MAKNA KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PDF

Title MAKNA KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
Author August Caesar
Pages 8
File Size 168.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 68
Total Views 185

Summary

PERBEDAAN MAKNA KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DANmemasuki PEREMPUANlingkungan baru mahasiswa perantau akan merasa kurang memiliki Agus Sulistiawan, Nina Zulida Situmorang,kelompok Desi Ariska,dan tidak Miftah Hanifjarang mahasiswa Muslimah perantau akan merasakan Magister Psikologi, Universit...


Description

PERBEDAAN MAKNA KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA lingkungan baru mahasiswa LAKI-LAKI DANmemasuki PEREMPUAN perantau akan merasa kurang memiliki Agus Sulistiawan, Nina Zulida Situmorang,kelompok Desi Ariska,dan Miftah Hanifjarang Muslimah tidak mahasiswa

perantau

akan

merasakan

Magister Psikologi, Universitas Ahmad Dahlan dari lingkungan baru. ketidaknyamanan Jalan Pramuka No. 42, Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta Perbedaan-perbedaan dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta 55161 tersebut dapat menyebabkan [email protected],baru [email protected]

mahasiswa

mengalami

culture

shock.

Abstract Culture shock menggambarkan keadaan

emosi negatif dan reaksi pasif dari individu

Happiness is a human needs, happiness is a concept that refers to positive emotions when humans are at the dengan peak of piety as a valuable manifestation of rememberingyang Allah ditandai SWT. But many peopleperasaan are taking cemas, the wrong menolak dan tidak mampu menghadapi path. Some people think that happiness is by owning a luxury car, owning a real estate house, being able to take a tour abroad, etc. This research is a qualitative study inlingkungan which the subjects in this study are maleberbeda and female dengan budaya yang students in Yogyakarta using Indigenous Psychology review . The2006). results of this study can be no difference (Oberg, between the meaning of happiness between male and female students. Culture shock adalah sikap Keywords: Meaning of Happiness, Students, Men, Women memusuhi lingkungan baru, adanya rasa

penolakan dan menarik diri dari lingkungan baru, gangguan lambung dan Abstrak sakit kepala, kehilangan arah dan tujuan, Kebahagiaan merupakan kebutuhan asasi umat manusia. kebahagiaan adalah konsep yang mengacu pada emosi merasa kehilangan status dan pengaruh, positif saat manusia berada dalam satu puncak ketakwaandan sebagai manifestasi berharga dari mengingat Allah perasaan homesickness. Homesickness SWT. Namun banyak orang yang menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian menyangka bahwa merupakan perasaan distress yang kebahagiaan adalah dengan memiliki mobil mewah, memiliki rumah real estate, dapat melakukan tur wisata ke disebabkan karena individu berada jauh luar negeri, dan lain sebagainya Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana subjek dalam penelitian ini dari rumah dan daerah asalnya (Thurber & adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan di Yogyakarta dengan menggunakan tinjauan Indigenous Walton, 2012). Seseorang yang merasakan Psychology. Hasil penelitian ini dapat tidak ada perbedaan makna kebahagiaan antara mahasiswa laki-laki dan homesickness akan mengalami stres perempuan. akulturatif yang ditandai dengan perasaan cemas, kesepian, tidak nyaman dan Kata kunci : Makna Kebahagiaan, Mahasiswa, Laki-laki, Perempuan

menolak kondisi pada lingkungan baru, serta cenderung ingin kembali ke daerah asal (Nejad, Pak & Zarghar, 2013). Dari tanda-tanda yang disebutkan tadi sesorang akan merasakan kabahagiaan yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Kata “kebahagiaan” memilik makna yang beragam, seringkali orang menyamakan arti kebahagiaan (happiness) dengan baik (the good) atau hidup yang bagus (the good life) (Eddington & Shuman, 2005). Selain itu beberapa penelitian psikologi juga menyamakan istilah happiness dengan subjective well being. Namun pendapat lain menyatakan bahwa subjective well being merupakan konsep yang lebih luas dan menyeluruh yang meliputi kebahagiaan (Anggoro &

