MAKALAH MULTIKULTURALISME PENDIDIKAN PDF

Title MAKALAH MULTIKULTURALISME PENDIDIKAN
Author Endang Rifani
Pages 33
File Size 504.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 455
Total Views 645

Summary

MAKALAH MULTIKULTURALISME PENDIDIKAN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang Dosen Pengampu : Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd.,Kons. Oleh: KELOMPOK 5 Wika Tri Utami (010518010) Sugeng Widodo (010518026) Endang Rifani (010518028) B...


Description

MAKALAH MULTIKULTURALISME PENDIDIKAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

Dosen Pengampu : Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd.,Kons.

Oleh: KELOMPOK 5

Wika Tri Utami

(010518010)

Sugeng Widodo

(010518026)

Endang Rifani

(010518028)

BIMBINGAN DAN KONSELING PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2018

1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bhineka Tunggal Ika merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Sebagaimana diketahui, Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau terbesar di dunia, mencapai 17, 667 pulau besar dan pulau kecil. Karena itu wajar kalau dikatakan kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dielakkan, sekaligus anugerah Yang Mahakuasa. Kenyataan menunjukkan terdapat 350 kelompok etnis, adat tradisi, dan cara-cara sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu, namun setiap warga negara Indonesia berbicara dalam satu bahasa nasional. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Sebagai bangsa yang memiliki kekayaan budaya, Indonesia sangat membutuhkan perdamaian, keadilan, persamaan, dan seterusnya yang merupakan unsur yang dapat dilahirkan oleh pendidikan multikultural. Dalam konteks ini, kesadaran akan multikulturalisme atau pluralisme lalu menjadi nilai yang sangat penting. Kendati demikian, secara dini perlu agaknya kita membedakan

dua

persitilahan

yang

memiliki

kemiripan:

“pluralitas”

dan

“pluralisme.” Sebab tak sedikit kalangan acap kali mengacaukan penggunaan dua peristilahan tersebut. Pluralitas adalah sebuah fakta tentang kepelbagaian yang ada secara alami dan berdasarkan hukum alam: ras, warna kulit, suku, agama, budaya, jenis kelamin dan seterusnya. Pluralitas, karena itu, bukanlah sebuah pilihan tapi anugerah Tuhan bagi manusia. Sebab itu, tidak ada yang salah dalam pluralitas. pluralisme adalah sebuah sikap yang mengakui sekaligus menghargai, menghormati, memelihara, dan, bahkan mengembangkan atau memperkaya keadaan yang bersifat plural, jamak atau kepelbagaian itu. Dalam konteks teologi lintas-agama misalnya, pluralisme membangun sebuah postulat: bahwa dalam jantung semua agama dan tradisi otentik mempunyai pesan kebenaran yang sama yakni kita semua berasal dan akan kembali kepada satu tujuan yang sama: kepadaYang Absolut, Yang Awal-Yang Akhir, Yang Hollygious atau dalam teologi disebut sebagai Tuhan (Sabri, 2015; 85). Tetapi, patut dicatat bahwa akhir-akhir ini yang terjadi justru jauh dari harapan kemanusiaan yang mengedepankan nilai-nilai keadilan sosial, keharmonisan, keamanan, perdamaian, dan persaudaraan. Dengan kata lain diskriminasi, konflik sosial agama, krisis politik, ekonomi, budaya dan pendidikan, semakin menggurita di 2

