makalah syarh arba'in ke-10 PDF

Title makalah syarh arba'in ke-10
Author Atiyatul Hikmah
Pages 11
File Size 613.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 161
Total Views 411

Summary

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SYARH HADITS ARBAIN KE – 10 MAKANLAH DARI REZEKI YANG HALAL Disusun Oleh : Atiyatul Hikmah M12.01.0014 Erwin Reni Fitriani M12.01.0019 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA 2014 1 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah ّ‫ تعالى ّ س...


Description

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SYARH HADITS ARBAIN KE – 10 MAKANLAH DARI REZEKI YANG HALAL

Disusun Oleh : Atiyatul Hikmah M12.01.0014 Erwin Reni Fitriani M12.01.0019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI YOGYAKARTA 2014

1

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah ّ‫ تعالى ّ سثحا‬yang dengan nikmat-Nya berbagai kebaikan menjadi sempurna. Alhamdulillah wa subhanallah. Kita memuji-Nya seberat timbangan Arsy-Nya. Maha suci Allah sesuai dengan keridhaanNya. Maha suci Allah sebanyak tinta yang menulis kalimat-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,keluarganya,para sahabatnya,serta seluruh pengikutnya hingga yaumil akhir. Tak lupa ucapan terimakasih saya kepada berbagai pihak yang telah memberi dukungan moriil maupun materil dalam pembuatan makalah ini, semoga Allah membalas kebaikan mereka di dunia dan diakhirat. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang bertema “SYARH HADITS ARBA‟IN KE-10” sebagai salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam di STIKes Madani Yogyakarta. Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan, meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis telah mencurahkan segala kemampuan , namun penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan penulis. Melalui makalah ini, penulis berharap adanya manfaat yang besar bagi penulis serta pembaca agar dapat memahami pondasi dienul islam dengan thayyib dan mampu mempraktekkannya dengan ihsan. Demikian makalah ini kami sampaikan, semoga saran dan kritik yang membangun dapat mengembangkan karya ini menjadi jauh lebih baik di kemudian hari.Aamiin

Bantul,7 Desember 2014

Penulis

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................... ............................................... 1 KATAPENGANTAR ......................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................................................4 B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4 C. Tujuan ......................................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian .............................................................................................................. 5 B. Kosa Kata ............................................................................................................... 5 C. Penjelasan hadits .................................................................................................... 6 D. Kandungan hadits ................................................................................................... 9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................................................10 B. Saran ........................................................................................................................ 10 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Hadits Arba‟in Nawawiyah adalah kumpulan 40 hadits Nabi saw yang dikumpulkan oleh Imam Nawawi ra. dan merupakan kitab yang tidak asing bagi kita umat Islam, bukan hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Umat Islam mengenalnya dan akrab dengannya, karena banyak dibahas oleh para ulama dan menjadi rujukan dalam menyebarkan ajaran Islam kepada kaum muslimin berkaitan dengan kehidupan beragama, ibadah, muamalah dan syariah. Adapun manfaat mempelajari hadits sangatlah banyak , baik itu hadits yang shohih ataupun hadits dho‟if karena dengan membaca hadits yang dho‟if kita bisa membandingkan atau menela‟ah lebih dalam mengenai hadits – hadits shohih yang lain. Dengan mempelajari hadits arba‟in ini dapat mengetahui ilmu – ilmu yang belum ada di dalam al- qur‟an seperti adab – adab ataupun tata cara sholat dll . Pembahasan hadits ke -10 ini merupakan penjelasan dari makanlah dari rezeki yang halal dimana dengan adanya penjelasan syarah hadits ke 10 ini diharapkan pembaca dapat mengerti makanan yang halal baik menurut al – qur‟an ataupun hadits.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang disebut dengan makanan yang halal dan thoyyib ? 2. Bagaimana makanan tersebut bisa disebut khobits ? 3. Apa akibat dari memakan makanan yang khobits ? 4. Apa sebab – sebab tidak terkabulnya do‟a seseorang ?

C. TUJUAN 1. Mahasiswa mengerti pengertian dari makanan yang halal dan thoyyib 2. Mahasiswa mengetahui pengertian dari makanan khobits 3. Mahasiswa mengerti akibat dari memakan makanan yang tidak halal dan thoyyib 4. Mahasiswa mengetahui sebab – sebab tidak terkabulnya do‟a seseorang

