LATIHAN MENTAL DALAM OLAHRAGA PDF

Title LATIHAN MENTAL DALAM OLAHRAGA
Author Rifqi Festiawan
Pages 60
File Size 579.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 325
Total Views 841

Summary

LATIHAN MENTAL DALAM OLAHRAGA RIFQI FESTIAWAN, S.Pd, M.Pd PENDIDIKAN JASMANI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia olahraga seorang pelatih tidak pernah lupa untuk mengajarkan teknik, taktik, dan strategi dalam pemusatan latihan baik level daerah maupun internasional. Seorang pelat...


Description

LATIHAN

MENTAL

DALAM OLAHRAGA

RIFQI FESTIAWAN, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia olahraga seorang pelatih tidak pernah lupa untuk mengajarkan teknik, taktik, dan strategi dalam pemusatan latihan baik level daerah maupun internasional. Seorang pelatih yang dikatakan baik apabila atletnya meraih prestasi yang tinggi. Setiap sesi latihan, atlet selalu dilatih teknik dan strategi pada saat persiapan pertandingan. Tetapi pelatih lupa akan satu konsep latihan yang sangat penting dalam pemusatan latihan. Konsep latihan yang sering tidak diterapkan adalah latihan mental. Latihan mental merupakan dasar seorang atlet untuk meraih prestasi. Seperti dalam pertandingan sepakbola, sebuah team yang unggul di babak pertama akan puas terhadap hasil itu. Tetapi pemain lupa bahwa keunggulan skor dapat berubah di babak kedua. Sering penonton lihat, team sepak bola baik dalam negeri maupun luar negeri mengalami kekalahan setelah di babak pertama team tersebut unggul tetapi di babak kedua team tersebut kalah. Hal ini seharusnya pelatih lebih memahami mengapa teamnya bisa mengalami kekalahan di babak kedua. Terkadang pelatih lupa akan mental atletnya yang merasa puas dengan hasil di babak pertama. Berbeda halnya team yang mengalami kekalahan di babak pertama akan berusaha mengembalikan skor di babak kedua. Berdasarkan gambaran keadaan pada saat pertandingan di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa mental atlet merupakan dasar yang harus dilatih dalam pemusatan latihan. Atlet/team yang selalu puas di babak pertama akan mengalami kekalahan di babak kedua berbeda halnya atlet/team yang mengalami kekalahan di babak pertama menjadi motivasinya untuk menang di babak kedua. Hal ini sebaiknya seorang pelatih harus mengetahui bagaimana melatih atletnya agar tetap konsisten dalam pertandingan. Suasana latihan berbeda dengan suasana pertandingan, ini yang harus ditekankan seorang pelatih kepada atletnya. Suasana gemuruh di stadion bisa menjadi faktor kekalahan

1

seorang atlet yang memiliki mental yang lemah berbeda halnya atlet yang memiliki mental yang kuat akan menjadi motivasi atlet tersebut untuk menang.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah tentang “bagaimana model-model latihan mental dalam pemusatan latihan”.

C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui model-model latihan mental.

2

BAB II KAJIAN TEORI

A. Latihan Mental a. Definisi Latihan Mental Secara luas, pengertian mental mencakup pikiran, pandangan, image dan sebagainya yang pada intinya adalah pemberdayaan fungsi berpikir sebagai pengendali tindakan dan respons tubuh (Nasution, 2010). Koruc (2004) menyatakan bahwa mental merupakan sebuah kecakapan. Oleh karena itu, mental dapat dilatih dan dikembangkan. Istilah yang sering digunakan adalah mental skills atau psychological skill yang diterjemahkan sebagai kecakapan atau keterampilan mental. Menurut Gunarsa, Soekasah, dan Satiadarma (1996), latihan mental didefinisikan sebagai : “a systematic, regular and longterm training to detect and develop resources and to learn to control performance, behavior, emotions, moods, attitudes, strategies and bodily processes”. Tujuan latihan mental adalah agar atlet dapat mengontrol pikiran, emosi, dan perilakunya dengan lebih baik selama ia menampilkan performa olahraganya. Lebih lanjut para ahli menyatakan bahwa latihan mental bertujuan agar atlet memiliki ketahanan mental, yaitu pendirian yang tak tergoyahkan untuk mencapai tujuan meskipun berada di bawah tekanan (Loehr, 1982). Latihan mental juga membuat atlet memiliki strategi dan orientasi yang mengarahkannya agar memiliki ketahanan mental (Middleton, Marsh, Martin, Richards, dan Perry, 2001). Dengan demikian atlet dapat tampil prima dalam setiap pertandingan dan dapat mencapai prestasi yang lebih baik dari sebelumnya. Menurut Goldsmith (2011), kompetisi renang bukan sekedar cepat, melainkan bagaimana mempertahankan kemampuan fisik dan teknik dalam keadaan tertekan, sakit, dan lelah. Dalam kondisi tersebut, penting menyatukan antara tubuh dan pikiran (body and mind), dan latihan mental berperan di dalamnya.