negeri ini. Persoalan penting yang perlu dipertanyakan adalah apa sebenarnya yang mendasari terjadinya problem-problem tersebut? Serta bagaimana solusi agar problem-problem tersebut dapat diminimalisir?. Jika dalam dunia pendidikan persoalan yang terjadi adalah bentuk kekerasan yang menimpa siswa seperti tawuran, dan perkelahian antar siswa. Salah kasus yang dimuat dilaman Detiknews tawuran terjadi pada tahun 2016 yang melibatkan dua kelompok sekolah yang berbeda di Kabupaten Karawang, yaitu antara SMK PGRI Lemah Abang Wadas dan SMK Negeri Purwasari yang mengakibatkan satu dari mereka meninggal dunia,dalam berita disebutkan bahwa yang melatarbelakangi terjadinya tawuran adalah saling ejek antar dua sekolah yang berbeda tersebut. Jika dikaji lebih lanjut, dapat ditemukan bahwa betapa minimnya attitude pelajar terutama pada bagaimana mereka menghargai sebuah perbedaan yang ada pada diri mereka masing-masing, artinya adalah hal tersebut mampu menunjukkan bahwa perlu adanya pemahaman yang dapat diberikan kepada peserta didik mengenai multikulturalisme. Dalam dunia pendidikan sekolah memiliki peran penting dalam menanamkan pendidikan multikultural, pendidikan multikultural dapat diberikan kepada peserta didik dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, agar konsep multikultural dapat diterapkan dan diaplikasikan oleh masyarakat. Hilda Hernandez (Mahfud, 2014;176) mengartikan pendidikan multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas politik, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan. Pada prinsipnya, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mengharagai perbedaan. Sehingga nantinya perbedaan tersebut tidak menjadi sumber konflik dan perpecahan. Sikap saling toleransi inilah yang nantinya akan menjadikan keberagaman yang dinamis dan kekayaan budaya yang menjadi jati diri bangsa dapat terus dilestarikan. Dalam pendidikan multikultural, setiap peradapan dan kebudayaan yang ada berada dalam posisi yang sejajar dan sama. Tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi atau dianggap lebih tinggi (superior) dari kebudayaan yang lain. Anggapan bahwa kebudayaan tertentu lebih tinggi dari kebudayaan yang lain akan melahirkan perselisihan, keributan, dan ketidak harmonisan. Dengan pendidikan multikultural diharapkan individu dapat menerima dan memahami perbedaan yang ada, serta individu dapat saling bertukar pendapat yang pada gilirannya akan memperkaya 3

kebudayaan atau peradaban yang bersangkutan sehingga nantinya terwujud masyarakat yang makmur, adil, sejahtera yang saling menghargai perbedaan. Melalui makalah ini, akan dijabarkan mengenai karakteristik problematika pendidikan multikultural, konsep pendidikan multikultural beserta implementasi yang dapat diterapkan di Indonesia sebagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai multikulturalisme. B. Rumusan masalah Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, dapat di rumuskan permasalahan yaitu: 1. Apa saja karakteristik yang mendasari problematika pendidikan multikultural ? 2. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural yang sesuai dengan kondisi di Indonesia agar paham akan multikulturalisme dapat diterapkan sejak dini oleh masyarakat terutama pelajar dan tenaga pendidik? C. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini yaitu: 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui, mengidentifikasi karakteristik yang mendasari problematika pendidikan multikultural. 2. Mahasiswa mampu mengetahui, menjelaskan, mendeskripsikan, bagaimana implementasi pendidikan multikultural yang dapat diterapkan Indonesia. D. Manfaat Dalam pembahasan makalah ini ada beberapa manfaat dan kegunaan diantaranya yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pendidikan multikultural, untuk mengetahui definisi pendidikan multikultural mengetahui paradigma pendidikan multikultural, dan untuk mengetahui penerapan pendidikan multikultural di Indonesia. Dengan adanya makalah ini diharapkan dengan mempelajari pendidikan multikultural dapat menambah pemahaman dan menjadi bekal bagi penulis yang berkecimpung di dunia pendidikan terutaman dalam bidang bimbingan dan konseling. Kemudian berdasarkan pada makalah ini untuk kemudian dapat dijadikan bahan diskusi bagi penulis di suasana pembelajaran dengan begitu dapat memberikan dan menambahkan pendapat dari teman-teman yang berkenaan dengan pendidikan multikultural di Indonesia yang belum terbahas atau tertuliskan dalam makalah ini.