4

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

‫ قال زسْل هللا صلى هللا علٍَ ّسلن “ إى هللا تعالى طٍة ال ٌقثل‬: ‫عي أتً ُسٌسج –زضً هللا عٌَ – قال‬ َ‫س ُل ُكلُْا ِهي‬ ُ ‫الس‬ ُّ ‫فقال تعالى ” ٌَا أٌَُّ َِا‬.. ‫ّاى هللا أهس الوؤهٌٍي توا أهس تِالوسسلٍي‬، ‫إال طٍثا‬ َّ َ ‫… ّقال هللا تعالى ٌَا أٌَُّ َِا الَّرٌِيَ آ َهٌُْا ُكلُْا ِه ْي‬15/ ‫صا ِل ًحا… ” الوؤهٌْى‬ ‫خ َها‬ ِ ‫ط ٍِّثَا‬ ِ ‫الط ٍِّثَا‬ َ ‫خ َّا ْع َولُْا‬ ، ‫ … ثن ذكس زجل ٌطٍل السفس أشعث اغثس ٌود ٌدٍ إلى السواء ٌا زب ٌا زب‬571/‫َزشَ ْقٌَا ُكن …” الثقسج‬ َ‫ّهطعوَ حسام ّهشستَ حسام ّهلثسح حسام ّغري تالحسام فئًى ٌستجاب ل‬ Dari Abu Hurairah radhiallahu „anh, ia berkata : “Telah bersabda Rasululloh : “ Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rasul, maka Allah telah berfirman: Wahai para Rasul, makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.‟ Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo‟a: “Wahai Tuhan, wahai Tuhan” , sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana orang seperti ini dikabulkan do‟anya”.

B. KOSA KATA Baik ( bersih dari segala kekurangan ) :

‫طٍة‬

Segala sesuatu yang baik :

َّ ‫الط ٍِّ َثاخ‬

Berambut kusut :

‫أشعث‬

Berdebu

:

‫اغثس‬

Menengadahkan tangannya

:

ٍ‫ٌود ٌد‬

Dikenyangkan

:

‫غري‬

Terkabulkan

:

َ‫ٌستجاب ل‬ 5

C. PENJELASAN SYARH Kata “thayyib (baik)” berkenaan dengan sifat Allah maksudnya ialah bersih dari segala kekurangan. Hadits ini merupakan salah satu dasar dan landasan pembinaan hukum Islam. Hadits ini berisi anjuran membelanjakan sebagian dari harta yang halal dan melarang membelanjakan harta yang haram. Makanan, minuman, pakaian dan sebagainya hendaknya benar-benar yang halal tanpa bercampur yang syubhat. Orang yang ingin memohon kepada Allah hendaklah memperhatikan persyaratan yang tersebut pada Hadits ini. Hadits ini juga menyatakan bahwa seseorang yang membelanjakan hartanya dalam kebaikan berarti ia telah membersihkan dan menumbuhkan hartanya.makanan yang enak tetapi tidak halal menjadi malapetaka bagi yang memakannya dan Allah tidak akan menerima amal kebajikannya. Termasuk di antara keluasan dan kemudahan dalam syari‟at Islam, Allah -Subhanahu wa Ta‟ala- menghalalkan semua makanan [1] yang mengandung maslahat dan manfaat, baik yang

kembalinya

kepada

ruh

maupun

jasad,

baik

kepada

individu

maupun

masyarakat. Demikian pula sebaliknya Allah mengharamkan semua makanan yang memudhorotkan atau yang mudhorotnya lebih besar daripada manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan -setelah hidayah dari Allahdengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan berubah menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan jasadnya. Karenanya Nabi -Shallallahu „alaihi wasallam- pernah bersabda:

‫ار أًَْ لَى لَو‬ ُ َّ‫أَيُّ َوا لَ ْح ٍن نَبَتَ ِهنَ ْال َح َر ِام فَالن‬ “Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas untuknya”. 1. Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis: a. Ada yang diharamkan karena dzatnya. Asal dari makanan tersebut memang sudah haram, seperti: bangkai, darah, babi, anjing, khamar, dan selainnya. b. Ada yang diharamkan karena suatu sebab yang tidak berhubungan dengan dzatnya.

6

Asal makanannya adalah halal, akan tetapi dia menjadi haram karena adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan tersebut. Misalnya: makanan dari hasil mencuri, upah perzinahan, sesajen perdukunan, makanan yang disuguhkan dalam acara-acara yang bid‟ah, dan lain sebagainya. 2. Faidah a. Makna makanan yang najis adalah jelas, adapun makanan yang ternajisi, contohnya adalah mentega yang kejatuhan tikus. Hukumnya sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Maimunah -radhiallahu „anha- bahwa Nabi -Shallallahu „alaihi wasallamditanya tentang lemak yang kejatuhan tikus, maka beliau bersabda:

ْ َ‫ ًَ َها حٌَْ لَ َيا ف‬,‫أ ُ ْلقٌُْ َىا‬ ‫س َونَ ُكن‬ َ ‫ ًَ ُكلٌُْ ا‬،ُ‫اط َرحٌُْ ه‬ “Buanglah tikusnya dan buang juga lemak yang berada di sekitarnya lalu makanlah lemak kalian”. (HR. Al-Bukhary) Jadi jika yang kejatuhan najis adalah makanan padat, maka cara membersihkannya adalah dengan membuang najisnya dan makanan yang ada di sekitarnya, adapun sisanya boleh untuk dimakan. Akan tetapi jika yang kejatuhan najis adalah makanan yang berupa cairan, maka hukumnya dirinci; jika najis ini merubah salah satu dari tiga sifatnya (bau, rasa, dan warna) maka makanannya dihukumi najis sehingga tidak boleh dikonsumsi, demikian pula sebaliknya. b. Makanan yang jelek (arab: khobits) ada dua jenis; yang jelek karena dzatnya -seperti: darah, bangkai, dan babi- dan yang jelek karena salah dalam memperolehnya -seperti: hasil riba dan perjudian-. Lihat Majmu‟ Al-Fatawa (20/334). c.

