Modul 13 Pengambilan Sampel Audit dalam Uji Substantif PDF

Title Modul 13 Pengambilan Sampel Audit dalam Uji Substantif
Author Andi Islah
Course Accounting
Institution Universitas Hasanuddin
Pages 30
File Size 584.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 77
Total Views 699

Summary

SAMPLING AUDIT DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIFFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS HASANUDDINiiKATA PENGANTARSegala puji dan syukur bagi Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah serta petunjuk-Nya sehingga modul pembelajaran untuk mata kuliah Pengauditan 1 ini dapat penulis selesaikan.Penulisan modul...


Description

SAMPLING AUDIT DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2020

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah serta petunjuk-Nya sehingga modul pembelajaran untuk mata kuliah Pengauditan 1 ini dapat penulis selesaikan. Penulisan modul pembelajaran ini merupakan tugas dalam mata kuliah Pengauditan 1 yang berisi kumpulan materi-materi pembahasan yang telah disusun dalam rancangan pembelajaran di dalam kelas. Dalam menyusun modul ini, penulis diberi bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak baik itu secara ide maupun bantuan materi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan Penulis juga menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penyusunan modul ini meskipun telah mendapat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar kedepannya penulis dapat menyusun modul ini lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap modul pembelajaran ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri.

Penulis

ii

DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAGIAN I – TINJAUAN MATA KULIAH

1

BAGIAN II – PENDAHULUAN

3

BAGIAN III – MATERI PEMBELAJARAN 1. Konsep Dasar

4

2. Sampling PPS

5

3. Sampling Variabel Klasik

11

4. Sampling Nonstatistik dalam Pengujian Substantif

19

BAGIAN IV – LATIHAN

21

BAGIAN V – RANGKUMAN

23

BAGIAN VI – TES FORMATIF

24

BAGIAN VII – UMPAN BALIK

25

BAGIAN VIII – KUNCI TES FORMATIF

26

DAFTAR PUSTAKA

27

iii

BAGIAN I TINJAUAN MATA KULIAH A. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya bagi mahasiswa jurusan Akuntansi dengan bobot 3 SKS. Mata kuliah ini mempelajari tentang auditing secara konseptual, profesi akuntan publik, audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor, etika keprofesionalan, kewajiban legal auditor, sasaran audit, bukti audit, dan kertas kerja, penerimaan penugaan, dan perencanaan audit, materialistis, risiko audit dan strategi audit awal, struktur pengendalian intern, menilai risiko pengendalian dan uji pengendalian, risiko deteksi dan rancangan uji substansif, pengambilan sampel audit dalam uji pengendalia, pengendalian sampel audit dalam uji substansif, serta pengauditan menggunakan sistem EDP.

B. KEGUNAAN MATA KULIAH Kegunaan mata kuliah pengauditan 1 ini bagi mahasiswa adalah : Mahasiswa diharapkan : -

Mampu melaksanakan proses pengauditan dan penyusunan laporan audit suatu entitas secara profesional. (Kompetensi Utama)

-

Mampu membuat prosedur pemeriksaan (Kompetensi Pendukung)

-

Mampu

memahami

struktur

pengendalian

intern

perusahaan

(Kompetensi

Pendukung) -

Mampu menggunakan pengetahuan akuntansi dan komputerisasi (Kompetensi Pendukung)

-

Mampu untuk bekerja sama, baik sebagai pimpinan maupun sebagai anggota kelompok (tim audit). (Kompetensi Lain-lain)

C. SASARAN BELAJAR PERTEMUAN 1 2

SASARAN PEMBELAJARAN Mampu memahami : GBRP dan kerangka konseptual Auditing  Definisi Auditing, tipe audit dan auditor  Jasa-jasa yang diberikan oleh KAP  Organisasi yang berhubungan dengan profesi 1

