MdPK Unilever sustainanbility PDF

Title MdPK Unilever sustainanbility
Course Management
Institution Universitas Indonesia
Pages 15
File Size 285.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 215
Total Views 232

Summary

MANAJEMEN DAN PELAPORAN KEBERLANJUTANCASE ANALYSIS WEEK 7Unilever’s New Global Strategy: Competing through SustainabilityGroup 7: Andreas Hargo Wicaksono (2006619500) Farina Januaristy W. (2006619715) Magister AkuntansiFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Indonesia2021Statement of Authorship I/We,...


Description

MANAJEMEN DAN PELAPORAN KEBERLANJUTAN CASE ANALYSIS WEEK 7 Unilever’s New Global Strategy: Competing through Sustainability

Group 7: 1.

Andreas Hargo Wicaksono (2006619500)

2.

Farina Januaristy W. (2006619715)

Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia 2021

Statement of Authorship I/We, Group 7, the undersigned declare to the best of my/our ability that the paper/ assignment herewith is an authentic writing carried out by myself/ourselves. No other authors or work of other authors have been used without any reference to its sources. This paper/assignment has never been presented or used as paper’ assignment for other courses except if I/we clearly stated otherwise. I/We fully understand that this assignment can be reproduced and/or communicated for the purpose of detecting plagiarism. Name

: Andreas Hargo Wicaksono

Student’s ID Number : 2006619500 Signature

:

Name

: Farina Januaristy W.

Student’s ID Number : 2006619715 Signature

:

Course : Manajemen dan Pelaporan Keberlanjutan Paper/Assignment Title : Case Week 7 – Unilever’s New Global Strategy: Competing through Sustainability Date : 09 Oktober 2021 Lecturer : Desi Adhariani, PhD

IKHTISAR KASUS Unilever memulai perjalanan bisnisnya di tahun 1930 dengan filosofi “doing well by doing good”. Pada tahun 2010, Di bawah kepemimpinan Paul Polman, Unilever mengusung strategi keberlanjutan melalui transformasi strategi USLP dalam rangka mencapai visi perusahaan, “compass vision”, yang bertujuan untuk menggandakan ukuran bisnis Unilever sekaligus mengurangi environmental footprint dan meningkatkan dampak sosial yang positif. Rencana tersebut memiliki tiga tujuan untuk tahun 2020: membantu satu miliar orang meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka, mengurangi separuh environmental footprint dari pembuatan dan penggunaan produk Unilever, dan untuk meningkatkan mata pencaharian mereka yang berada dalam rantai nilainya. Namun, performa keuangan perusahaan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan berdasarkan laporan keuangan di tahun 2014. Meskipun mengungguli pesaing, pertumbuhan penjualan perusahaan sebesar 2,9% merupakan yang terendah dalam satu dekade, dan melambat menjadi hanya 2,1% pada kuartal terakhir. Hasil yang mengecewakan itu disebabkan oleh pertumbuhan yang tertekan di negara maju yang diperkuat oleh menyusutnya permintaan di pasar negara berkembang, yang telah lama menjadi mesin pertumbuhan Unilever. Selain dari fakta tersebut, Polman tidak memprediksi perbaikan yang signifikan dalam kondisi pasar di tahun 2015. Dalam tahap pengimplementasian transformasi strategi USLP, terlepas dari hasil yang mengesankan hingga saat ini, inisiatif berani ini belum sepenuhnya dianut oleh beberapa bagian organisasi. Salah satu permasalahannya adalah bahwa untuk mencapai dampak positif jangka panjang yang diharapkan, pergeseran USLP ke strategi yang berfokus pada keberlanjutan mengharuskan bisnis Unilever untuk melakukan investasi awal yang signifikan yang dapat diperoleh kembali hanya dalam jangka panjang. Beberapa stakeholder merasa tidak yakin Unilever mampu mencapai tujuan dari agenda transformasi strategis dalam situasi yang sulit ini. Meskipun menghasilkan capaian kemajuan yang baik, terdapat dua metrik utama USLP yang jauh dari target, yaitu GHG emission dan water usage.