Adapun ukuran kapan suatu makanan dianggap thoyyib (baik) atau khobits (jelek), maka hal ini dikembalikan kepada syari‟at. Maka apa-apa yang dihalalkan oleh syari‟at maka dia adalah thoyyib dan apa-apa yang diharamkan oleh syari‟at maka dia adalah khabits, ini adalah madzhab Malikiyah dan yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Kalimat “kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang

melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu”, maksudnya ialah menempuh perjalanan jauh untuk melaksanakan kebaikan seperti haji, jihad, dan perbuatan baik lainnya. Amal kebajikan tersebut tidak akan diterima oleh Allah bila yang bersangkutan makan, minum dan berpakaian dari hasil yang haram. 7

Kalimat “menengadahkan kedua tangannya” maksudnya berdo‟a kepada Allah memohon sesuatu, namun dia tetap berbuat dosa dan melanggar aturan agama. Kalimat “makanannya haram…, maka bagaimana orang seperti ini dikabulkan do‟anya”, maksudnya bagaimana orang yang perbuatannya semacam itu akan dikabulkan do‟anya, karena dia bukanlah orang yang layak dikabulkan do‟anya. Akan tetapi walaupun demikian, boleh saja Allah mengabulkannya sebagai tanda kemurahan, kasih sayang dan pemberian karunia. Diantara Sebab terkabulnya do‟a : a. Perjalanan jauh. Abu Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga doa yang pasti dikabulkan: doa orang yang didhalimi, doa musafir dan doa orang tua terhadap anaknya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi) b. Baju yang kusut dan kondisi tubuh yang sangat lelah. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa orang yang kondisinya seperti ini [karena lelah atau pun kemiskinan] andai dia berdoa tentulah Allah akan mengabulkan. Diriwayatkan pula bahwa ketika melakukan shalat istisqa‟ Rasulullah saw. menggunakan pakaian yang lusuh dan bersikap rendah hati. c. Menengadahkan kedua tangan. Di samping penyebab dikabulkannya doa, mengangkat tangan juga merupakan adab dalam bedoa. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Pemalu dan Pemurah. Ia malu untuk tidak mengabulkan permohonan hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya dalam berdoa.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi) d. Betul-betul berharap kepada Allah. Ini merupakan penyebab terbesar dikabulkannya doa. Pengharapan yang besar tersebut diwujudkan dengan mengulangi penyebutan Rububiyah Allah swt. Al-Bazzar meriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika seorang hamba berkata, “Ya Rab, empat kali, niscaya Allah berfirman: “Kupenuhi panggilanmu wahai hamba-Ku, mintalah sesuatu niscaya akan Aku beri.”

8

3. Penghalang doa Dalam hadits di atas disebutkan bahwa yang menyebabkan doa tidak dikabulkan adalah selalu menggunakan barang haram, baik makanan, minuman maupun pakaiannya.

D. KANDUNGAN HADITS 1. Yang baik dan diterima : Allah tidak akan menerima harta benda yang diinfakkan, dishadaqahkan atau dizakatkan kecuali yang baik dan halal. 2. tata cara agar amal menjadi baik dan diterima. 3. Tidak diterimanya sebuah amalan 4. Membersihkan harta dari barang haram. 5. Sebab dikabulkannya doa. 6. Penghalang doa 7. Doa adalah inti dari ibadah. 8. mendorong untuk berinfaq dengan harta yang halal, dan melarang untuk berinfaq dengan harta yang tidak halal. 9. Barangsiapa yang menghendaki doanya dikabulkan maka harus senantiasa memperhatikan yang halal, baik makanan maupun pakaiannya. 10. Allah akan menerima dan memberkahi infak dari harta yang baik

9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Sesungguhnya Allah maha Baik dan menyukai sesuatu yang baik maka makanlah sesuatu yang baik. Makanan dan pakaian yang syubhat dapat menjadi penghalang terkabulnya do‟a seorang hamba.

B. SARAN Penulis menyarankan supaya pembaca dapat memahami atas segala sesuatu yang telah kami sampaikan dalam makalah ini. Sehingga kita dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari – hari.

10

DAFTAR PUSTAKA Al-Ath‟imah wa Ahkamis Shoyd wadz Dzaba`ih, karya Syaikh Al-Fauzan, cet. I th. 1408 H/1988 M, penerbit: Maktabah Al-Ma‟arif Ar-Riyadh.

Ibnu Daqiq. 2001. Edisi syarah hadits arba‟in imam nawawi. Media hidayah. Yogyakarta.

11...


Similar Free PDFs