Makalah Ruang Lingkup Fiqh dan Ushul Fiqh, Sejarah Perkembangan Fiqh, Komponen Hukum Syar'i PDF

Title Makalah Ruang Lingkup Fiqh dan Ushul Fiqh, Sejarah Perkembangan Fiqh, Komponen Hukum Syar'i
Author Asrul Mahfud
Pages 26
File Size 154.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 628
Total Views 674

Summary

MAKALAH FIQH DAN USUL FIQH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqh dan usul fiqh jurusan komunikasi dan penyiaran islam Dosen pembimbing : Dra. Muhsinah Ibrahim M.Ag. Oleh : Asrul Mahfud (160401023) JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN AR-RANIRY 2016 KATA P...


Description

MAKALAH FIQH DAN USUL FIQH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqh dan usul fiqh jurusan komunikasi dan penyiaran islam

Dosen pembimbing : Dra. Muhsinah Ibrahim M.Ag. Oleh : Asrul Mahfud

(160401023)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN AR-RANIRY 2016

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Berkat limpahan rahmat, karunia dan kuasa-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat beserta salam juga disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari alam kebodohan kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis melakukan metode penelaahan melalui studi pustaka dan dari bahan bacaan media lainnya yang bertujuan untuk melengkapi materi atau data-data dalam penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini telah diupayakan semaksimal mungkin, namun disadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaannya dan semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak. AamiinYa Rabbal ’Alamin.

Darussalam, April 2017

Penulis

ii

DAFTAR ISI COVER…………………………………………………………………………….i KATA PENGANTAR……………………………………………………………..ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………....iii BAB I PEMBUKA .................................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3 A. Pengertian fiqh dan usul fiqh........................................................................ 3 B. Ruang Lingkup Fiqh Dan Usul Fiqh ............................................................ 5 C. Sejarah Perkembangan Fiqh Dan Usul Fiqh ................................................ 6 D. Kegunaan Fiqh Dan Usul Fiqh ................................................................... 15 E. Kompponen Hukum Syar’i......................................................................... 15 BAB III PENUTUP ............................................................................................... 20 Kesimpulan ........................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 22

iii

BAB I PEMBUKA

Ilmu Fiqh yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Hadist Nabi, ternyata mampu bertahan dan terus mengetahui kehidupan muslim, baik individu maupun kelompok. Ushul fiqh juga merupakan suatu ilmu yang berisikan tentang kaidah yang menjelaskan cara-cara mengistinbatkan hukum dari dalil-dalilnya. Bahasan tentang kaidah-kaidah kebahasaan ini penting mengingat kedua hukum Islam, yaitu Al-Qur’an dan sunnah berbahasa arab, untuk membimbing mujtahid dalam memahami al-Qur’an dan sunnah sebagai landasan dalam menetapkan hukum tentu perlu mengetahui tentang lafal dan ungkapan yang terdapat pada keduanya. Fiqh telah lahir sejak periode sahabat, yaitu sesudah Nabi saw wafat, sejak saat itu sudah digunakan para sahabat dalam melahirkan fiqh, meskipun ilmu tersebut belum dinamakan ushul fiqh. Perkembangan terakhir dalam penyusunan buku Ushul Fiqh lebih banyak menggabungkan kedua sistem yang dipakai dalam menyusun ushul fiqh, yaitu aliran Syafi’iyyah dan Hanafiyyah. Keadaan seperti ini terus berlangsung dan akan terus pula diberikan jawabannya oleh ilmu fiqh terhadap problem yang muncul sebagai akibat dari perubahan sosial yang disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan umat islam, perkembangan lembaga tidak hanya terjadi sebagai aplikasi ajaran islam, tetapi juga timbul hanya sebagai interaksi umat islam dengan kebudayaan lain. Karena didalam kehidupan bersama diperlukan pranata yang dapat memelihara ketertiban dan ketentraman, termasuk pranata hukumnya. Dalam sebuah penetapan sebuah hukum yang akan diberlakukan secara umum, perlu diketahui dan juga menjadi sangan urgent untuk dapat memahami apa saja unsur-unsur yang harus ada dalam penentuan tersebut. sebut saja salah satunya adalah hukum itu sendiri, pada umumnya setiap orang pasti mengetahui adanya hukum. Akan tetapi tidak menjamin mereka memahami apa makna sesungguhnya dari hukum tersebut. Selain itu masih banyak sekali komponen-komponen yang harus ada dalam penentuan sebuah hukum, khususnya hukum syara’ diantaranya adalah

