Title | MENGENAL HIRARC I IBPPR , JSA, DAN WORKING PERMIT |
---|---|
Author | Husnul Yaqin |
Pages | 58 |
File Size | 3.6 MB |
File Type | |
Total Downloads | 608 |
Total Views | 782 |
HIRARC/ IBPPR JOB SAFETY ANALYSIS WORKING PERMIT TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta mampu: • Memahami teknik dan menjelaskan tentang konsep Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control (HIRARC), Job Safety Analysis (JSA), Safe Working Permit • Melakukan peng...
HIRARC/ IBPPR JOB SAFETY ANALYSIS WORKING PERMIT
TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta mampu: • Memahami teknik dan menjelaskan tentang konsep Hazard Identification Risk Assessment & Risk Control (HIRARC), Job Safety Analysis (JSA), Safe Working Permit • Melakukan pengawasan penerapan kepatuhan persyaratan tersebut di tempat-tempat kerja • Memberikan saran dan rekomendasi perbaikan terlaksanakanya pekerjaan secara tertib, aman dan andal
Pokok Bahasan 1. HIRARC a. Definisi Bahaya, Risiko, Incident & Accident b. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko c. Pengendalian Risiko 2. Penyusunan, monitoring & Evaluasi JSA 3. Konsep & Kriteria Working Permit
Hazard Identification, Risk Assessment & Risk Control (HIRARC)/ IBPPR
Pengertian HIRARC Adalah proses meng-Identifikasi BahayaPotensi Bahaya, Penilaian risiko, dan Pengendalian Risiko (disingkat IBPPR) di tempat kerja Perusahaan harus mengelola risiko terkait dengan K3 secara berkelanjutan dan se-efektif mungkin. Untuk itu terminologi lain disebut Manajemen Risiko K3 atau Analisis Risiko (Risk Assessment).
Personil yang terlibat dalam penyiapan dan penerapan HIRARC/ IBPPR Disusun oleh:
Diperiksa oleh:
Supervisor Teknis Terkait
Supervisor K2/K3
Engineer/ Specialist
Disetujui oleh:
Manager
KOMPONEN HIRARC Identifikasi Potensi
Bahaya
HIRARC (IBPPR) Pengendalian Risiko
Penilaian
Risiko
Komponen HIRARC 1. POTENTIAL HAZARD – Potensi Bahaya 2. PENILAIAN RISIKO a. CONSEQUENCE/HAZARD EFFECT (digunakan huruf depan C) -
Konsekuensi (Dampak Bahaya)
b. PROBABILITY (digunakan huruf depan P) –
Peluang
3. PENGEDALIAN RISIKO (digunakan huruf depan R) – Risiko 9
Komponen HIRARC 1: Potensi Bahaya Adalah segala sesuatu yang berpotensi dapat membuat: • Cedera terhadap manusia • Kerusakan lingkungan dan • Kerusakan fasilitas
CONTOH: • Kabel terkelupas • Bahan Kimia yang mudah terbakar • Tangga tidak diikat • dll
Daftar Potensi Bahaya Bahaya Fisik
:
Pencahayaan, Getaran, Kebisingan
Bahaya Kimia
:
Gas, Asap, Uap, Bahan Kimia
Bahaya Biologi
:
Micro Biologi (Virus, bakteri, jamur,dll); Macro Biologi (Hewan, serangga, tumbuhan)
Bahaya Ergonomi
:
Stress Fisik (gerakan berulang, ruang sempit, memforsir tenaga); Stress Mental (Jenuh/bosan,overload)
Bahaya Mekanis
:
Titik jepit, putaran pulley atau roller
Bahaya elektris
:
Kabel terkelupas, kabel bertegangan tanpa pengaman dll
Bahaya Psikososial
:
Trauma, Intimidasi, pola promosi jabatan nyang salah, dan lain-lain
Bahaya Tingkah laku
:
Tidak patuh terhadap peraturan, overconfident, sok tahu, tidak peduli
Bahaya Lingkungan Sekitar
:
Kemiringan permukaan, cuaca yang tidak ramah, permukaan jalan licin
Latihan Mengidentifikasi Bahaya
Bahaya ??
Komponen HIRARC 2:
“Penilaian RISIKO” Risiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Untuk menentukan risiko membutuhkan perhitungan antara konsekuensi ( C ) yang mungkin timbul dan probabilitas ( P ), yang biasanya disebut sebagai tingkat risiko (level of risk).