Faktanya, berseberangan dengan

targetnya untuk mengurangi separuh dari seluruh environmental footprint dari pembuatan dan penggunaan produk Unilever pada tahun 2020, dampak GHG per konsumen sebenarnya meningkat 4% sejak 2010, dan penggunaan air per konsumen turun hanya 2%. Dengan melihat kondisi yang ada, Polman dan tim dituntut untuk mengevaluasi keefektifan USLP transformational strategic agenda-nya dan membuat keputusan atas opsi yang diambil perusahaan kedepannya, yaitu: 1. Melanjutkan inisiatif strategis untuk mencapai tujuan strategis yang ada 2. Fokus untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan, dengan merelakan tujuan

strategis yang tidak tercapai (GHG emission dan water usage) 3. Fokus membangun kemitraan eksternal untuk mencapai tujuan strategis yang ada

ANALISIS KASUS Evaluasi Strategi USLP Strategi USLP memiliki tiga tujuan utama, yaitu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, mengurangi dampak lingkungan serta meningkatkan mata pencaharian. Ketiga tujuan utama tersebut didasari oleh sembilan pilar yang memberikan komitmen atas pencapaian visi “compass vision” perusahaan. Pegimplementasian strategi USLP sebagian besar memberikan hasil yang baik, walaupun ada beberapa aspek target yang tidak tercapai. Dalam mengevaluasi keefektifan strategi USLP yang diinisiasi oleh Paul Polman, berikut analisis benefit dan risk dari keseluruhan strategi USLP yang diusung perusahaan: ● Benefit: ○ Strategi USLP bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dengan mengedepankan lingkungan keberkelanjutan. Sehingga strategi USLP ini dapat meningkatkan branding dan reputasi Unilever. ○ Strategi USLP mendorong Unilever untuk terus melakukan inovasi produk yang berkelanjutan. Seperti inovasi yang telah diperkenalkan Unilever yaitu deterjen yang membutuhkan waktu pencucian yang lebih pendek dan sampo kering yang dapat menghemat penggunaan air. ○ Strategi USLP menginspirasi karyawan, dapat dilihat dalam kepuasan kerja, loyalitas, kebanggaan dan sebagainya ada di tingkat 75% jauh meningkat dibandingkan tahun 2009 yang hanya 63%. Skor ini divalidasi oleh posisi ketiga Unilever dengan “Permintaan Perusahaan Terbanyak di Dunia” pada tahun 2014. ○ Sejak awal, Unilever telah menyadari bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuannya sendiri. Polman menekankan untuk menjalin partnership dengan pemerintah, NGOs, pemasok dan lainnya untuk bersama-sama mengatasi tantangan

yang

akan

menghadang.

Pada

akhirnya,

Unilever

berhasil

menginspirasi miliaran orang di dunia untuk menghasilkan tindakan-tindakan yang memungkinkan semua untuk hidup berkelanjutan. ○ Strategi USLP memungkinkan strategi keberlanjutan dijalankan secara holistik. ○ Mulai tahun 2014, Unilever melakukan analisis terhadap semua produk, tidak hanya untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan profitabilitasnya, tetapi juga untuk menunjukkan apakah produk telah berkontribusi secara terukur terhadap tujuan USLP. Walaupun membutuhkan upaya besar, tetapi strategi ini bermanfaat untuk membantu memperluas integrasi aktivitas keberlanjutan ke dalam strategi bisnis. ○ UN Secretary General Ban Ki-moon mengundang Polman untuk bergabung dengan UN Global Compact, karena inisiatifnya yang dirancang untuk meningkatkan bisnis global yang peduli akan lingkungan, hak asasi manusia, dan tindakan anti-korupsi. CEO Unilever juga ditunjuk menjadi elite group dari 27 global leaders (satu-satunya perwakilan perusahaan yang diundang). Dipengaruhi oleh diskusi di forum-forum ini, Unilever semakin memperluas ambisi USLP. ○ Melalui strategi ini, lebih banyak brand dari produk unilever yang berhubungan dengan prioritas USLP. Misalnya, brand deterjen seperti Omo, Skip, Surf, dan Rinso yang tidak lagi menggunakan slogan “Deterjen Mencuci Lebih Putih” tetapi diganti menjadi “Berani Kotor Itu Baik”. Slogan ini dapat menginspirasi para ibu untuk mendorong anak-anaknya bermain di luar, menjelajah, dan menjadi kotor, dan ini baik untuk perkembangan anak-anak. Hal ini dapat diproyeksikan dengan deterjen (Omo, Skip, Surf, dan Rinso) akan menghilangkan noda. ○ Manfaat lain dari strategi USLP adalah mendorong pertumbuhan bisnis, memangkas biaya dari efisiensi sumber daya, mengurangi resiko (risiko hukum dan risiko reputasi perusahaan), menarik hati konsumen karena produk yang memperhatikan lingkungan.

