Makalah PENGOLAHAN HASIL PENILAIAN PDF

Title Makalah PENGOLAHAN HASIL PENILAIAN
Author Muhammad Ihsan
Pages 39
File Size 357.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 286
Total Views 478

Summary

Makalah PENGOLAHAN HASIL PENILAIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi Dosen Pengampu : Sri Hartati, S.Pd., M.Pd. Iwan Ridwan Yusup, M.Pd Disusun oleh : Ilma Nurfajriyani 1162060046 Kintan Maudy 1162060058 Muhammad Ihsan 1162060066 Pipit Eka Pitriani 11...


Description

Makalah PENGOLAHAN HASIL PENILAIAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi Dosen Pengampu : Sri Hartati, S.Pd., M.Pd. Iwan Ridwan Yusup, M.Pd

Disusun oleh : Ilma Nurfajriyani

1162060046

Kintan Maudy

1162060058

Muhammad Ihsan

1162060066

Pipit Eka Pitriani

1162060080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN 2018

1

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Pengolahan hasil penilaian ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Sri Hartati, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Iwan Ridwan Yusuf, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi yang telah memberikan kepercayaan serta dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pengolahan Hasil Penilaian dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Bandung, 23 Februari 2018

Penulis

i

DAFTAR ISI Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

BAB I | PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

2

C. Tujuan

2

BAB II | PEMBAHASAN A. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Tertulis atau Uraian (Essay) dan Objektif

3

B. Pengolahan Skor mentah menjadi Nilai 4/10/100

6

C. Pengolahan Data Hasil Tes: PAP dan PAN

11

D. Peringkat (Ranking / Grade)

20

BAB III | PENUTUP A. Kesimpulan

35

B. Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

36

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan guru. Penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dengan memiliki beberapa tujuan. Penilaian atau assesmen

merupakan

kegiatan

informasi

hasil

belajar

peserta

didik

secara

berkesinambungan menetapkan apakah peserta didik telah menguasai kompetensi yang ditetapkan oleh kurikulum. Berdasarkan data informasi yang telah diproses. Menurut Djemari Mardapi (1999:8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995:21) penilaian adalah keputusan tentang nilai. Menurut Linn dan Gronlud (uno dan satria,2012), asesmen atau penilaian adalah suatu istilah umum yang meliputi tentang belajar siswa dan format penilaian kemajuan belajar siswa. Selain itu penilaian juga didefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan mengenai siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan. Menurut Angelo dan Croos (Abidin,2014), penilaian merupakan sebuah proses yang didesain untuk membantu guru menemukan hal-hal yang telah dipelajari siswa di dalam kelas dan tingkat keberhasilannya dalam pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, perlu diketahui hasil dari proses belajar mengajar tersebut. Hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat diketahui dari nilai siswanya. Penilaian sangat di lakukan oleh guru, hal ini dapat bermanfaat bagi guru dan siswanya sendiri. Bagi buru nilai siswa dapat dijadikan acuan bagi proses pembelajaran yang akan dilakukan. Bagi siswa nilai bermanfaat untuk mengetahui tolak ukur pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran yang sudah diajarkan.

1

Nilai dalam proses pembelajaran tidak begitu saja dapat digunakan sebagai acuan atau tolak ukur penilaian guru terhadap kemampuan siswanya, maupun tolak ukur siswa itu sendiri terhadap kemampuannya sendiri. Sangat penting bagi guru untuk mengolah data hasil penilaian yang sudah dilakukan. Manfaat dari pengilahan nilai akan sangat membantu guru dan siswa dalam pemahaman kemampuan seorang siswa.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Teknis Penilaian Evaluasi pembelajaran berbasis Esai (Objektif)? 2. Apa yang dimaksud Skala 4/10/100 dan bagaimana penerapannya? 3. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan PAP dan PAN dalam pengolahan Hasil penilaian? 4. Bagaimana Teknis pengolahan hasil penilaian dalam Bentuk Peringkat dan pemberian peringkat kepada peserta didik?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Teknis Penilaian Evaluasi pembelajaran berbasis Esai (Objektif). 2. Untuk mengetahui Skala 4/10/100 dan bagaimana penerapannya dalam Pengolahan hasil penilaian. 3. Untuk mengetahui Pendekatan PAP dan PAN dalam pengolahan Hasil penilaian. 4. Untuk mengetahui Teknis pengolahan hasil penilaian dalam Bentuk Peringkat dan pemberian peringkat kepada peserta didik.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Tertulis atau Uraian (Essay) dan Objektif Tes hasil belajar yang dilakukan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (subjective test = essay test) dan hasil tes belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk hasil belajar itu memiliki karakter fisik yang berbeda, sudah barang tentu teknik pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula (Sudijono, 2013 : 301). Menurut Zainal Arifin (2006) dalam mengolah data hasil tes, ada 4 (empat) langkah pokok yang harus ditempuh, yaitu: 1. Menskor, yaitu memberi skor terhadap hasil tes yang dapat diperoleh oleh peserta didik. Untuk memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu yaitu kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman konversi. 2. Mengubah skor mentah menjadi skor standard sesuai dengan norma tertentu. 3. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai baik berupa huruf maupun angka. 4. Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.

1. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Hasil Belajar Bentuk Uraian Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil tes uraian ini ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak atau: (2) apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subyektif itu akan didasarkan pada standar relatif. Dalam keadaan di mana butir-butir soal yang diajukan dalam bentuk tes uraian itu untuk tiap butir soal tidak memiliki derajat kesukaran yang sama, atau jumlah unsur yang terdapat pada setiap butir soal adalah tidak sama, maka pemberian skornya juga harus berpegang kepada derajat kesukaran dan jumlah unsur yang terdapat pada masingmasing butir soal tersebut (Sudijono, 2013 : 302). Apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar mutlak (di mana penentuan nilai secara mutlak akan didasarkan pada prestasi individual), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut: 3

a. Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh testee dan membandingkannya dengan pedoman yang sudah disiapkan. b. Atas dasar hasil perbandingan tersebut, tester lalu memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskannya di bagian kiri dari jawaban testee tersebut. c. Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan. Adapun apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan didasarkan pada standar relatif (di mana penentuan nilai akan didasarkan pada prestasi kelompok), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut: 1) Memeriksa jawaban atas butir soal nomor 1 yang diberikan oleh seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai keseluruhan jawaban yang ada. 2) Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee. 3) Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya 4) Setelah jawaban atas seluruh butir soal yang diberikan oleh seluruh tes dapat diselesaikan, akhirnya dilakukanlah penjumlahan skor (yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai lebih lanjut (Sudijono, 2013).

2. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Obyektif Menurut Arikunto (2009 : 164) Tes obyektif adalah adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Terdapat berbagai macam tes obyektif, sebagaimana yang dikemukakan Witherington(1952) dalam Arifin (2009 : 135) bahwa “There ara many varieties of there new test, but four kinds are in a most common use, true-false, multiple choice, completion,matching”. Menurut Sudijono (2013 : 302) Dalam tes obyektif untuk memberikan skor umumnya digunakan rumus correction for guessing atau sering dikenal dengan istilah sistem denda. Untuk tes obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor maksimum 1 (satu). Apabila seorang testee menjawab betul satu item sesuai dengan kunci jawaban, maka ke depannya diberikan skor 1. Apabila dijawab salah, maka skornya 0 (nihil). Adapun cara menghitung skor terakhir dari seluruh item true-false, dapat digunakan dua macam rumus, yaitu : (1) rumus yang memperhitungkan denda. Dan (2) rumus yang mengabaikan atau meniadakan denda. Penggunaan rumus-rumus itu sepenuhnya

4

diserahkan kepada kebijakan tester, apakah dalam tes hasil belajar tersebut kepada testee akan dikenai denda (bagi jawaban yang salah) ataukah tidak (Sudijono, 2013 :303). Rumus skor akhir dengan memperhitungkan denda adalah sebagai berikut : 𝑆=

R−W 0−1

Di mana :

S = Skor yang dicari R = Jumlah jawaban betul, yaitu jawaban yang sesuai dengan kunci jawaban W = Jumlah jawaban salah, yaitu jawaban yang tidak sesuai dengan kunci jawaban O = Option atau alternatif (= kemungkinan jawaban), dimana pada tes obyektif bentuk true false ini kemungkinan jawabannya hanya dua, yaitu B (betul) atau S (salah) 1 = Bilangan konstan. Adapun rumus skor akhir yang tidak memperhitungkan denda adalah sebagai berikut : S=R Di mana : S = Skor yang dicari R = Jumlah jawaban betul

3. Teknik Pengolahan Dan Pengubahan (Konversi) Skor Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Skor dan nilai pada dasarnya mempunyai pengertian yang berbeda, perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai perbedaannya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kadang-kadang orang menganggap bahwa skor itu mempunyai pengertian yang sama dengan nilai, padahal pengertian seperti itu belum tentu benar. Menurut Sudijono (2013: 309), Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (= memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan menggunakan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh tes telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan peraturannya dengan standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar (Standard score). Ada dua hal yang perlu dipahami bahwa dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu ada dua cara yang dapat ditempuh : 5

a. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium atau criterion (= patokan). Cara pertama ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation. b. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok. Cara kedua ini sering dikenal dengan istilah norm reference evaluation.