3

Berdasarkan pengertian tersebut, maka latihan mental diartikan sebagai latihan yang dilakukan atlet untuk meningkatkan fungsi berpikirnya agar dapat mengendalikan tubuh dan tindakannya. Pelatihan mental merupakan latihan yang dilakukan untuk memperoleh ketahanan mental, sehingga dapat mencapai prestasi yang prima dalam setiap pertandingan.

b. Tahapan Latihan Mental Menurut Weinberg dan Gould (1995), tahapan atau fase latihan mental terbagi menjadi tiga, yaitu : 1. Tahap pendidikan Tahap ini merupakan tahap pemberian penjelasan mengenai latihan mental, agar atlet merasa familiar terhadap keterampilan mental. Tahap ini juga bertujuan agar atlet menyadari betapa pentingnya mempelajari latihan mental. Pada tahap ini dapat didahului dengan diskusi tentang pentingnya mental, berapa kali latihan mental sudah dilakukan selama ini, serta contoh-contoh kasus yang terjadi dalam olahraga. 2. Tahap akuisisi atau perolehan Tahap ini berfokus pada strategi dan teknis pelaksanaan. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keunikan atau kondisi tiap individu. Pada tahap ini, diharapkan dapat diketahui bagaimana kemampuan individu dan apa yang menjadi kebutuhannya. Beberapa bentuk assessment dapat dilakukan pada tahapan ini. 3. Tahap Pelatihan Tahap ini merupakan tahap akhir atau tahap pelatihan itu sendiri. Tahap ini memiliki beberapa tujuan, yaitu : mencapai otomatisasi, mengajarkan integrasi keterampilan psikologis ke dalam situasi atau gerakan, dan mensimulasikan pada situasi kompetisi.

c. Bentuk Pelatihan Mental Menurut Vealey (dalam Weinberg dan Gould, 1995), keterampilan psikologis atau mental yang dapat dikembangkan melalui metode pendidikan

4

dan

latihan

ada

empat,

yaitu:

goal-setting,

physical

relaxation,

thought/attention control, dan imagery. a) Goal-setting Goal-setting atau penetapan sasaran merupakan dasar dari latihan mental. Penetapan sasaran perlu dilakukan agar atlet memiliki arah yang harus dituju. Sasaran tersebut dapat berupa sasaran jangka panjang, menengah, dan jangka pendek (Nasution, 2009). Dalam menentukan sasaran, terdapat empat prinsip utama (Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, 2011) yaitu : 1. Difficulty, goal yang sulit akan meningkatkan performa dibandingkan dengan goal yang mudah. 2. Specificity, goal yang spesifik akan lebih efektif dibandingkan dengan gol yang subjektif atau tidak ada goal. 3. Acceptance, goal akan lebih efektif jika ditetapkan atau dibuat sendiri oleh atlet. 4. Feedback, goal tidak akan efektif jika tidak diberikan umpan balik. Menurut Nasution (2009), ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran tersebut bermanfaat, yaitu: 1) sasaran harus menantang, sasaran yang ditentukan harus dibuat sedemikian rupa sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut; 2) sasaran harus dapat tercapai, buatlah sasaran itu yang cukup tinggi akan tetapi tidak terlalu tinggi, Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras; 3) sasaran harus meningkat, mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian sasaran tersebut dibuat semakin lama semakin tinggi, sehingga semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras.

b) Physical Relaxation 1. Definisi Relaksasi Jacobson memberikan pengertian sebagai berikut, relaksasi adalah terapi atau latihan relaksasi untuk membawa seseorang pada keadaan relaks pada otot-otot. Jika seseorang berada pada keadaan

5

santai akan terjadi pengurangan timbulnya reaksi emosi yang menggelora, baik pada susunan syaraf pusat maupun susunan syaraf otonom yang lebih lanjut dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Selanjutnya pasien tidak lagi tergantung pada terapisnya, tetapi melalui teknik sugesti diri (Auto Suggestion Tehnique) seorang dapat perubahan untuk mengatur permunculan emosi yang dikehendaki. Relaksasi adalah salah satu teknik dalam perilaku yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dikutip Goldfried dan Davidson, 1976 Bentuk lain adalah

relaksasi

melalui

kesadaran

indera.