Pendahuluan Mahasiswa merupakan peserta didik yang belajar di perguruan tinggi yang diharapkan dapat memperbaiki masa depan bangsa sehingga banyak mahasiswa yang ingin mendapatkan pendidikan dengan fasilitas yang terbaik. Oleh karena itu, banyak mahasiswa rela meninggalkan keluarganya untuk mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi yang lebih baik di daerah lain. Ketika memasuki suatu lingkungan yang baru, seseorang akan merasakan berbagai masalah terutama yang disebabkan oleh perbedaan bahasa dan perbedaan budaya seperti makanan, humor, dan adat istiadat di lingkungan baru (Thurber & Walton, 2012). Menurut Thurber dan Walton (2012), ketika 1

keturunan kepada keluarganya. Sedangnkan hasil wawancara kepada subjek U mengatakan mendapatkan keluarga yang menyayanginya sudah menjadi rasa bahagia yang amat sangat tinggi, selain itu selalu diberi kesehatan juga menjadi bagian dari kebahagiannya. Sedangkan Subjek E adalah laki-laki mengatakan keluarga menjadi sumber kebahagiaan dikarenakan kebahagian dirinya adalah kebahagiaan keluarga. Terdapat tiga aspek kebahagiaan menurut Seligman (2005) Pertama, masa lalu berkaitan dengan emosi positif yang mencakup perasaan puas, bangga dan tenang. Kedua, masa sekarang berkaitan dengan emosi positif yang mencakup kenikmatan dan gratifikasi, kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen indrawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat. Gratifikasi adalah kegiatan yang sangat disukai individu namun tidak harus disertai dengan perasaan dasar. Ketiga, masa depan berkaitan dengan emosi positif yang mencakup perasaan optimisme, harapan, kepercayaan, keyakinan, dan kepercayaan diri. Selain itu Seligman (2005) menyebutkan ada dua faktor yang memengaruhi kebahagiaan yaitu, faktor eksternal yang berasal dari lingkungan (uang, pernikahan, kehidupan sosial, emosi positif, usia, agama, kesehatan, pendidikan, iklim, ras dan gender) dan faktor internal seperti masa lalu, Gratitute (Bersyukur), optimisme terhadap masa depan, dan kebahagiaan pada masa sekarang. Salah satu faktor kepuasan terhadap masa lalu yang merupakan faktor internal adalah forgiveness Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan kebahagiaan adalah konsep yang mengacu pada emosi positif saat manusia berada dalam satu puncak ketakwaan sebagai manifestasi berharga dari mengingat Allah SWT. Kebahagiaan merupakan hal yang penting dan ada dalam diri setiap orang,

Widhiarsho, 2010). Seligman (2005) mengartikan kebahagiaan sebagai konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas positif yang tidak memiliki komponen perasaan negatif. Setiap orang pasti menginginkan hidup bahagia. Namun banyak orang yang menempuh jalan yang salah dan keliru. Sebagian menyangka bahwa kebahagiaan adalah dengan memiliki mobil mewah, memiliki rumah real estate, dapat melakukan tur wisata ke luar negeri, dan lain sebagainya. Mereka menyangka bahwa inilah yang dinamakan hidup bahagia. Namun apakah betul seperti itu. Kebahagiaan merupakan kebutuhan asasi umat manusia. Banyak persepsi soal kebahagian. Sebagiannya sangat berorientasi pada duniawi. Sebagiannya ukhrawi, tak sedikit bahkan nihil orientasi. Dalam tradisi Islam, kebahagiaan pada dasarnya merujuk pada salah satu kata dalam bahasa Arab yang disebut sa’adah. Sa’adah adalah kata bentukan dari suku kata sa’ada, yang berarti bahagia (AlGhazali, 1995). Definisi bahagia, dalam tradisi ilmu tasawuf, seperti yang disampaikan Imam Al-Ghazali (2009), dalam karyanya yang monumental Ihya Ulumiddin, merupakan sebuah kondisi spiritual, saat manusia berada dalam satu puncak ketakwaan. Bahagia merupakan kenikmatan dari Allah SWT. Kebahagiaan itu adalah manifestasi berharga dari mengingat Allah. Menurut tokoh bergelar Hujjatul Islam ini, puncak kebahagiaan manusia adalah jika ia berhasil mencapai tahap makrifat, telah mengenal Allah SWT. Ketahuilah, katanya, kebahagiaan datang bila kita merasakan nikmat dan kesenangan(Al-Ghazali, 1995). Wawancara yang telah dilakukan kepada tiga subjek yang terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki. Hasil wawancara dengan Subjek T mengatakan bahwa makna kebahagiannya adalah dapat memiliki keturunan dalam hidupnya, dikarenakan sebagai seorang perempuan sudah sepantasnya dapat memberikan 2