1

hukum, al-hakim, mahkum fiihi dan mahkum alaihi, serta apa saja dalil-dalil yang dapat dipergunakan. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat membantu untuk dapat memahami komponen-komponen hukum syara’ beserta dalil-dalilnya secara lebih ringkas.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian fiqh dan usul fiqh a. Pengertian Fiqh Pengertian fiqh atau ilmu fiqh sangat berkaitan dengan syariah, karena fiqh itu pada hakikatnya adalah jabaran praktis dari syariah 1. Fiqh secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan potensi akal2. Sedangkan secara terminologi fiqh merupakan bagian dari syari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang terinci. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin mengatakan fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dengan dalil-dalil yang tafsili. Penggunaan kata “syariah” dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa fiqh itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar’I, yaitu sesuatu yang berasal dari kehendak Allah. Kata “amaliah” yang terdapat dalam definisi diatas menjelaskan bahwa fiqh itu hanya menyangkut tindak tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian hal-hal yang bersifat bukan amaliah seperti masalah keimanan atau “aqidah” tidak termasuk dalam lingkungan fiqh dalam uraian ini. penggunaan kata “digali dan ditemukan” mengandung arti bahwa fiqh itu adalah hasil penggalian, penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan tentang hukum. Fiqh itu adalah hasil penemuan mujtahid dalam hal yang tdak dijelaskan oleh nash. Dari penjelasan diatas dapat kita tarik benang merah, bahwa fiqh dan syariah memiliki hubungan yang erat. Semua tindakan manusia di dunia dalam mencapai kehidupan yang baik itu harus tunduk kepada kehendak Allah dan Rasulullah. Kehendak Allah dan Rasul itu sebagian

terdapat

secara

tertulis

dalam

kitab-Nya

yang

disebut syari’ah. Untuk mengetahui semua kehendak-Nya tentang 1 2

Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, ushul fiqh. Hal. 1 Prof. Dr. Rachmat Syafe’I, MA. Ilmu ushul fiqh. Hal. 18

3

amaliah manusia itu, harus ada pemahaman yang mendalam tentang syari’ah, sehingga amaliah syari’ah dapat diterapkan dalam kondisi dan situasi apapun dan bagaimanapun. Hasilnya itu dituangkan dalam ketentuan yang terinci. Ketentuan yang terinci tentang amaliah manusia mukalaf yang diramu dan diformulasikan sebagai hasil pemahaman terhadap syari’ah itu disebut fiqh.3

b. Pengertian Usul Fiqh Kata “ushul” yang merupakan jamak dari kata “ashal” secara etimologi berarti “sesuatu yang dasar bagi yang lainnya”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ushul fiqh itu adalahilmu yang membawa kepada usaha merumuskan hukum syara’ dari dlilnya yang terinci. Atau dalam artian sederhana : kaidah-kaidah yang menjelaskan cara-cara mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalilnya.4 Sebagai contoh

didalam

kitab-kitab

fiqh

terdapat

ungkapan

bahwa

“mengerjakan salat itu hukumnya wajib”. Wajibnya mengerjakan salat itulah yang disebut “hukum syara’.” Tidak pernah tersebut dalam AlQur;an maupun hadis bahwa salat itu hukumnya wajib. Yang ada hanyalah redaksi perintah mengerjakan salat. Ayat Al-Qur’an yang mengandung perintah salat itulah yang dinamakan “Dalil syara’”. Dalam merumuskan kewajiban salat yang terdapat dalam dalil syara’ ada

aturan

yang

harus

menjadi

pegangan.

Kaidah

dalam

menentukannya, umpamanya “setiap perintah itu menunjukkan wajib”. Pengetahuan tentang kaidah merumuskan cara mengeluarkan hukum dari dalil-dalil syara’ tersebut, itulah yang disebut dengan ‘Ilmu Ushul Fiqh”. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan ushul fiqh dan fiqh adalah, jika ushul fiqh itu pedoman yang membatasi dan menjelaskan cara-cara yang harus diikuti seorang fakih dalam usahanya menggali dan mengeluarkan hukum syara’ dari dalilnya.