Relaksasi

dapat

menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu, kecepatan denyut jantung yang lambat, peningkatan darah perifer dan stabilitas neuro muskular. Oleh orang awam relaksasi diartikan sebagai partisipasi dalam latihan olah raga, melihat TV dan rekreasi. Menurut pandangan ilmiah, relaksasi merupakan perpanjangan otot skeletol sedangkan ketegangan merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut otot.

2. Teknik-teknik relaksasi: a. Relaksasi progesif (progressive relaxation training) Untuk membawa seseorang relaks sampai pada otot-ototnya. Jacobson percaya bahwa jika seseorang berada dalam keadaan seperti itu, akan terjadi pengurangan timbulnya reaksi emosi yang bergelora, baik pada susunan syaraf otonom dan lebih lanjut dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat jasmani maupun rohani. b. Otogenik (autogenic training) Adalah latihan untuk merasakan berat dan panas pada anggota gerak, pengaturan pada jantung dan paru-paru, perasaan panas pada perut dan dingin pada dahi. Johanes Schultz, memperkenalkan

6

teknik pasif agar seseorang dapat menguasai munculnya emosi yang bergelora. c. Sugesti diri (suggestion technique) Seseorang dapat melakukan sendiri perubahan kefaalan pada dirinya sendiri, juga bisa mengatur permunculan-permunculan dari emosinya pada tingkatan maksimal yang dikehendaki. d. Melakukan sendiri (self help) Seseorang diajarkan untuk melakukannya sendiri dengan mempergunakan alat “bio feedback” agar pasien mengetahui saatsaat tercapainya keadaan relaks.

3. Manfaat relaksasi Efek dari latihan relaksasi menurut Masters, et al [1987], adalah: a. Meningkatnya pemahaman mengenai ketegangan otot b. Meningkatnya kemampuan untuk menguasai ketegangan otot c. Meningkatnya kemampuan untuk menguasai kegiatan yang terjadi dengan sendirinya d. Meningkatnya kemampuan untuk menguasai kegiatan kognitif, melalui pemusatan perhatian [kosentrasi] e. Berkurangnya ketegangan otot f. Berkurangnya perasaan bergelora secara kegagalan g. Berkurangnya perasaan cemas dan emosi lain yang bergelora h. Berkurangnya kekhawatiran Manfaat relaksasi, menurut Burn beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi antara lain : a. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stres b. Masalah-masalah yang berhubungan dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala, insomnia, dapat dikurangi dan diobati dengan relaksasi

7

c. Mengurangi tingkat kecemasan. Beberapa bukti telah menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kecemasan yang tinggi dapat menunjukkan efek fisiologis positif melalui latihan relaksasi d. Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan stres dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang menimbulkan kecemasan seperti pertemuan penting, wawancara dan sebagainya e. Mengurangi perilaku tertentu yang sering terjadi selama periode stres seperti mengurangi jumlah rokok yang dihisap, konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan dan makan yang berlebihan f. Meningkatkan penampilan kerja, sosial dan keterampilan fisik. Hal ini mungkin terjadi sebagai hasil pengurangan tingkat ketegangan g. Kelelahan aktivitas mental dan atau latihan fisik yang tertunda dapat diatasi lebih cepat dengan menggunakan latihan relaksasi h. Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat meningkat sebagai hasil latihan relaksasi sehingga kemungkinan individu untuk menggunakan keterampilan relaksasi untuk timbulnya rangsangan fisiologis i. Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu dan operasi j. Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa tingkat harga diri dan keyakinan diri individu meningkat sebagai hasil kontrol meningkat terhadap reaksi stres k. Meningkatkan hubungan interpersonal. Orang yang rileks dalam situasi interpersonal yang sulit akan lebih berpikir rasional

c) Thought/attention Control 1.Definisi Thought/attention Control (Konsentrasi) Konsentrasi adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian pada tugas dengan tidak terganggu dan terpengaruhi oleh stimuli yang bersifat eksternal maupun internal (Schmid, Peper dan Wilson, 2001).