tidak terkecuali mahasiswa. Mahasiswa termasuk dalam usia remaja dalam tahap akhir dan menginjak usia dewasa. Banyak hal yang dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan pada mahasiswa, salah satunya adalah beban tugas yang banyak (Bestari, 2015). Telah banyak penelitian yang dilakukan berkaitan dengan kebahagiaan, akan tetapi penelitian tentang kebahagiaan itu penting untuk dilakukan karena kebahagiaan merupakan pengharapan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap orang. Berdasarkan hal tersebut, makalah ini mencoba mengkaji tentang perbedaan makna kebahagiaan, yang dibedakan berdasarkan gender. Walaupun telah banyak diketahui bahwa ada perbedaan yang mendasar antara pria dan wanita, namun keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan bahwa mereka merasa "sangat senang" dan "puas" terhadap hidup mereka (Myers, 1999)

menggunakan pengambilan sampel acak sederhana atau disebut juga Simple Random Sampling yaitu teknik penarikan sampel menggunakan cara ini memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif (Margono, 2004). Teknik Analisis yang digunakan berupa kategorisasi, dimana hasil dari kuesioner yang telah diisi dikategorisasikan berdasarkan persamaan makna sehingga di peroleh beberapa indikator tentang makna kebahagiaan. Data dituang di dalam tabel yang sudah dikelompokkan kemudian dibandingkan hasil dari laki-laki dan perempuan. Hasil dan Pembahasan

Metode Penelitian Untuk mendapatkan gambaran mengenai peristiwa yang membuat mahasiswa merasa paling bahagia, maka kepada responden diberikan pertanyaan terbuka sebagai berikut : “Apa makna kebahagiaan dan alasannya, Jawaban responden terhadap pertanyaan ini sangat bervariasi namun di kelompokkan dan dikategorisasikan berdasarkan persamaan makna. Hasil persamaan makna tertuang di dalam 8 indikator yang telah disusun oleh peneliti. Hal ini terlihat dari kategori besar jawaban responden yang ditampilkan pada tabel Jika mengacu dari jumlah responden seharusnya jumlah jawaban yang harusnya di terima oleh peneliti berjumlah 750 kata yang dijadikan indikator, namun ada beberapa mahasiswa yang tidak dapat mengungkapkan makna kebahagiaan tersebut. Jumlah data yang hilang berjumlah 53 kata untuk subjek laki-laki dan 13 kata untuk subjek perempuan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan di Yogyakarta. Jumlah responden penelitian seluruhnya berjumlah 150 orang, terdiri dari 74 laki-laki dan 76 perempuan. Data mengenai peristiwa yang membuat paling bahagia pada individu dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terbuka atau open ended questionnaires yang merupakan hasil adaptasi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Kim (2009). Kuesioner tersebut merupakan salah satu instrumen dari metode Indigenous Psychology yang digunakan untuk mempelajari perilaku sesuai dengan konteks budaya lokal (Kim & Berry, 1993). Pertanyaan yang diajukan adalah untuk mengungkap mengenai peristiwa yang membuat remaja merasa paling bahagia. Teknik pengumpulan data 3