3

Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, ushul fiqh. Hal. 5

4

Ibid. hal. 41

4

Sedangkan fiqh itu hukum-hukum syara’ yang telah digali dan dirumuskan dari dalil menurut aturan yang sudah ditentukan itu.5

B. Ruang Lingkup Fiqh Dan Usul Fiqh a. Ruang Lingkup Fiqh Ruang lingkup ilmu Fiqh, meliputi berbagai bidang di dalam hukum-hukum syara’, antara lain : 

Ruang lingkup Ibadat, ialah cara-cara menjalankan tata cara peribadatan kepada Allah SWT.



Ruang lingkup Mu’amalat, ialah tata tertib hukum dan peraturan hubungan antar manusia sesamanya.



Ruang lingkup Munakahat, ialah hukum-hukum kekeluargaan dalam hukum nikah dan akibat-akibat hukumnya.



Ruang lingkup Jinayat, ialah tindak pelanggaran atau penyimpangan dari aturan hukum Islam sebagai tindak pidana kejahatan yang dapat menimbulkan bahaya bagi pribadi, keluarga, masyarakat, dan Negara.

b. Ruang Lingkup Usul Fiqh Berdasarkan kepada beberapa definisi di atas, terutama definisi yang dikemukakan oleh al Baidhawi dalam kitab Nihayah al-Sul, yang menjadi ruang lingkup kajian (maudhu’). Ushul fiqh, secara global adalah sebagai berikut:6 

Sumber dan dalil hukum dengan berbagai permasalahannya.



Bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut.



Metode atau cara penggalian hukum dari sumber dan dalilnya.



Syarat – syarat orang yang berwenang melakukan istinbat (mujtahid ) dengan berbagai permasalahannya.

5 6

Ibid.. Hal. 42 Ade Dedi rohayana, ilmu Ushul fiqih (pekalongan: STAIN Press, 2006) hal.10

5

Menurut Al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa ( tanpa tahun, 1 : 8 ) ruang lingkup kajian Ushul fiqh ada 4, yaitu:7 

Hukum-hukum syara’, karena hukum syara’ adalah tsamarah (buah / hasil ) yang dicari oleh ushul fiqh.



Dalil-dalil hukum syara’, seperti al-kitab, sunnah dan ijma’, karena semuanya ini adalah mutsmir (pohon).



Sisi penunjukkan dalil-dalil (wujuh dalalah al-adillah), karena ini adalah thariq al-istitsmar (jalan / proses pembuahan). Penunjukkan dalil-dalil ini ada 4, yaitu dalalah bil manthuq (tersurat), dalalah bil mafhum (tersirat), dalalah bil dharurat (kemadharatan), dan dalalah bil ma’na al-ma’qul (makna rasional).



Mustamtsir (yang membuahkan) yaitu mujtahid yang menetapkan hukum berdasarkan dugaan kuatnya (zhan). Lawan mujtahid adalah muqallid yang wajib mengikuti mujtahid, sehingga harus menyebutkan syarat-syarat muqallid dan mujtahid serta sifat-sifat keduanya.

C. Sejarah Perkembangan Fiqh Dan Usul Fiqh a. Sejarah Fiqh Para ahli membagi sejarah perkembangan ilmu fiqih kepada beberapa periode yaitu : 1. Periode pertumbuhan Periode ini berlangsung selama 20 tahun beberapa bulan yang dibagi kepada 2 masa: 8 Pertama, ketika nabi masih ada di mekkah melakukan dakwah perorangan secara sembunyi-sembunyi dengan memberi penekanan kepada aspek tauhid. Kemudian diikuti dengan dakwah terbuka. Masa itu berlangsung kurang lebih 13 tahun dan sedikit ayat ayat hukum yang di turunkan.

7 8

Ibid,hal.11 Prof..Dr.H. Aliddin Koto, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqh, hal 14

6

Kedua, sejak nabi hijrah ke Madinah (16 juli 622m). pada masa ini terbentuklah Negara islam yang dengan sendirinya memerlukan seperangkat aturan hukum untuk mengatur system masyarakat islam madinah. Sejak masa ini berangsur angsur ayat yang

berisi

hukum

turun,

baik

karena

suatu

peristiwa

kemasyarakatan ataupun adanya pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat, atau wahyu yang di turunkan tanpa sebab. Pada masa ini fiqih lebih bersifat praktis dan realis, artinya kaum muslimin mencari hukum dari peristiwa yang betul betul terjadi.