● Risk: ○ Dalam mencapai dampak jangka panjang yang diharapkan, pergeseran USLP ke strategi yang berfokus pada berkelanjutan mengharuskan Unilever untuk melakukan investasi awal yang banyak dan akan hanya memperoleh keuntungan dengan jangka waktu yang lama. Sehingga dapat mengorbankan kinerja keuangan jangka pendek. ○ Strategi USLP sulit dicapai karena target yang ambisius dan harus melibatkan banyak pihak. ○ Terdapat kontradiksi antara tujuan pemasaran dengan target keberlanjutan. Contohnya

seperti

penambahan

pemakaian

sabun

dan

detergen

juga

meningkatkan pemakaian air, hal ini bertentangan dengan salah satu tujuan USPL untuk mengurangi penggunaan air. ○ USLP sangat bergantung pada konsumen. Riskonya adalah sulit untuk mempengaruhi pelanggan untuk mengubah perilaku mereka. Perlu memakan waktu yang lama bagi perusahaan untuk menunjukkan hasil yang positif kepada konsumen. ○ Perlu memperkuat sumber daya dan kemampuan yang didedikasikan untuk mendukung USLP, karena khawatir berkurangnya inisiatif, inovasi, dan bagian lain yang ada di organisasi. Evaluasi Implementasi USLP Implementasi USLP berjalan dengan cukup efektif, meski terdapat beberapa tujuan yang tidak tercapai. Selama implementasi USLP, Unilever memperoleh pencapaian diantaranya: 1. Sustainable Sourcing Knorr

USLP berhasil mendrive inovasi dan sukses dalam mengimplementasikan praktik perkebunan yang lebih baik, sehingga dapat memangkas biaya sekaligus meningkatkan environmental impact.

2. Menerapkan sustainable sourcing policies demi mendukung para petani kecil

Tiga tahun setelah diluncurkannya USLP, Unilever berhasil memasok 48% produk pertaniannya secara berkelanjutan, dimana angka tersebut naik sebanyak 14% pada tahun 2010. 3. Menggandakan proporsi produk makanan yang diakui secara global

Perusahaan juga berada di jalur yang tepat untuk memenuhi tujuan menggandakan proporsi produk makanannya yang memenuhi standar nutrisi tertinggi yang diakui secara global, dengan 31% portofolio berdasarkan volume telah memenuhi standar tersebut. 4. Menghubungkan sustainability initiative dengan marketing initiative

Unilever berhasil mengubah pola iklan produk deterjen dengan campaign “berani kotor itu baik”, dimana sebelumnya pesan iklan deterjen berbasis bahwa kotoran itu buruk namun dengan campaign tersebut memberikan pesan perayaan kehidupan yang positif yang menginspirasi para ibu untuk mendorong anak-anak mereka bermain di luar, menjelajah, dan menjadi kotor, mengetahui bahwa itu baik untuk perkembangan mereka. Unilever juga menambah product design yang sustainable yaitu deterjen cucian yang membutuhkan siklus pencucian yang lebih pendek, kondisioner kain dengan minimum pembilasan dan sampo kering. 5. Menjadi Sustainability Leaders

Unilever juga menduduki posisi nomor satu dalam daftar “Sustainability Leaders” tahun 2014 dalam survei tahunan GlobeScan terhadap pakar keberlanjutan di seluruh dunia. 6. Mampu

memberikannya sambil menyeimbangkan kebutuhan banyak pemangku

kepentingan.

Pada 2014 selain saham Unilever mengalami kenaikan 18%, skor keterlibatan karyawan yang melacak kepuasan kerja, kebanggaan, loyalitas, dan sebagainya juga sangat kuat pada 75%, jauh di atas tingkat sebanyak 63% dibandingkan pada tahun 2009. 7. Melakukan kerjasama dengan pihak eksternal

Unilever berhasil bermitra dengan pihak luar demi meraih sasaran mereka terkait forestry, yaitu dengan Rainforest Alliance. Namun dibalik pencapaiannya, terdapat beberapa dari implementasi USLP yang tidak efektif sehingga target tidak tercapai, diantaranya ialah: 1. Unilever memiliki beberapa produk yang tidak bisa diubah posisinya menjadi

sustainable-focused. Produk Axe, deodoran pria yang telah sukses di-branding dengan tema “macho” untuk membantu pria dalam menarik wanita. Untuk memposisikan ulang Axe sebagai produk dengan dampak sosial yang positif terbukti sulit untuk dilakukan. 2. Belum bisa “merangkul” seluruh stakeholder, khususnya pelanggan.