8

selanjutnya, Nideffer (2000) menjelaskan bahwa konsentrasi sebagai perubahan yang konstan yang berhubungan dengan dua dimensi yaitu dimensi luas (width) dan dimensi pemusatan (focus). Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian pada tugas dengan tidak terganggu dan terpengaruhi oleh stimuli yang bersifat eksternal maupun internal, sedangkan pelaksanaannya mengacu kepada dimensi yang luas (width) dan dimensi pemusatan (fokus) pada tugas-tugas tertentu. Stimuli eksternal yang mengganggu konsentrasi dalam pernyataan tersebut, seperti sorakan penonton, alunan musik yang keras, kata-kata menyakitkan dari penonton atau pelatih, dan perilaku tidak sportif dari lawan. Sedangkan stimuli internal seperti perasaan terganggunya tubuh dan perasaan-perasaan lain yang mengganggu fisik dan psikis seperti “saya benar-benar lelah”, “jangan nervous”, dan sebagainya. Stimuli eksternal dan internal merupakan kategori terpisah, tetapi secara terus menerus dapat mempengaruhi aspek lainnya. Contoh dalam pertandingan olahraga, aspek kognitif dan emosional cepat terpicu dalam diri atlet. Oleh sebab itu, para pelatih dan ahli psikologi harus melatih atletnya supaya mampu mengatasi masalah-masalah dalam pertandingan. Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana atlet mempunyai kesadaran penuh dan tertuju kepada sesuatu (objek tertentu) yang tidak mudah goyah (Gauron, 1984). Dengan demikian konsentrasi itu perlu dilatihkan kepada atlet, apabila konsentrasi tidak dilatihkan kepada atlet maka

cenderung

gagal

dalam

mengembangkan

keterampilan

konsentrasinya, bersamaan dengan itu, atlet akan mengalami kegagalan dalam setiap pertandingan yang diikutinya. Cox (1990) menjelaskan beberapa area penting dalam psikologi olahraga dalam meningkatkan penampilan atlet yaitu area konsentrasi dan perhatian. Sebagai contoh, dalam olahraga senam ritmik pesenam tidak bersikap tenang dan kurang konsentrasi pada saat melakukan penampilannya, pada waktu itu hadir

9

sekelompok anak muda dengan teriakan dan sorakan keras yang melecehkan, maka penampilan pesenam turun drastis. Contoh tersebut merupakan gambaran bahwa konsentrasi sangat penting dimiliki atlet, sehingga atlet mempunyai kemampuan untuk mengalihkan berbagai stimulus yang datang dan mengganggu pikirannya, sehingga atlet tetap fokus pada tugas-tugas yang harus dilakukannya. Pelatih dalam proses pelatihan sangat penting memperhatikan dan meyakinkan bahwa atletnya konsentrasi, dengan demikian pelatih harus mengetahui karakteristik yang dimiliki atletnya apakah atlet dalam keadaan konsentrasi atau tidak. Karakteristik tersebut antara lain: 1) tertuju pada suatu objek/benda pada saat itu, 2) perhatiannya tetap pada objek tertentu dan tidak ada perhatian dan pemikiran pada objek lain, 3) menenangkan dan memperkuat mental. Dari ketiga karakteristik tersebut, pelatih akan semakin mudah mengenali atletnya dalam latihan atau pertandingan, sehingga pelatih akan mudah pula menerapkan strategi untuk mengatasi masalah pada diri atlet.

2. Petunjuk Sebelum Latihan Konsentrasi Atlet untuk bisa konsentrasi dengan baik tidak bisa dicapai dalam waktu yang relatif singkat, tetapi harus melalui proses latihan yang lama (long term training). Beberapa petunjuk yang harus dilakukan sebelum latihan konsentrasi, Gauron (1984) menjelaskan sebagai berikut: 1. Jauhkan pikiran terhadap sesuatu yang pernah anda lakukan ataupun pernah anda alami. 2. Pusatkan perhatian anda pada satu tempat. 3. Tujukan pusat perhatian pada satu lokasi tersebut. 4. Kosongkan pikiran anda biarkan tetap kosong. 5. Pindahkan dari sasaran khusus ke pusat perhatian seperti gambar panorama. Kemudian ikut dihadirkan suatu “gambar besar” yang memberikan kemungkinan masukan tanpa menyeleksinya.

