENALAN , MOSAIK, DAN INTERPRETASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN TEKNIK INTERPRETASI FOTO UDARA

I. TUJUAN 1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi informasi tepi foto udara. 2. Mahasiswa mampu mendefinisikn fungsi setiap informasi tepi foto udara. 3. Mahasiswa mampu melakukan mozaik foto udara secara manual. 4. Mahasiswa mampu menentukan daerah yang overlap maupun sidelap pada foto udara. 5. Mahasiswa dapat mengidentifikasi penggunaan lahan pada citra foto berdasarkan unsur-unsur interpretasi. 6. Mahasiswa dapat membuat peta tentatif penggunaan lahan dengan menggunakan foto udara sebagai sumbernya.

II. ALAT dan BAHAN 1. Foto udara pankromatik hitam putih/ berwarna 2. Plastik transparan 3. Alat tulis 4. OHP marker 7. Penggaris 8. Selotip

III. DASAR TEORI Penginderaan jauh merupakan aktivitas penyadapan informasi tentang objek atau gejala di permukaan bumi (atau permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung, yang mana dilakukan dengan bantuan sebuah alat. Karena tanpa kontak langsung, maka diperlukan media supaya objek atau gejala tersebut dapat diidentifikasi, dianalisis oleh si penafsir. Media ini berupa citra (image atau gambar). Citra ini diperoleh dari sebuah alat yaitu sensor. Citra adalah gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau elektronik. Pada umumnya

digunakan bila radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan dari suatu obyek tidak langsung direkam pada film. Citra dihasilkan dari sensor yang dipasang pada wahana. Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala (fenomena) dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1979). Sedang menurut Lindgreen, Penginderaan jauh ialah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.

Sistem Foto Udara Foto udara diperoleh melalui pemotretan menggunakan sensor kamera yang dipasang pada wahana terbang, seperti pesawat terbang, helikopter, dan sebagainya. Pada saat wahana yang digunakan beroperasi, pemotretan dilakukan. Pemotretan tersebut seperti layaknya burung yang terbang dan melihat kenampakan permukaan Bumi secara tiga dimensional. Foto udara, tidak ubahnya seperti foto biasa. Citra foto/foto udara merupakan produk penginderaan jauh yang menggunakan sensor kamera dengan detektor film dengan sistem perekaman serentak. Citra foto merupakan termasuk dalam penginderaan jauh sistem pasif, yang sistem kerjanya tergantung dari tenaga alami yaitu matahari. Karakteristik citra foto dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

Gambar 1. Elemen foto udara

Dari gambar 1 tersebut, foto udara terdiri dari beberapa elemen informasi tepi yang meliputi Jam terbang, altimeter (ketinggian terbang terhadap mean sea levels), Niveau/level (indikator kedataran pesawat saat pemotretan ), panjang fokus, dan tanda tepi (tanda pada tengah-tengah sisi atau pojok foto untuk penentuan titik utama foto). Perkembangan teknologi saat ini telah banyak berkembang dengan kemajuan teknologi kamera, perekaman yang pada awalnya menggunakan detektor film sudah mulai ditinggalkan dengan sistem foto udara digital. Perkembangan teknologi ini juga membawa implikasi berkembangnya jasa-jasa pembuatan foto udara dari ukuran small format (format kecil) sampai ukuran large format (format besar) yaitu 23cm x 23 cm. Macam foto udara berdasarkan spektrum elektromagnetik: a) Foto Ultraviolet Panjang gelombang yang digunakan 0,3–0,4 mm. Sangat baik digunakan untuk mendeteksi pencemaran air oleh minyak, eksplorasi bahan bakar minyak, hal ini karena perbedaan terbesar pantulan air dan minyak ada pada panjang gelombang ini. b) Foto Pankromatik Hitam Putih Panjang gelombang yang digunakan 0,4–0,7 mm. Wujud objek pada foto ini tampak seperti wujud aslinya. Perbedaan vegetasi sulit ditangkap dari foto jenis ini karena perbedaan nilai pantulan kecil.