Tabel 1 Hasil Pengelompokan dan Kategorisasi No

Makna Kebahagiaan

Laki-Laki

Perempuan

Total

Persentase

1 2

Bersyukur Bermanfaat

82 62

66 75

148 137

22% 20%

3

Sukses

40

56

96

14%

4

Kenyamanan

53

43

96

14%

5

Keluarga

24

44

68

10%

6

Others

34

30

64

9%

7

Dicintai

19

20

39

6%

8

Sehat

13

18

31

5%

Total

327

352

680

100%

. Rhodes dan Whelan, 1989). Sehingga memiliki cara yang berbeda dalam mencapai kebahagiaannya. Kecenderungan wanita lebih bahagia dan memiliki kepuasan hidup dibandingkan pria memiliki hubungan yang sangat kecil (Wood, Wendy, Rhodes dan Whelan, 1989). Sehingga dapat disimpulkan bahwa keduanya, baik pria maupun wanita memiliki sama-sama bahagia, dengan kombinasi antara kelebihan dan kelemahannya (Baumgardner, Crothers, 2010) Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Seligman (2005) yang menyatakan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan kebahagiaan. Perempuan lebih banyak mengalami emosi positif dengan intensitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan tingkat emosi rata-rata laki-laki dan perempuan tidak berbeda, namun terkadang perempuan merasa lebih bahagia dan lebih sedih dibandingkan dengan laki-laki. Emosi perempuan yang sering dan cepat berganti dikarenakan waktu dan kondisi pada saat itu. Compton (2005) juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kebahagiaan antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada yang lebih bahagia antara laki-laki dan perempuan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Oetami dan

Berdasarkan hasil analisa dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa makna kebahagiaan tertinggi untuk mahasiswa laki-laki ada dalam hal bersyukur, bermanfaat dan sukses, sedangkan makna kebahagiaan untuk perempuan ketika menjadi bermanfaat, bersyukur dan sukses. Kategorisasi 3 bsari ini sesuai dengan definisi menurut Al-Ghazali (1995) yaitu puncak kebahagiaan manusia adalah jika ia berhasil mencapai tahap makrifat, telah mengenal Allah SWT. Ketahuilah, katanya, kebahagiaan datang bila kita merasakan nikmat dan kesenangan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan makna kebahagiaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Perdebatan tentang mana yang lebih bahagia antara pria dan wanita, menimbulkan sebuah polemik untuk benar-benar menetapkan mana yang paling bahagia diantara keduanya. Banyak penelitian yang mendukung bahwa kebahagiaan adalah milik wanita karena wanita lebih mampu mengungkapkannya dibandingkan pria. Namun di sisi lain wanita lebih mudah mengalami masalah yang terkait dengan hambatan emosional. Pria dan wanita mengalami cara pengasuhan yang berbeda (Wood, Wendy, Rhodes dan Whelan, 1989), cara berpikir (Giirel,2009), fungsi biologis, dan lingkungan yang berbeda (Wood, Wendy, 4

menyatakan bahwa wanita dan pria ratarata memiliki level kebahagiaan yang sama (Baumgardner dan Crothers,2010) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa hampir semua subjek menyatakan makna bahagia yang sama dan mereka sangat bahagia. Faktor penyebab kebahagiaan pada subjek penelitian dilihat dari tingginya total skor kategorisasi dari item dalam kueisioner. Walaupun usia subjek yang masih muda namun kebahagiaan tidak hanya dilihat dari usia saja melainkan juga pengalaman hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Seligman (2005) yang menjelaskan bahwa ketika usia bertambah maka emosi dan perasaan negatif akan berkurang seiring dengan bertambahnya pengalaman dan usia. Individu yang dapat belajar dari pengalaman di masa lalu akan dapat lebih memaknai hidupnya dan merasa lebih bahagia. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Kanner (dalam Eddington & Shuman, 2005) bahwa kejadian positif mempunyai korelasi dengan afek positif. Individu yang sering mengalami kejadian yang menurut dirinya menyenangkan, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi. Pernyataan sebelumnya juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Rahmat (2003) yang menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan proses trial and error, yakni proses untuk mencoba, mengalami kesalahan, kemudian mencoba kembali, sehingga dapat diartikan bahwa kebahagiaan merupakan proses belajar individu dalam menjalani hidupnya. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan pada subjek penelitian adalah selalu berkomitmen ketika terlibat dalam sebuah hubungan sehingga membuat dirinya menjadi bermanfaat. Hal tersebut sesuai dengan Seligman (2005) bahwa orang yang bahagia adalah orang yang terlibat dalam sebuah hubungan baik hubungan secara romantis, persahabatan, ataupun keluarga.