B. Pengolahan Skor mentah menjadi Nilai 4/10/100 Ungkapan seorang guru memperoleh mentah dari hasil ulangan sejarah di kelas III SMP yang berjumlah 50 orang siswa sebagai berikut : 16 64 87 36 56 42 43 54 47 51 77 55 68 42 40 47 42 46 45 50 20 57 28 7 44 51 40 39 39 57 28 39 31 48 46 377 417 43 49 29 44 34 50 45 35 44 52 56 45 Untuk mengolah skor mentah di atas menjadi 1-10, kita perlu mencari Mean (angka ratarata) dan DS. Untuk itu skor mentah tersebut kita susun ke dalam tabel distribusi frekuensi. Langkah-langkah menyusun tabel frekuensi adalah sebagai berikut : 1. Kita tentukan dulu banyaknya kelas interval dengan jalan : a. Materi range (R), dengan mengurangi skor maksimum dengan skor minimum (range= selisih antara skor maksimum dan skor minimum) b. Bagian range ke dalam interval-interval yang sama sedemikian rupa sehingga jumlah kelas interval antara 6-15 atau 11-19. Rumus untuk mencari kelas interval: R

+1

I

c. Cara lain untuk mencari atau menentukan besarnya kelas interval dapat juga menggunakan rumus Sturges sebagai berikut : K = 1 + 3,3 log n 6

K= banyaknya kelas yang dikehendaki atau dicari 1= merupakan bilangan tetap n= banyaknya skor (jumlah siswa yang dites). 2. Mengisi kolom 2 (kolom interval) di dalam tabel yang telah tersedia, mulailah dari skor minimum berturut-turut dengan interval yang telah ditemukan dan sejumlah kelas yang ditentukan pada langkah pertama. 3. Membuat tally pada kolom 3 (mentabulasikan tiap-tiap skor ke dalam kelasnya). 4. Mengisikan angka (jumlah) tally ke dalam kolom 4 (lajur frekuensi=f). 5. Menentukan deviasi pada jalur d dengan menetapkan letak mean dugaan (M) dengan angka nol pada kelas tertentu. Untuk menduga letak nol tersebut dapat kita pilih kelas yang mengandung frekuensi yang paling tinggi. Selanjutnya kita letakkan angka-angka deviasi itu dari nol ke atas dan ke bawah. Angka-angka di atas nol kita beri tanda + (plus) dan angka-angka di bawah nol diberi tanda – (minus). 6. Mengisi jalur Fd dengan mengalirkan angka-angka pada lajur f dan d. kemudian hasilnya dijumlahkan pada bagian bawah pada tabel ( = fd ). Sampai dengan kolom 6 ini (lajur fd) kita telah dapat menghitung besarnya mean yang sebenarnya dari tabel tersebut. Akan tetapi, karena kita masih memerlukan mencari DS (deviasi standar) kita perlu menambah satu kolom lagi untuk mencari fd2. 7. Mengisi lajur fd2, kemudian dijumlahkan pula pada bagian bawah dari tabel sehingga kita peroleh∑ 𝑓𝑑2 yang diperlukan dalam rumus untuk mencari DS.

Demikian seterusnya, kita dapat menambah kolom atau lajur yang diperlukan sesuai

dengan perhitungan manakah yang hendak kita cari. Dari hasil mentah hasil ulangan sejarah itu kita dapat menyusun tabel distribusi frekuensi seperti berikut : Skor maksimum

= 87

Skor minimum

=7

Range

= 87-7 = 80

7

Banyaknya kelas interval : R

+1 =

I

80 +1 = 11

8

Jadi, interval (i) = 8; kelas interval = 11 Kelas

Interval

1.

87-94

2.

79-86

3.

71-78

4.

63-70

5.

55-62

6.

47-54

7.

39-46

8.

31-38

9.

23-30

10.

15-22

11.