Komponen HIRARC 2: Probability (Peluang) Kesempatan / peluang dari situasi atau keadaan bahaya atau kejadian sesungguhnya orang dapat cedera bilamana terpapar bahaya, lingkungan dapat tercemar, harta benda dapat rusak, proses dapat terganggu bila sesuatu proses kerja dan aktivitas yang tidak aman Terminologi lain dari Probability juga bisa disebut Likelihood
Contoh Probability (Peluang) Peluang pekerja dapat terjadi saat bekerja ketinggian Peluang pekerja dapat tertimpa barang saat berjalan di bawah daerah pengangkatan Dengan memperhatikan adanya kejadian dalam periode waktu sebelumnya
PENJELASAN TINGKAT MATRIKS RISIKO • E : Extreme Risk / Risiko Ekstrim Kegiatan dihentikan dan akan dilaksanakan jika sudah dilakukan tindakan pengendalian risiko. Tindakan ini dilakukakan segera setelah penilaian risiko dilakukan.
• H : High Risk / Risiko Tinggi Tindakan pengedalian risiko dilakukan sesegera mungkin namun pekerjaan masih dapat dilakukan dengan kondisi tertentu.
• M : Moderate Risk / Risiko Sedang Tindakan pengendalian risiko dilakukan dalam waktu tertentu yang ditetapkan
• L : Low Risk / Risiko Rendah Kendalikan dengan prosedur rutin dan tindakan pengendalian tambahan dapat diambil bila diperlukan
INDEKS RISIKO NO
INDEKS RISIKO
KATEGORI
1
20 - 25
EXTREME RISK (E)
2
10 - 16
HIGH RISK (H)
3
5–9
MODERATE RISK (M)
4
1–4
LOW RISK (L)
Komponen HIRARC 3 PENGENDALIAN RISIKO • Berdasarkan penilaian risiko kemudian ditentukan apakah risiko tersebut masih bisa diterima (acceptable risk) atau tidak (unacceptable risk) oleh suatu organisasi
• Apabila risiko tersebut tidak bisa diterima maka organisasi harus menetapkan bagaimana risiko tersebut ditangani hingga tingkat dimana risikonya paling minimum/sekecil mungkin • Bila risiko mudah dapat diterima/tolerir maka Perusahaan perlu memastikan bahwa pemantauan terus dilakukan terhadap risiko itu.
Kriteria Penerimaan Risiko Semua risiko harus dikurangi ke arah tingkat As Low As Reasonably
Practicable (ALARP). Untuk mengidetifikasi potensi kerugian
gunakan Risk Assessment Matrix.
Tinjauan Ulang dan Pemantauan Risiko Setelah pengendalian risiko yang sesuai diterapkan, perusahaan harus melalukan tinjauan ulang dan memantau pengendalian risiko untuk meyakinkan pengendalian risiko yang dilakukan benar-benar efektif. Manajemen juga harus siap dengan bayahabahaya baru pada waktu-waktu mendatang. Bahaya-bahaya tersebut kemungkinan datang dari: Penggunaan teknologi baru Peralatan/ bahan material baru Cara-cara kerja baru Lingkungan kerja yang berganti Pekerja baru
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO Semampu mungkin, seluruh risiko harus dicegah atau dihilangkan Jika tidak bisa, maka risiko harus diturunkan serendah mungkin dan dikelola sesuai hirarki yang benar, sehingga risiko yang masih ada pada tingkat yang dapat diterima
Contoh-Contoh Pengendalian Risiko Menghilangkan/Eliminasi
Menghilangkan sumber bahaya kaki tersangkut/terbentur (trip hazard) di atas lantai Membuang/ memusnahkan bahan kimia yang tidak diperlukan lagi Memperbaiki peralatan yang rusak
Penggantian/Subsitusi
Mengganti pemakaian bahan-bahan kimia dengan bahan yang rendah tingkat bahayanya
Mengganti pasir silika (sand blasting) dengan copper slag (grit blasting) pada pekerjaan abbrasive blasting
Mengganti proses kering dengan proses basah
Mengganti cara kerja manual handling dengan mechanical handling
Contoh-Contoh Pengendalian Risiko Pengendalian Rekayasa Teknik
Program desain ulang untuk mengurangi tingkat kebisingan Memasang/ mengatur ventilasi udara di daerah lingkungan pengecatatan Memasang pagar pengaman mesin pada bagian-bagian mesin yang bergerak Menggunakan anti-glare screen pada layar monitor komputer Memasang flashback arrestor pada saluran oksigen dan asetilin pada pekerjaan oxy-cutting