Yuniarti (2011) juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kebahagiaan laki-laki dan perempuan. Pebriany (2019) pun juga menyatakan bahwa bahwa tidak ada perbedaan kebahagiaan pada mahasiswa laki-laki dan perempuan. Orang yang bahagia banyak menjalani kehidupannya dengan bersosialisasi dan hanya sedikit menghabiskan waktu sendirian. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa kebanyakan subjek merasa lebih senang jika bersama dan menghabiskan waktu bersama orang lain dibandingkan seorang diri. Penting juga untuk mengenali bahwa terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, manfaat kebahagiaan jauh menjangkau baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dan penelitian menunjukkan kebahagiaan bukan hanya fungsi pengalaman individu tetapi kebahagiaan itu menular dan itu memiliki dampak positif semua orang. Kesimpulan Dari pembahasan diatas sudah dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan makna kebahagiaan pria dan wanita hal ini dikarenakan peran sosial yang dilekatkan oleh masyarakat. Namun hal tersebut bukan suatu ukuran yang tepat, ada kesimpulkan bahwa wanita dikatakan lebih bahagia dibandingkan pria. Karena ungkapan ekspresi emosi pada wanita terkait dengan pengasuhan yang lebih menekankan pada emosi yang positif. Ternyata hal tersebut tidak cukup menjadi varaibel penentu adanya perbedaan gender dalam memperoleh kebahagiaan. Diener, Sandvik a Larsen dan Fujita, Diener, a Sandvik (Myers, Diener,1995) menyatakan bahwa wanita dikatakan memiliki happiness yang lebih besa rdibandingkan pria, apabila hanya diukur dari emosi positif. Padahal seseorang dikatakan bahagia tidak saja karena faktor emosi saja. Sebuah survey yang dilakukan oleh Inglehart 5

Orang yang bahagia banyak menjalani kehidupannya dengan bersosialisasi dan hanya sedikit menghabiskan waktu sendirian. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa kebanyakan subjek merasa lebih senang jika bersama dan menghabiskan waktu bersama orang lain dibandingkan seorang diri.

Rhodes, Whelan.M, (1989). Sex differencesin positive well-being: a consideration of emotional style and marital status. Psychological Stevenson, Wolfers. (2009). The Paradox of DecliningBulletin. 1989, Vol. 106, No. 2, 249-26 Compton, William .C. & Hoffaman, Edward. (2013). Positivepsychology: the science of happiness and flourishing, second edition. Belmont: Wadsworth

Daftar Pustaka Al-Ghazali, (1995), Kimia Kebahagiaan. Bandung :Mizan Al-Ghazali, (1996), Ilmu dalam Perspektif Tasawuf. Bandung :Kharisma

Diananda, E. (2016). Makna Kebahagiaan dalam Pernikahan pada Remaja Awal yang Melakukan Pernikahan Siri di Kelurahan Sidodadi Samarinda. PSIKOBORNEO , 4 (2) : 416 - 424.

Al-Ghazali, (2009), Ihya Ulum Al-Din. Beirut : Dar Al Firk Amaliya, R. (2015). Kebahagiaan dan Gender : Tinjauan Kritis tentang Makna Kebahagiaan ditinjau dari Perspektif Gender. Jurnal Psikologi Islam (JPI) , Volume 12. Nomor 2. hal 17-22

Dr.

Anggoro, W. J. & Widhiarso, W. (2010). Konstruksi dan identifikasi property psikometris instrumen pengukuran kebahagiaan berbasis pendekatan indigenous psychology: studi multitrait-multimethod. Jurnal Psikologi 37 (2), 176-188.

Gudivada Venkat Rao Vijaya Lakshmi, Rama Goswami. (2017). A Study on Factors of Workplace Happiness . International Journal of Marketing & Financial Management , Volume 5, Issue 8, pp 27-42.

Eddington, N. & Shuman, R. (2005). Subjective well being (happiness). Continuing psychology education: 6 continuing education hours. Diakses dari http://www.texcpe.com/cpe/PDF/c ahappiness.pdf.

Anggraheni, D. A. (2016). Fenomena Perceraian: Makna Kebahagiaan dalam Sudut Pandang Single Mother. Seminar Asean 2nd Psychology & Humanity .

Fisher, C. D. (2010). Happiness at Work. International Journal of Ma...


Similar Free PDFs