4

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Multikulturalisme Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaanya masing-masing yang unik (mahfud 2014;75). Menurut May (1999) dalam Soemantri 2011, multiculturalism is an approach which replaces universalism and which introduces ethnicity unnecessarily and unhelpfully into the civic realm that is, ‘civil society’—multikulturalisme adalah suatu pendekatan yang menggantikan unversalisme dan yang memperkenalkan etnik yang tidak perlu dan tidak mendukung ke dalam wilayah perhatian atau kegiatan ‘masyakarat sipil’. Lebih lanjut Steinberg (1997) menguraikan bahwa the concept of multiculturalism is a multicultural position to respond racial, socio- economic class, gender, language, culture, sexual preference, and disability-related diversity — konsep multikulturalisme adalah suatu posisi multikultural untuk menjawab perbedaan yang berkaitan dengan rasial, golongan sosial-ekonomi, jender, bahasa, budaya, jenis kelamin, dan ketunaan. Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab untuk hidup bersama komunitasnya. Pengingkaran suatu masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui (politics of recognition) merupakan akar dari segala ketimpangan dalam berbagai bidang kehidupan. Multikulturalisme merupakan suatu paham yang menekankan pada kesenjangan budaya local tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya yang ada. Dengan kata lain, penekanan utama multikulturalisme adalah kesataraan budaya. Multikulturalisme adalah sebuah konsep di mana sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat mengakui keberagaman, perbedaan dan kemajemukan budaya, baik ras, suku, etnis, agama, dan lain sebagainya. Sebuah konsep yang memberikan pemahaman bawa sebuah bangsa yang plural dan majemuk adalah bangsa yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam (multikultural). Dan bangsa yang multikultural aalah bangsa yang kelompok-kelompok etnik atau budaya

5

(ethnic and cultural groups) yang ada dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co existensi yang ditandai oleh kesediaan untuk menghormati budaya lain. Menururt Parekh (1997) dalam Ana Irhandayaningsih multikulturalisme dibedakan menjadi lima model yaitu sebagai berikut: 1. Multikulturalisme isolasionis, yaitu masyarakat yang berbagai kelompok

kulturalnya menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi minimal satu sama lain. 2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan mereka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa. 3. Multikulturalisme otonomis, yaitu masyarakat plural yang kelompok-kelompok kultural utamanya berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan meng-inginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat yang semua kelompoknya bisa eksis sebagai mitra sejajar. 4. Multikulturalisme kritikal/interaktif, yakni masyarakat plural yang kelompokkelompok kulturalnya tidak terlalu terfokus (concerned) dengan kehidupan kultural otonom, tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif khas mereka. 5. Multikulturalisme kosmopolitan, yaitu masyarakat plural yang berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat tempat setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu, sebaliknya secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing (Azra, 2007). B. Hakekat Pendidikan Multikultural 1. Pengertian pendidikan multikultural James Banks dalam Choirul Mahfud, mendefinisikan pendidikan multikutural sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya, pendidikan multikultural ingin 6

mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugerah Tuhan). Kemudian, bagaimana seseorang mampu mensikapi perbedaan tersebut dengan penuh toleran dan semangat egaliter. Lebih lanjut Banks (2001) menyatakan bahwa pendidikan multikultural adalah konsep atau ide sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi dan kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara. Hilda Hernandez (mahfud, 2014;176) mengartikan pendidikan multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas politik, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam secara kultur, dan merefleksikan pentingnya budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan. Atau dengan lain kata, bahwa ruang pendidikan sebagai media transformasi ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) hendaknya mampu memberikan nilai-nilai multikulturalisme dengan cara saling menghargai dan menghormati atas realitas yang ragam (plural), baik latar belakang maupun basis sosio budaya yang melingkupinya. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Paulo Freire (pakar pendidikan pembebasan) yang di kutip oleh Ibrahim (2013;139), bahwa pendidikan bukan merupakan “menara gading” yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya. Pendidikan, menurutnya harus mampu menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, bukan sebuah masyarakat yang hanya mengagungkan prestise sosial sebagai akibat kekayaan dan kemakmuran yang dialaminya. Pendidikan multikultural (Multicutural Education) merupakan respons terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang nn Eropa (Hilliard, 1991-1992). Sedangkan secara luas, pendidikan multikultural itu mencakup seluru siswa tanpa membeda-bedakan kelompok-kelompoknya seperti, gender, etnic, ras, budaya, strata sosial dan agama (mahfud, 2014:176-177). 2. Prinsip-prinsip Pendidikan Multikultural Arifin (2012) Sebagai suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa, pendidikan 7