CEO Unilever mengakui bahwa kedua pilar USLP “di luar jalur” terkait dengan penggunaan produk oleh konsumen, mereka akan sulit untuk diperbaiki. Berbeda dengan tujuan mengurangi separuh jejak lingkungannya, sebagian karena aktivitas merger dan akuisisi. 3. Tidak semua manajer memahami dan buy-in dengan USLP

Menurut Gail Klintworth selaku Chief Sustainability Officer, beberapa orang tidak mengetahui dengan jelas tentang peran mereka dan memandang USLP sebagai inisiatif terpisah yang tidak terkait dengan strategi mereka, dan sejumlah besar khawatir tentang

biaya yang beralih ke strategi berbasis keberlanjutan. Selain itu Unilever juga belum mengaitkan metrics sustainability dengan reward karyawan. 4. Memperpanjang pengembalian investasi pemasarannya

Dikarenakan Unilever beralih ke strategi berbasis keberlanjutan Produk Lifebuoy, merek sabun ternama yang telah membangun bisnis yang sukses dengan janji meningkatkan kesehatan keluarga, harus mengalihkan pengeluaran promosi dari iklan TV ke program pendidikan cuci tangan di sekolah. Oleh karena itu, Lifebuoy harus bersedia memperpanjang pengembalian investasi pemasarannya selama beberapa tahun. 5. Tingkat penjualan dasar menurun

Pasar negara maju telah terhenti dan pertumbuhan pasar negara berkembang melambat. Jadi, meskipun memperoleh pangsa dengan tumbuh lebih cepat dari pasarnya, tingkat pertumbuhan penjualan dasar Unilever menurun dari 6,9% pada tahun 2012 menjadi 4,3% pada tahun 2013 dan hanya 2,9% pada tahun 2014. Dan karena dampak valuta asing, pendapatan tahun 2014 sebenarnya turun 2,7% dari tahun 2013. Memang, setelah bertahun-tahun melihat sahamnya mengungguli pesaing utamanya P&G, pada tahun 2014 pertumbuhan harga saham Unilever tampaknya terhenti.

ANALISIS OPSI STRATEGI Saat ini, Unilever belum mampu mencapai seluruh target USLP. Terdapat kekhawatiran bahwa target USLP tidak akan tercapai mengingat situasi pasar sedang tidak mendukung. Pada tahun 2014, Unilever memiliki tiga opsi yang dapat dipilih: Opsi 1: Melanjutkan strategic initiative untuk mencapai strategic goals saat ini Opsi 1 adalah meningkatkan usaha untuk mencapai target USLP. Pemilihan opsi 1 disertai dengan perubahan pengukuran kinerja manajer. Unilever akan menambah ketercapaian tujuan keberlanjutan sebagai salah satu parameter ukuran kinerja. Kesesuaian dengan visi & misi USLP Opsi 1 sesuai dengan visi, misi, dan strategi USLP yakni menggandakan bisnis Unilever sekaligus mengurangi dampak buruk bagi lingkungan. Peningkatan usaha keberlanjutan dapat mendukung pencapaian tujuan strategis tersebut. Opsi 1 juga mampu menyelaraskan tujuan strategis dan tujuan manajer. Hal ini dikarenakan perubahan pengukuran kinerja manajer yang turut memperhitungkan ketercapaian tujuan keberlanjutan. Penyelarasan tujuan organisasi dan tujuan individu manajer dapat memotivasi manajer untuk bertindak sesuai dengan tujuan organisasi. Oleh karena itu, visi, misi, dan strategi USLP lebih mungkin tercapai. Stretch goals Pemilihan opsi 1 menciptakan target kinerja yang cukup tinggi untuk dicapai oleh Unilever. Opsi 1 dapat memberikan motivasi bagi Unilever untuk terus berkembang (stretch). Opsi 1 dapat memotivasi Unilever untuk terus berinovasi dan mempertahankan posisinya sebagai sustainability leader. Opsi 1 dapat memotivasi Unilever untuk terus berinovasi. Pada tahun 2014, Unilever sudah memiliki kapabilitas, sumber daya, dan pengalaman untuk berinovasi di bidang keberlanjutan.

Oleh karena itu, Unilever dapat memanfaatkan keunggulan yang sudah dimilikinya. Jika motivasi untuk berinovasi terhenti, Unilever tidak akan memanfaatkan potensinya dengan penuh. Opsi 1 juga memacu Unilever untuk mempertahankan keunggulannya sebagai industry leader di bidang

keberlanjutan.