c) Foto Pankromatik Berwarna Sifat-sifat foto ini hampir sama dengan foto pankromatik hitam putih. Tetapi pengenalan objek pada foto ini lebih mudah karena warna serupa dengan warna asli objek yang direkam. Proses pembentukan warna pada foto udara ini melalui proses aditif maupun substraktif. Proses aditif dilakukan dengan memadukan warna aditif primer, yaitu warna biru, hijau, dan merah. Seperti proses pembentukan warna pada televisi warna. Berbeda dengan aditif, proses substraktif dilakukan dengan memadukan warna kuning, cyan, dan magenta. d) Foto Inframerah Hitam Putih Panjang gelombang yang digunakan 0,7–0,9 mm. Pantulan vegetasi bersifat unik karena berasal dari bagian dalam vegetasi. Sehingga baik untuk membedakan jenis vegetasi sehat dan tidak sehat. e) Foto Inframerah Berwarna Mempunyai karakteristik yang sama dengan foto inframerah hitam putih. Tetapi pada foto ini lebih mudah membedakan vegetasi dengan objek lain, karena vegetasi tampak dengan warna merah. f) Foto Multispektral Foto jamak yang menggambarkan suatu daerah dengan menggunakan panjang gelombang yang berbeda. Umumnya digunakan empat saluran, yaitu: biru, hijau, merah, dan inframerah dekat, dengan panjang gelombang 0,4–0,5 mm, 0,5–0,6 mm, 0,6–0,7 mm, 0,6–0,7 mm, dan 0,7– 0,9 mm. Pada foto ini objek lebih mudah dibedakan satu sama lain pada saluran/pita sempit sehingga pengenalannya lebih mudah. Perbedaan citra dengan foto udara, antara lain terletak pada sensor yang digunakan. Citra menggunakan sensor berupa scanner (penyiam), sedangkan foto udara menggunakan kamera. Citra adalah gambaran rekaman suatu objek atau biasanya berupa gambaran objek pada foto. Terdapat beberapa alasan yang melandasi peningkatan penggunaan citra penginderaan jauh, yaitu sebagai berikut: •

Citra menggambarkan objek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan wujud dan letaknya yang mirip dengan di permukaan bumi.



Citra menggambarkan objek, daerah, dan gejala yang relatif lengkap, meliputi daerah yang luas dan permanen.



Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi apabila pengamatannya dilakukan dengan stereoskop.



Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial.

Mozaik Foto Udara Mozaik foto adalah serangkaian foto daerah tertentu yang disusun menjadi satu lembar foto. Ini dimaksudkan untuk menggambarkan daerah penelitian secara utuh. Penyusunannya dilakukan dengan memotong bagian yang bertampalan dan menyambungnya dengan melekatkannya pada lembaran lainnya. Mozaik foto udara merupakan gabungan dari dua atau lebih foto udara yang

saling

bertampalan

sehingga

terbentuk

paduan

gambar

yang

berkesinambungan dan menampilkan daerah yang lebih luas (Wolf, 1983). Penggabungan dilakukan dengan memotong dan menyambungkan bagian-bagian foto yang overlap atau sidelap. Mozaik udara umumnya dirakit dari foto udara vertical, namun kadang-kadang juga dirakit dari foto miring atau foto terestris. Jika dibuat dengan baik, akan memperlihatkan penampilan seperti suatu foto tunggal yang sangat besar. Foto udara merupakan salah satu citra foto yang umumnya diambil menggunakan wahana pesawat terbang. Bentuk wahana lain yang dapat digunakan sebagai bahan foto udara adalah balon udara, pesawat ulang-alik, satelit, paralayang dan berbagai wahana lainnya. Dalam teknis perekaman foto udara telah dipertimbangkan beberapa hal yaitu: a. Bentuk wilayah, bentuk wilayah ini akan menentukan biaya pemotretan. Semakin luas suatu wilayah jelas biaya yang dikeluarkan akan semakin mahal, karena biaya untuk operasional juga semakin besar. b. Jalur terbang, dalam pengambilan jalur terbang biasanya diambil jarak yang terpanjang untuk melakukan perekaman, hal ini untuk memperoleh kestabilan pesawat disaat pemotretan.