Pengendalian Administrasi
Pemeliharaan secara reguler
Mendesain ulang cara kerja
Penyediaan SOP
Membatasi paparan pekerja terhadap bahaya
Pelatihan
Contoh-Contoh Pengendalian Risiko Alat Pelindung Diri (APD)
FORM HIRARC STANDAR FORM IBPPR
PT. PLN (PERSERO) ……………………….. No. dokumen Tanggal Revisi Halaman
FORMULIR IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN, DAN PENGENDALIAN RESIKO
Penilaian Resiko Kegiatan
Kemungkinan A B C D E
Potensi Bahaya
Resiko
Konsekuensi 3 4
Konsekuensi Kemungkinan Tingkat Resiko
1
2
M
M
H
E
L
M
H
E
E
L L L
M L L
H M M
H H H
E E H
5 E
Disusun oleh :
Penilaian Resiko Pengendalian Resiko
TINGKAT RESIKO E = Extreme Risk H = High Risk M = Moderate Risk L = Low Risk
Akibat
Peluang
Tingkat Resiko
Status Pengendalian
: : : : Penanggung Jawab
PENJELASAN KEMUNGKINAN A = Hampir pasti akan terjadi/almost certain B = Cenderung untuk terjadi/likely C = Mungkin dapat terjadi / moderate D = Kecil kemungkinan terjadi/unlikely E = Jarang terjadi/rare
2 = Cedera ringan/P3K, kerugian cukup materi sedang
Diperiksa oleh :
Disetujui oleh :
KONSEKUENSI 1 = Tidak ada cedera, kerugian materi kecil 3 = Hilang hari kerja, kerugian cukup besar 4 = Cacat, kerugian materi besar 5 = Kematian, kerugian materi sangat besar
Pengertian JSA Upaya untuk mempelajari/menganalisa dan serta pencatatan tiap-tiap urutan langkah kerja suatu pekerjaan Dilanjutkan dengan identifikasi potensi-potensi bahaya di dalamnya kemudian Diselesaikan dengan menentukan upaya terbaik untuk mengurangi ataupun menghilangkan / mengendalikan bahayabahaya pada pekerjaan yang dianalisa tersebut
Ketentuan JSA Pendekatan struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan dan memberikan langkah-langkah pengendalian. Identifikasi Potensi Bahaya dimana dapat mengakibatkan konsekuensi cedera, penyakit, kerusakan properti, pencemaran lingkungan dan gangguan proses instalasi. Formulir JSA harus mencakup sekurangkurangnya informasi pekerjaan, pihak-pihak yang terlibat, langkah-langkah dasar pekerjaan, potensi bahaya, dan rekomendasi tentang prosedur kerja aman.
Personil yang terlibat dalam penyiapan dan penerapan JSA
Pelaksana Pekerjaan
Engineer/ Specialist
Supervisor K3 Pengawas Pekerjaan
LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN JSA Langkah 1 : Pilih pekerjaan yang akan dianalisa Langkah 2 : Uraikan pekerjaan menjadi langkahlangkah yang logis Langkah 3 : Identifikasi bahaya dan risiko dari setiap langkah kerja Langkah 4 : Menentukan pengendalian bahaya dan risiko dari setiap bahaya untuk menghilangkan/ mengurangi bahaya Langkah 5 :Laksanakan pekerjaan sesuai dengan JSA tsb. Langkah 6 : Review JSA
LANGKAH PELAKSANAAN Langkah 1 PILIH PEKERJAAN YANG AKAN DIANALISA PEKERJAAN YANG MANA YANG MEMERLUKAN JSA?
• Pekerjaan yang memiliki risiko Medium • Pekerjaan yang memiliki risiko High • Pekerjaan yang memiliki risiko Ekstrim
LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.)
Langkah 2 URAIKAN PEKERJAAN MENJADI LANGKAHLANGKAH KERJA YANG LOGIS • Identifikasi langkah-langkah simple yang akan dilakukan. • Secara umum sebaiknya kurang dari 10 langkah.
LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.) Langkah 3 Identifikasi sumber-sumber bahaya dan risiko dari setiap langkah kerja. Pertimbangan terhadap bahaya (dapat dikembangkan melalui Daftar/Tabel Bahaya: Bahaya Fisik Bahaya Kimia Bahaya Biologi Bahaya Ergonomi Bahaya Mekanis Bahaya elektris Bahaya Psikososial
Bahaya Tingkah laku Bahaya Lingkungan Sekitar
LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.) Langkah 4 REKOMENDASI MENGHILANGKAN/ MENGURANGI BAHAYA Menerapkan prinsip hirarki pengendalian.
LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.) Langkah 5 Laksanakan pekerjaan sesuai dengan JSA tersebut
LANGKAH PELAKSANAAN (Lanj.) Langkah 6 Review JSA
Tinjau ulang JSA, harus dilakukan saat: Pekerjaan selesai dilaksanakan Sumber bahaya lain teridentifikasi Metode pelaksanaan perubahan Pekerjaan dilakukan kembali
TUJUAN PEMBELAJARAN Peserta dapat memahami • Apa itu Working Permit dan jenis-jenisnya? • Kapan Working Permit diperlukan? • Mengapa Working Permit diperlukan? • Pantauan kepatuhan penerapan Working Permit di tempat kerja/lapangan
1. Pengertian dan Tujuan Working Permit Working Permit merupakan izin kerja tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat K3 yang berwenang kepada pemohon/pihak yang akan melaksanakan pekerjaan. Working Permit bisa diterbitkan setelah pemohon menyampaikan kepada pejabat K3 yang berwenang halhal sebagai berikit : 1. JSA yang memenuhi standard keselamatan 2. Daftar Personil (Pengawas dan Pelaksana) 3. SOP/IK yang masih berlaku 4. Daftar Alat Kerja yang memenuhi standar keselamatan 5. APD yang memenuhi standar keselamatan
Personil yang terlibat dalam Working Permit Disusun oleh:
Diperiksa oleh:
Disetujui oleh:
Pengawas pekerjaan /Pengawas K3
Supervisor K2/K3
Atasan Pejabat K3
JENIS-JENIS WORKING PERMIT 1. Izin Kerja Bertegangan Listrik 2. Izin Kerja di daerah Larangan (Restricted Area) 3. Izin Kerja di Ketinggian 4. Izin Kerja Panas 5. Izin Kerja Dalam Ruang Terbatas 6. Izin Kerja Penggalian 7. Izin Kerja – Umum (Pekerjaan lain dengan risiko tinggi memerlukan pengendalian dilengkapi Working Permit)
IZIN KERJA BERTEGANGAN LISTRIK Izin Kerja pekerjaan instalasi (jaringan, trafo, switch gear, bertegangan termasuk TM dan TR dan pekerjaan yang dilengkapi prosedur manuver pembebasan tegangan dengan kelengkapan isolasi energy, melalui penerapan proses Penguncian dan Pelabelan (Lockout & Tag Out (LOTO). Isolasi energi kelistrikan juga diperlukan untuk pekerjaan yang tidak langsung berhubungan dengan energi kelistrikan kegiatan pemeliharaan, seperti isolasi motor pada belt conveyer, dll.
IZIN BEKERJA DI KETINGGIAN Adalah suatu pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian 2 (meter atau lebih dari permukaan tanah atau lantai.
• • • • •
Menaiki tiang listrik Menaiki tower/menara Menaiki atap/dinding bangunan Menaiki batang kayu Dan lain-lain.
SAFETY CHECKLIST IZIN KERJA DI KETINGGIAN
IZIN KERJA PANAS Kerja panas adalah semua pekerjaan yang memerlukan suatu lidah api atau sumber penyalaan lain untuk melaksanakan pekerjaan tersebut atau aktivitasnya akan membuat paparan yang memungkinkan sumber penyalaannya dapat menjadi penyulutan api terhadap gas, cairan mudah menyala/terbakar atau material yang dapat terbakar lainnya. Pada prinsipnya kerja panas DILARANG di tempat di mana terdapat gas, cairan, tumpukan batu bara yang mudah terbakar.
CONTOH PEKERJAAN YANG MEMERLUKAN IZIN KERJA PANAS • • • • • • • • •
Bekerja melibatkan jilatan api Pengelasan/ pemotongan dengan busur api (oxy-cutting) Pemanasan dengan alat listrik atau alat pemanas gas Menggerinda dan memotong dengan batu gerinda Dry Grit/ Sand Blasting Hot tapping Menggunakan solder besi bertenaga listrik Menggunakan mesin brus kawat bertenaga Pemotongan atau chipping baja dengan peralatan bertenaga angin atau hidrolik • Dll.
SAFETY CHECKLIST IZIN KERJA PANAS
IZIN KERJA DALAM RUANG TERBATAS Yang termasuk dalam kategori ruang terbatas (CONFINED SPACE) adalah: • Bejana bertekanan • Silo/ potongan semen • Tangki penyimpanan (bahan bakar, air) • Palka barge/tongkang • Ruangan tertutup tanpa ventilasi • Lokasi penggalian (kedalaman > 1,5 meter)
BENTUK-BENTUK RUANG TERBATAS
SAFETY CHECKLIST IZIN MASUK RUANG TERBATAS
IZIN KERJA PEKERJAAN PENGGALIAN Pekerjaan penggalian tanah baik dengan menggunakan mesin atau tangan dan juga penggalaian dan pemasangan kabel bawah tanah, pemasangan tonggak, dll. diatur dalam izin kerja. Tindakan pencegahan diperlukan apabila: • Penggalian dilakukan lebih dari 0,5 meter di daerah lingkungan memiliki jaringan kabel listrik, utilitas • Penggalian dilakukan lebih dari 1,5 meter di luar daerah di atas namun adanya potensi bahaya lain
IZIN KERJA UMUM Izin kerja ini diperlukan oleh setiap personil dimana sifat pekerjaannya tidak rutin (one time job), jika akan bekerja di dalam instalasi yang dianggap berbahaya (risiko tinggi) seperti pada kegiatan yang tidak rutin : • Bekerja dalam daerah larangan (restricted area) berpagar • Gudang/lokasi penimbunan bahan bakar • Dll....