10

6. Berupaya mampu memusatkan perhatian terhadap semua benda. 7. Berhentilah dan kemudian kembali konsentrasi. Untuk

bisa

berkonsentrasi

selama

pertandingan,

latihan

konsentrasi dalam setiap sesi latihan harus diberikan. Upaya untuk membantu melatih keterampilan konsentrasi ada beberapa strategi yang bisa dilakukan, Syer dan Connolly (1987) mengatakan: “duduk tegak di kursi, kedua kaki menapak di lantai, kedua tangan di samping badan. Tutup mata, ambil napas dalam-dalam lalu keluarkan sampai ketegangan di sekujur tubuh hilang. Begitu merasa rileks, perhatikan irama napas (tanpa mengubah iramanya), lalu mulailah perlahan-lahan menghitungnya. Satu tarikan napas diikuti satu hembusan napas dihitung sebagai satu, kemudian tarikan dan hembusan napas berikutnya sebagai dua, dan seterusnya. Saat mencapai hitungan kesepuluh, kembali lagi kehitungan satu dan seterusnya. Jika anda kehilangan hitungan atau lupa angka hitungannya berarti konsentrasi mulai terganggu, karena itu berhentilah menghitung barang sejenak, lalu setelah konsentrasi anda kembali, mulai lagi menghitung dari satu. Sebagai permulaan, latihan ini cukup dilakukan dalam waktu sekitar delapan menit”.

3. Tip Untuk Meningkatkan Konsentrasi Konsentrasi pada latihan dan pertandingan harus tetap terjaga, agar penampilan tetap efektif. Tip-tip untuk meningkatkan konsentrasi, langkah yang harus dilakukan adalah memfokuskan kepada sesuatu yang sedang dilakukan. Bentuk latihan konsentrasi tersebut, harus dilakukan atlet setiap waktu baik pada proses latihan atau dalam keadaan tidak berlatih. Tip-tip untuk meningkatkan konsentrasi Weinberg (1995) menjelaskan sebagai berikut: Tip Kesatu: Latihan dengan menghadirkan gangguan (distraction) Bentuk latihan ini sangat menakjubkan tatkala suara, bunyibunyian, dan gerakan seseorang dalam kelompok dapat merusak

11

konsentrasi atlet. Banyak atlet dalam tim cabang olahraga tertentu mengatakan yel-yel sambil melambaikan tangan membentuk aliran ombak, menepukkan kaki mereka ke lantai, dan menimbulkan keributan. Atlet harus mempersiapkan diri untuk mengatasi gangguan tersebut, dengan tetap memfokuskan perhatiannya pada gerakan yang sedang dilakukan, segala macam pergerakkan benda atau suara yang didengarnya harus diabaikan seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Kasus yang menarik, pada Asian Games (1990) di Beijing pemanah Korea Utara akan memenangkan Grand Final, pada rambahan terakhir, pemanah sudah mendapat skor 27 dan lawannya selesai menembak mendapat skor 30, pemanah sebenarnya masih bisa menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut, tetapi kendala pada waktu itu semua jurnalis dan reporter berburu untuk mengambil gambar, pemanah tersebut kaget dan sangat tegang akibatnya pemanah gagal di tembakan terakhir sehingga peringkatnya turun menjadi keempat. Dalam olahraga perorangan, biasanya penggemar cenderung mengikuti beberapa etika, menjaga suasana tenang, dan diam selama permainan. Sedangkan pada olahraga beregu, penggemar sering mengganggu dan menyoraki timnya apalagi untuk tim tuan rumah atau tim pendatang. Penonton atau penggemar dalam olahraga beregu cenderung lebih mengganggu dan mengacaukan baik pada saat permainan berlangsung maupun pada awal atau akhir pertandingan, apalagi kalau tim yang dijagokannya kalah dalam pertandingan. Dengan demikian berlatih dalam suasana kacau penuh dengan gangguan dapat membantu atlet meningkatkan konsentrasi, karena tidak sedikit atlet menghindar dari suasana yang tidak me...


Similar Free PDFs