Pemilihan opsi 1 dapat memfokuskan Unilever untuk terus

mengembangkan distinctive competence-nya di bidang keberlanjutan. Opsi 2: Fokus untuk mencapai hasil finansial dan merelakan strategic goals yang tidak tercapai Kesesuaian dengan visi & misi USLP Pemilihan Opsi 2 kurang memberikan keselarasan atas visi dan misi perusahaan, dalam hal mengurangi environmental footprint dan meningkatkan dampak sosial yang positif. Begitu juga dengan filosofi yang diusung Unilever sejak mulai diberdirikannya, yaitu “doing well by doing good”, yang mana tujuan utama perusahaan adalah untuk memberikan kebermanfaatan bagi seluruh pihak dengan menjalan bisnis secara etis dan bertanggung jawab. Stretch goals Dengan memilih opsi 2, kurang mendorong motivasi karyawan dalam upaya menciptakan inovasi-inovasi kreatif serta mengoptimalkan potensi dari para individu untuk mencapai target, yaitu pada pengurangan GHG emission dan water usage. Dengan kondisi ini, Unilever juga akan menyia-nyiakan kesempatannya untuk menjadi industry leader dalam mengatasi permasalahan lingkungan pada kedua aspek tersebut, yang mana efeknya sangat besar untuk kesejahteraan serta keberlanjutan hidup masyarakat dan lingkungan.

Opsi 3: Membangun kemitraan dengan pihak eksternal untuk mencapai strategic goals saat ini Kesesuaian dengan visi & misi USLP Visi dari Unilever, sebagaimana yang dikemukakan langsung oleh Polman selaku CEO Unilever, ialah melipatgandakan ukuran bisnis Unilever itu sendiri yang juga diiringi dengan pengurangan pencemaran lingkungan, serta meningkatkan dampak sosial yang positif. Unilever Sustainable Living Plan atau USLP merupakan strategi utama yang dilakukan oleh Unilever dalam mencapai visinya. USLP ini memiliki tiga tujuan untuk tahun 2020, yaitu membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi pencemaran lingkungan dari proses pembuatan dan penggunaan produk Unilever, dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, menjadi sangat relevan untuk melakukan partnership atau kerja sama dengan pihak lain guna mendukung Unilever dalam mencapai visinya. Terlebih, sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa dalam mencapai visi perusahaan diperlukan dukungan dari berbagai pihak, khususnya pihak eksternal. Adapun beberapa keunggulan yang akan didapat oleh Unilever melalui kerja sama dengan pihak eksternal adalah memperluas marketing dari brand produk Unilever, menambah ruang dalam melakukan inovasi, mempunyai perspektif marketing dan sustainability dari berbagai sudut pandang, dan menjadi representasi terkait brand yang peka dengan permasalahan sosial. Melalui kerja sama yang demikian ini pula, Unilever dapat terus melakukan ekspansi bisnisnya. Akhirnya, kerja sama yang masif dan intensif menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan Unilever mencapai visi dan misinya. Stretch goals Opsi 3 ini memiliki kecenderungan untuk memfokuskan kerja sama yang sebanyak-banyaknya kepada pihak ketiga. Implikasi atas pemilihan Opsi 3 ini adalah lemahnya intensifikasi yang akan dilakukan oleh Unilever dalam menggunakan sumber daya yang telah dimilikinya. Selain itu, kegiatan kerja sama yang demikian ini merupakan salah satu bentuk ekstensifikasi yang memerlukan biaya, karenanya, menjadi tidak heran jika alokasi biaya sebagian besar diutamakan

pada kegiatan ini. Akhirnya, kesejahteraan sumber daya yang dimiliki oleh Unilever itu sendiri menjadi tidak optimal. Pilihan Opsi: Opsi 1 Unilever sebaiknya memilih Opsi 1, karena opsi tersebut paling sesuai dengan visi dan misi USLP. Selain itu, Opsi 1 juga memungkinkan Unilever untuk memanfaatkan potensi dan sumber daya yang sudah dimiliki. Opsi 1 juga dapat menguatkan posisi Unilever sebagai sustainability leader. Rekomendasi Implementasi Langkah yang harus dilakukan Oleh Unilever ● meningkatkan dan memperkuat sustainability living brands dengan cara menambah jumlah brand serta melakukan akuisisi atas brand yang dapat menampilkan citra yang positif; ● melakukan investasi proyek inovasi atas produk yang dapat mengurangi Efek Rumah Kaca dan penggunaan air di level pelanggan; ● meningkatkan investasi terkait proyek inovasi atas proses-proses

yang dapat

mengurangi Efek Rumah Kaca dan penggunaan air; ● mengaitkan metrics sustainability dengan reward karyawan; ● membangun lebih banyak kemitraan dengan tujuan agar visi perusahaan dapat lebih cepat tercapai; ● menyusun parameter pengukuran dengan tuj...


Similar Free PDFs