c. Area yang bertampalan /overlap dan Sidelap, Overlap merupakan daerah yang bertampalan antara foto satu dengan foto yang laindnya sesuai dengan nomor urutan jalur terbang. Besarnya tampalan antar foto tersebut umumnya sebesar 60%. Misalnya foto X1 memiliki informasi yang sama dengan foto X2 sebesar 60%. Tujuan dari tampalan ini adalah untuk menghindari daerah yang kosong disaat perekaman dikarenakan wahana pesawat terbang melaju dengan kecepatan yang tinggi. Selain overlay foto udara juga harus sidelap. Sidelap merupakan pertampalan antara foto udara satu dengan foto udara lain yang ada diatas maupun dibawah area yang direkam. Sidelap ini terjadi pada jalur terbang yang berbeda jadi suatu wilayah pada jalur terbang 1 yang telah direkam akan direkam kembali sebesar 25% dari liputan jalur terbang 2. Berikut ini gambaran dari proses Overlap dan Sidelap. Tujuan dibuatnya sidelap ini adalah untuk menghindari kekosongan foto antara jalur terbang. Selain tujuan tersebut dibuatnya foto overlap dan sidelap adalah untuk memperoleh kenampakan 3 dimensi ketika dilihat melalui sterioskop cermin.

Gambar 2. Contoh hasil overlap dan sitelap pada kegiatan pemotretan udara

Gambar 3. Gap akibat perubahan topografi ketika menggunakan tampalan kecil d. Gangguan perekaman, gangguan ini dapat berupa Drift dan Crab. Drif adalah perpindahan atau pergeseran lateral pesawat udara dari garis terbang yang direncanakan, yang disebabkan oleh gerakan angina, kesalahan navigasi atau penyebab-penyabab yang lain. Hasilnya dapat berupa suatu celah (gab) sebagaimana gambar 2 diantara foto udara yang berdekatan. Crab merupakan keadaan yang disebabkan kegagalan mengorientasikan kamera sehubungan dengan garis terbang yang direncanakan. Pada fotografi udara vertical hal tersebut ditunjukkan oleh tipe-tipe foto yang tidak sejajar dengan garis basis (lintas terbang antara pusat-pusat foto). Karena alasan ini lokasi garis terbang yang sebenarnya dan pusat foto mungkin sedikit berbeda daripada lokasi yang direncanakan.

Interpretasi Foto Udara Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek. Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek. Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan. Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar. Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara. Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual atau manual dan pendekatan digital. Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi. Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek

– objek yang tampak pada foto udara. Kunci interpetasi citra dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan interpretasi citra. Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu : a) Bentuk Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek pada citra foto. b) Ukuran Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat. c) Pola Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya. d) Rona Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto. Ini berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek. e) Bayangan Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi. f) Tekstur Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak. g) Lokasi

Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam identifikasi. Kunci interpretasi citra pada umunya dapat berupa potongan citra yang telah diinterpretasi, diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan sebelumnya. Keterangan pada kunci interpretasi ini dapat berupa : •

Jenis obyek yang digambarkan



Unsur interpretasi yang digunakan



Keterangan tentang citra meliputi jenis, skala, waktu pemotretan dan lokasi daerahnya

Land Use Landuse (penggunaan lahan) dan landcover (penutupan lahan) sering digunakan secara bersama-sama. Kedua terminologi tersebut berbeda. Mengutip tulisan Mas Hartanto “Lillesand dan Kiefer pada tulisan mereka tahun 1979 kurang lebih berkata: penutupan lahan berkaitan dengan jesis kenampakan yang ada di permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada obyek tersebut. Townshend dan Justice pada tahun 1981 juga punya pendapat mengenai penutupan lahan, yaitu penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik (visual) dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Sedangkan Barret dan Curtis, tahun 1982, mengatakan bahwa permukaan bumi sebagian terdiri dari kenampakan alamiah (penutupan lahan) seperti vegetasi, salju, dan lain sebagainya. Dan sebagian lagi berupa kenampakan hasil aktivitas manusia (penggunaan lahan)“ Dari kutipan tersebut di atas tersirat bahwa Penggunaan Lahan adalah bagaimana suatu lahan tersebut dikelaskan berdasarkan aktifitas manusia, sedangkan Penutupan Lahan adalah properti alamiah dari lahan tersebut. Beberapa hal kiranya dapat ditarik dari dua terminologi penggunaan dan penutupan lahan tersebut sebagai berikut. a. Penutupan lahan bisa berbeda dengan penggunaan lahan. suatu lahan tanpa vegetasi dengan kondisi tanah terkupas tanpa vegetasi ataupun tumbuhan bawah akan diklasifikan sebagai tanah terbuka (baresoil) dalam penutupan lahan, tetapi dalam penggunaan lahan bisa jadi lahan tersebut masuk ke