multikultural memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut. Prinsip pertama: pendidikan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan menjamin keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat tanpa memandang latar belakang yang ada. Prinsip kedua : pendidikan multikultural mengandung dua dimensi: pembelajaran (kelas) dan kelembagaan (sekolah) dan antara keduaanya tidak bisa dipisahkan, tetapi justru harus ditangani lewat reformasi yang komprehensif Prinsip ketiga : pendidikan multikultural menekankan reformasi pendidikan yang komprehensif dapat dicapai hanya lewat analisis kritis atas sistem kekuasaan dan privileges untuk dapat dilakukan reformasi komprehensif dalam pendidikan. Prinsip keempat : berdasarkan analisis kritis ini, maka tujuan pendidikan multikultural adalah menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh kesempatan guna mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Prinsip kelima : pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk seluruh siswa, tanpa memandang latar belakangnya. 3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Multikultural Menurut James A. Banks dalam Zubaedi, merumuskan tujuan dari pendidikan multikultural yaitu: “The goal of multicultural education is an education for freedom. . . . Multicultural education should help students to develop the knowledge, attitudes, and skills toparticipate in a democratic and free society. . . . Multicultural education promotes the freedom, abilities and skills to cross ethnic and cultural boundaries to participation in other cultures and groups.” Artinya: “Tujuan pendidikan multikultural adalah pendidikan untuk kebebasan. Pendidikan multikultural dimaksudkan untuk membantu para siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang bebas dan demokratis. Pendidikan multikultural mengembangkan kebebasan, kemampuan dan keterampilan dalam menerobos batas batas budaya dan etnis agar dapat berpartisipasi dengan kebudayaan dan kelompok lain”. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Raharjo (2002) yang mengatakan tujuan dari pendidikan multikultural adalah: “Membantu anak didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikap secara memandai terhadap masyarakat yang beraneka ragam budaya. Anak didik memiliki budaya sendiri yang hakiki, namun tetap memberikan andil terhadap kesejahteraan masyarakat. Mengembangkan 8

pendidikan yang wajar, tanpa memandang perbedaan, membantu peserta didik untuk berpartisipasi dalam suasana kultur yang berbeda. Membantu anak didik dalam memberdayakan potensi yang optimal”. Tujuan pendidikan multikultural menururt Zakkiyudin Baidhawy yang dikutip oleh Samrin (2014) tujuan pendidikan multikultural ada dua, yakni tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena tujuan ini hanya berfungsi sebagai perantara agar tujuan akhirnya tercapai dengan baik. Tujuan awal pendidikan multikultural yaitu membangun wacana pendidikan, pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan dan peserta didik. Harapannya adalah apabila mereka mempunyai wacana pendidikan multikultural yang baik maka kelak mereka tidak hanya mampu untuk menjadi transformator pendidikan multikultural yang mampu menanamkan nilai-nilai pluralisme, humanisme dan demokrasi secara langsung di sekolah kepada para peserta didiknya Sedangkan tujuan akhir pendidikan multikultural adalah peserta didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi diharapkan juga bahwa para peserta didik akan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis dan humanis. Karena tiga hal tersebut adalah ruh pendidikan multikultural. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidikan multikultural bertujuan agar peserta didik dapat menghormati keanekaragaman budaya yang ada dan mendorong mereka secara nyata untuk dapat mengenali dan melenyapkan kecurigaan serta diskriminasi yang telah ada. Pada intinya pendidikan multikultural mempunyai dua fokus persoalan, yaitu: a. Proses pendidikan yang menghormati, mengakui dan merayakan perbedaan di semua bidang kehidupan manusia. Pendidikan multikultural merangsang anak terhadap kenyataan yang berkembang di masyarakat, yang berupa pandangan hidup, kebiasaan, kebudayaan, yang semuanya telah memperkaya kehidupan manusia. b. Proses pendidikan yang menerapkan persamaan keseimbangan dan HAM, menentang ketidakadilan, diskriminasi, dan menyuarakan nilai-nilai yang membangun keseimbangan. Samrin (2014) memiliki pandangan bahwa dalam konteks pembelajaran, pendidikan multikultural bertujuan untuk transformasi pembelajaran kooperatif di mana dalam proses pembelajaran setiap individu mempunyai kesempatan yang sama. Sedangkan, transformasi pembelajaran kooperatif itu sendiri mencakup pendidikan belajar mengajar, konseptualisasi dan organisasi belajar. Belajar kooperatif 9

mengandung pengertian sebagai suatu strategi pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, di mana pembelajar bekerja bersama, belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling membagi pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan setiap anggota kelompoknya. Menurut The National Council for Social Studies dalam (Gorski, 2001) yang dikutip oleh Hanum (2009) fungsi Pendidikan Multikultural adalah sebagai berikut: 1. memberi konsep diri yang jelas 2. membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya 3. membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada setiap masyarakat 4. m...


Similar Free PDFs