2. Periode sahabat Periode ini bermula dari tahun 11 H (sejak nabi wafat) sampai abad pertama hijriyah (kurang lebih 101 H) Pada periode ini kaum muslimin telah memiliki rujukan hukum syariat yang sempurna berupa Al Quran dan Hadist rasul. Tetapi tidak semua orang memahami materi atau kaidah hukum yang terdapat pada kedua sumber tersebut. Karena : 9 

Karena tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama maupun karena masa atau pergaulan mereka yang tidak begitu dekat dengan nabi.



Karena belum tersebar luasnya materi atau teori teori hukum di kalangan kaum muslimin akibat perluasan daerah.



Banyaknya peristiwa baru yang belum pernah terjadi pada masa Rasulullah saw yang ketentuan hukum nya tidak di temukan dalam nash syariat. Oleh sebab inilah sumber hukum pada masa sahabat ini

bertambah dengan ijtihad sahabat untuk menentukan hukum suatu peristiwa yang tidak ada ketentuan hukumnya dalam Al Quran dan Hadist. 9

Ibid. hal. 15

7

Dalam melakukan ijtihad terdapat perbedaan perbedaan pendapat di kalangan sahabat karena : 10 

Kebanyakan ayat Al Quran dan Hadist bersifat zhanny dari sudut pengertiannya.



Belum termodofikasinya hadis nabi yang dapat dipedomani secara utuh dan menyeluruh.



Lingkungan dan kondisi daerah yang dialami, persoalan yang di alami dan di hadapi sahabat itu berbeda beda.

3. Periode Kesempurnaan Perode ini disebut juga sebagai periode pembinaan dan pembukuan hukum islam. Pada masa ini fiqih islam mengalami kemajuan yang pesat sekali. Penulisan dan pembukuan hukum islam dilakukan dengan intensif, baik berupa penulisan hadisthadist nabi, fatwa para sahabat dan tabi’in, tafsir Al Quran, kumpulan pendapat imam-imam fiqih, dan penyusunan ilmu ushul fiqih. Di antara faktor yang menyebabkan pesatnya gerakan ijtihad pada masa ini adalah karena meluasnya daerah kekuasaaan islam, mulai dari perbatasan Tiongkok di sebelah timur sampai ke Andalusia(spanyol) sebelah barat. Kondisi ini yang menyebabkan lahirnya pemikir-pemikir besar dengan berbagai karya besarnya11, seperti Imam Abu Hanifiah dengan salah seorang muridnya yang terkenal Abu Yusuf(Penyusun kitab ilmu ushul fiqh yang pertama), Imam Malik dengan kitab al-Muwatha’, Imam Syafi’i dengan kitabnya al-Umm atau al-Risalat, Imam Ahmad dengan kitabnya Musnad, dan beberapa nama lainnya beserta karya tulis dan murid-muridnya masing-masing.

10 11

Ibid. hal. 16 Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fikih, hal.6

8

Diantara faktor lain yang sangat menentukan pesatnya perkembangan ilmu fiqh khususnya atau ilmu pengetahuan umumnya, pada periode ini adalah sebagai berikut: 12 

Adanya perhatian pemerintah (khalifah) yang besar tehadap ilmu fiqh khususnya.



Adanya kebebasan berpendapat dan berkembangnya diskusidiskusi ilmiah diantara para ulama.



Telah terkodifikasinya referensi-referensi utama, seperti AlQur’an (pada masa khalifah

rasyidin), hadist (pada masa

Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz), Tafsir dan Ilmu tafsir pada abad pertama hijriah, yang dirintis Ibnu Abbas (wafat 68H) dan muridnya Mujahid(wafat 104H) dan kitab-kitab lainnya. 4. Periode Kemunduran Pada periode ini, pemerintah Bani Abbasiyah akibat berbagai konflik politik dan berbagai faktor sosiologis lainnya dalam keadaan lemah. Banyak daerah melepaskan diri dari kekuasaanya. Pada umumnya ulama pada masa itu sudah lemah kemauannya untuk mencapai tingkat mujtahid mutlak sebagaimana dilakukan oleh para pendahulu mereka pada periode kejayaan. Periode Negara yang berada dalam konflik, tegang dan lain sebagainya itu ternyata sangat berpengaruh kepada kegairahan ulama yang mengakji ajaran Islam langsung dari sumber aslinya Al-Qur’an dan hadist. Mereka puas hanya dengan mengikuti pendapat-pendapat yang telah ada, dan meningkatkan diri kepada pendapat tersebut ke dalam mazhab-mahzhab fiqhiyah. Sikap seperti inilah kemudian mengantarakan umat islam terperangkap kedalam pkikiran yang jumud dan statis.13