dalam kelas perkebunan karena memang adalah lahan yang sedang disiapkan untuk penanaman. b. Penutupan lahan bisa sama dengan penggunaan lahan. banyak kelas-kelas dalam penutupan lahan sama dengan penggunaan lahan sepanjang penutupan dan penggunaannya sejalan. misalkan suatu lahan perkebunan karet (yg sedang ditumbuhi pohon2 karet) bisa dikelaskan ke dalam penutupan lahan perkebunan dan penggunaan lahan juga perkebunan

IV. LANGKAH KERJA 1. Identifikasi Informasi Tepi Foto Udara a. Mengamati foto udara hitam putih (pankromatik) atau berwarna yang telah disediakan. b. Mengdentifikasi setiap informasi tepi foto udara tersebut. c. Selanjutnya membuat tabel hasil identifikasi. 2. Mosaik Foto Udara a. Mengambil paket foto udara hitam putih dan berwarna b. Mengurutkan foto udara tersebut sesuai dengan nomor dan jalur terbang c. Melakukan pencatatan nomor foto yang telah berurutan d. Mengambil satu pasang foto udara yang berurutan e. Mengamati dan selanjutnya dilakukan proses pembatasan daerah yang overlap melalui sterioskop cermin f. Selanjutnya dilakukan proses deliniasi objek yang tampak pada foto tersebut dengan spidol transparan

3. Interpretasi Foto Udara a. Menyiapkan sepasang foto udara skala besar. Pilih pasangan foto tersebut berurutan pemotretannya (tampalan lebih dari 55-60%). b. Menyiapkan plastik (tranparansi sebagai media untuk interprestasi atau deleniasi) c. Melakukan interprestasi penggunaan lahan pada daerah foto yang bertampalan.

d. Menggunakan OHP marker yang berbeda (misal, biru untuk jalan, merah untuk penutup lahan dll)

V. HASIL PRAKTIKUM 1. Peta penggunaan lahan tentatif daerah kajian (hasil delineasi) -terlampir 2. Tabel hasil interpretasi dan tabel informasi tepi foto udara -terlampir 3. Nomor urutan foto berdasarkan jalur terbang -terlampir 4. Perhitungan dan gambar daerah overlap -terlampir 5. Hasil proses deliniasi berdasarkan interpretasi foto udara- terlampir

VI. PEMBAHASAN Dalam praktikum ini dilakukan interpretasi yang dilakukan pada Foto udara pankromatik berwarna di Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Dengan nomor foto udara 0225, dengan nilai altimeter 0,5, panjang fokus 44 mm. Daerah ini memiliki h (ketinggian tempat) yaitu 13 mdpl. Pada praktikum kali ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan untuk menganisis

dan

menginterpretasikan

foto

udara,

yang

pertama

adalah

mengidentifikasi informasi tepi, menghitung mozaik dan pertampalan, deliniasi foto udara dan interpretasi foto udara. Simbol yang ada di tepi foto udara merupakan Informasi yang sangat penting untuk diketahui agar pembaca dapat mempermudah dalam menginterpretasi foto udara. Apabila tidak tersedia salah satu informasi yang tercantum pada tepi foto udara, mengakibatkan pembaca tidak dapat mengenali asal muasal foto udara tersebut. Informasi yang didapatkan dari informasi tepi tersebut dapat menjadi acuan pembaca untuk menganalisis dan melakukan interpretasi terhadap wilayah-wilayah yang dikaji. Informasi-informasi dari tepi foto udara tersebut sesuai dengan deskripsi pada kajian pustaka yang telah di deskripsikan diatas. Kemudian setelah dilakukan analisis informasi tepi dilanjutkan dengan proses perhitungan skala. Metode perhitungan skala dilakukan dengan menggunakan rumus S = F / (H-h). Dan setelah dilakukan perhitungan maka dapat diketahui bahwa foto udara menggunakan skala 1 : 3170. Dengan rincian perhitungan sebagai berikut, nilai F (panjang fokus) yaitu 44 mm, H (tinggi terbang) yaitu 15.250 cm, d...


Similar Free PDFs