7-14

Tally 1 11 111 1111 1111 1111 1 1111 1111 1111 111 1111 111 111 1

F

d

fd

fd2

1

+6

6

36

0

+5

0

0

2

+4

8

32

3

+3

9

27

4

+2

8

16

11

+1

11

11

18

-0

0

0

4

-1

-4

4

3

-2

-6

12

3

-4

-9

27

1

-4

-4

16

+ 19

181

(∑ 𝑓𝑑)

(∑ 𝑓𝑑2)

N= 50

Sekarang kita cari angka rata-rata (mean) dari tabel di atas. Rumus mean

M=M’ + i ∑fd2 N

Dengan melihat pada tabel distribusi frekuensi maka : M = 42,5 + 8 (

+19 50

∑ 𝑓𝑑42,5 + 3,04 = 45,54 )=

Mean dugaan (M’) terbesar 42,5 ini titik tengah dari kelas interval 39- 46 yaitu kelas interval yang kita duga tepat letaknya mean. Cara menghitung :

8

M’ = 39 + 46 = 85 = 42,5 2

2

Dengan menggunakan rumus tersebut maka : DS = 8√

181 50

–(

+19 2 ) 50

=8 √3,62 − 0,1444

=8√3,5756

=8 X 1,89 = 15,12 dibulatkan menjadi = 15 Setelah kita temukan besarnya mean dan DS. (mean = 45,54 dan DS = 15), langkah selanjutnya ialah menjabarkan skor mentah yang kita peroleh dari ulangan sejarah ke dalam nilai 1-10 dengan menggunakan rumus penjabaran sebagai berikut : Rumus penjabaran : M + 2,25 DS = 10 M + 1,75 DS = 9 M + 1,25 DS = 8 M + 0,75 DS =7 M + 0,25 DS = 6 M – 0,25 DS = 5 M – 0,75 DS = 4 M – 1,25 DS = 3 M – 1,75 DS = 2 M – 2,25 DS = 1 Dengan pedoman penjabaran tersebut di atas, sekarang guru tinggal mentransfer atau mengubah skor mentah yang diperoleh setiap siswa ke dalam nilai 1-10. Dengan penjabaran secara sistematika, dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan menggunakan mean dan DS aktual, yaitu mean dan DS yang diperoleh dari perhitungan skor mentah yang benarbenar dicapai oleh kelompok siswa yang dites siswa tersebut di atas, bagaimana pun hasil tes yang kita peroleh akan menghasilkan nilai di antara 1-10 atau antar 0-10. Dengan kata lain, akan selalu terdapat anak yang memperoleh nilai tinggi dan nilai yang terendah karena

9

dalam penyusun tabel yang menjadi dasar perhitungan menggunakan skor maksimum dan skor minimum yang benar-benar dicapai oleh kelompok siswa yang dites. Dengan demikian, nilai-nilai yang diperoleh siswa masing-masing menunjukkan status kepandaian siswa tersebut dibandingkan dengan teman-teman yang lain di dalam kelompok itu. Kebaikan sistem penskoran seperti inilah bahwa nilai-nilai yang diperoleh siswa benarbenar mencerminkan kapasitas kelompok (disesuaikan dengan kondisi atau tingkat kepandaian kelompok yang bersangkutan). Akan tetapi, kelemahannya ialah bahwa nilainilai yang diperoleh sistem tersebut belum mencerminkan sampai di mana pencapaian scope h=bahwa pelajaran yang diteskan. Oleh karena itu, untuk mengurangi kelemahan ini kita juga menggunakan mean ideal dan DS ideal. Caranya adalah sebagai berikut : Misalnya tes yang dipergunakan untuk ulangan sejarah yang telah kita bicarakan di muka, memiliki skor maksimum ideal = 100 Mean ideal = skor maksimum ideal = DS ideal =

𝑀𝑒𝑎𝑛 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 3

=

50 3

= 16.6

100 2

= 50

Dengan menggunakan mean ideal dan DS ideal , ternyata bahwa hasilnya menjadi berlainan. Siswa yang mendapat nilai 10 adalah siswa yang memperoleh skor mentah 87 ke atas, dan bukan 79 ke atas seperti hasil perhitungan dengan menggunakan mean dan DS aktual. Juga yang mendapat nilai6 adalah siswa yang memperoleh skor 54 sampai dengan 61, dan bukan 49 sampai dengan 56. Perubahan skor mentah menjadi nilai 1-10 dengan menggunakan mean ideal dan DS ideal lebih mudah dan praktis ...


Similar Free PDFs