12 13

Prof..Dr.H. Aliddin Koto, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqh, hal 18 Ibid. hal. 21

9

Beberapa faktor yang mendorong lahirnya sikap taklid dan kemuduran adalah : 14 

Efek samping dari pembukuan fiqih pada masa sebelumnya Dengan adanya kitab-kitab fiqih yang di tulis oleh ulama-ulama sebelumya, baik itu persoalan yang benar-benar telah terjadi atau yang diprediksikan akan terjadi memudahkan umat islam pada masa ini untuk merujuk semua persoalan hukumnya kepada kitab-kitab yang ada itu. Ketergantungan seperti ini mematikan kreativitas, menumbuhkan sifat malas dan hanya mencari yang mudah-mudah.



Fanatisme mahab yang sempit Setiap golongan pada masa ini sibuk mencari dalil untuk menguatkan mazhabnya saja, berupaya menangkis setiap serangan yang datang dari pihak lain dan berupaya membahas serangan tersebut dengan kelemahan tersendiri. Akibatnya , mereka tenggelam dalam suasana chauvinisme yang tinggi, jauh dari sikap rasionalits ilmiah dn berpaling dari sumber hukum islam yang sebenarnya yaitu Al Quran dan Hiadist.



Pengangkatan hakim-hakim muqallid Pada masa ini para penguasa mengangkat para hakim dari orang-orang yang bertaklid, bukan para ulama mujtahid seperti yang diangkat oleh penguasa-penguasa terdahulu. Sehingga kehidupan taklid pada masa ini semakin subur.

5. Periode Kebangkitan kembali Pada periode ini umat islam menyadari kemunduran dan kelemahan mereka sudah berlangsung semakin lama itu. Ahli sejarah mencatat bahwa kesadaran itu terutama sekali muncul ketika Napoleon Bonaparte menduduki Mesir pada tahun 1789 M. Kejatuhan mesir ini menginsafkan umat Islam betapa lemahnya mereka dan betapa di Dunia Barat telah timbul peradaban baru 14

Ibid. hal. 23

10

yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Dunia Islam. Para raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir bagaimana meningkatakan mutu dan kekuatan umat islam kembali. Dari sinilah kemudian muncul gagasan dan gerakan pembaharuan dalam islam, baik dibidang pendidikan, ekonomi, militer, sosial, dan gerakan intelektual lainnya. Gerakan pembaharuan ini cukup berpengaruh pula terhadap perkembangan fiqih. Banyak di antara pembaharuan itu juga adalah ulama-ulama yang berperan dalam perkembangan fiqih itu sendiri. Mereka berseru agar umat islam meninggalkan taklid dan kembali kepada Al-Qur’an dan hadist-mengikuti jejak para ulamadi masa sahabat dan tabi’in terdahulu. Mereka inilah disebut golongan salaf seperti Muhammad Abdul Wahab di Saudi Arabia, Muhammad AlSanusi di Libya dan Maroko, Jamal Al-Din Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad asyid Rida, dimesir, dan lain sebagainya.15 b. Sejarah Usul Fiqh Secara garis besar perkembangan Ushul Fiqh melalui 3 periode yaitu: 1. Zaman Rasulullah Di zaman Rasulullah SAW sumber hukum Islam hanya dua, yaitu Al-Quran dan Assunnah. Apabila suatu kasus terjadi, Nabi SAW menunggu turunnya wahyu yang menjelaskan hukum kasus tersebut. Apabila wahyu tidak turun, maka Rauslullah SAW menetapkan hukum kasus tersebut melalui sabdanya, yang kemudian dikenal dengan hadits atau sunnah. Pada masa Nabi...


Similar Free PDFs