3

4

5

6

7 8 9

10

11

12

13

14

15 16

 Hal-hal yang mendasari audit laporan keuangan  Pihak-pihak yang berhubungan dengan auditor independen  Standar auditing  Laporan auditor dan tanggung jawabnya Mampu Memahami :  Etika da moralitas  Kode etik AICPA  Kode etik akuntan publik di Indonesia  Penegakan aturan  Lingkungan yuridis  Kewajiban menurut hukum kebiasaan  Kewajiban menurut undang-undang pasar modal  Sasaran audit  Bukti audit  Prosedur audit  Kertas kerja  Tahap-tahap audit laporan keuangan  Penerimaan penugasan  Perencanaan audit MID SEMESTER Mampu Memahami :  Materialitas  Risiko audit  Strategi audit awal  Defnisi pengendalian intern  Komponen SPT  Tujuan SPT   Risiko pengendalian  Uji pengendalian dan kepatuhan  Pertimbangan lainnya  Risiko deteksi  Rancangan uji substansif  Mengembangkan program audit untuk uji substansif  Pertimbangan khusus dalam rancangan uji substansif  Konsep dasar pengambilan sampel audit  Merancang sampel atribut statistik untuk uji pengendalian  Penyelesaian sampel atribut statistik dan pengevaluasian hasil  Konsep dasar pengamblan sampel audit  Probabilitas dan proporsional untuk ukuran pengambilan sampel  Pengambilan sampel non statistik dalam uji substansif  Sistem EDP  Dampak sistem EDP terhadap struktur pengendalian intern  Metodologi untuk menyesuaikan dengan standar pekerjaan lapangan FINAL TEST

2

BAGIAN II PENDAHULUAN – SAMPLING AUDIT DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF A. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti perkulihan, mahasiswa diharapkan mampu untuk : 1. Memahami Konsep dasar pengambilan sampel audit 2. Memahami probabilitas dan proporsional untuk ukuran pengambilan sampel 3. Memahami pengambilan sampel variabel klasik 4. Memahami pengambilan sampel nonstatistik dalam uji substantif

B. RUANG LINGKUP BAHAN MODUL Modul pembelajaran ini akan membahas konsep-konsep dasar sampling dan penggunaan sampling statistik dan nonstatistik dalam pengujian substantif. Modul ini dibagi atas empat bagian: (1) Konsep dasar sampling audit, (2) sampling PPS, (3) Sampling variable klasik, (4) sampling nonstatistik dalam pengujian substantif.

C. MANFAAT MEMPELAJARI MODUL Manfaat yang diperoleh mahasiswa setelah mempelajari modul ini adalah : Mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan konsep dasar pengambilan sampel audit 2. Menjelaskan probabilitas dan proporsional untuk ukuran pengambilan sampel 3. Menjelaskan pengambilan sampel variabel klasik 4. Menjelaskan pengambilan sampel nonstatistik dalam uji substantif

D. URUTAN PEMBAHASAN 1. Konsep Dasar 2. Sampling PPS (Probability-Proportional- to Size) 3. Sampling Variabel Klasik 4. Sampling nonstatistik dalam uji substantif

3

BAGIAN III MATERI PEMBELAJARAN 1. KONSEP DASAR 

SIFAT DAN TUJUAN Sampling audit adalah penerapan prosedur pengauditan atas unsur-unsur dalam suatu populasi kurang dari 100%, seperti saldo rekening atau kelompok transaksi, dengan tujuan untuk mengevaluasi sejumlah karakteristik populasi. Rencana sampling untuk pengujian substantif dapat dirancang untuk : 1. Memperoleh bukti bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji yang material. 2. Membuat estimasi independen mengenai jumlah tertentu.



KETIDAKPASTIAN, RISIKO – RISIKO SAMPLING, DAN RISIKO AUDIT Auditor dibenarkan untuk menerima beberapa ketidakpastian dalam pengujian substantif jika biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk pengujian 100% atas item dalam populasi, menurut pertimbangannya, lebih besar daripada konsekuensi kemungkinan kesalahan pendapat karena hanya menguji sampel data. Sampling audit dalam pengujian substantif ditunjukkan baik untuk risiko sampling dan risiko nonsampling. Risiko sampling yang berkaitan dengan pengujian substantif adalah : 1. Risiko kesalahan penerimaan (Risiko Beta) - yaitu risiko bahwa sampel yang mendukung kesimpulan bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material ketika sebenarnya saldo akun tersebut salah saji secara material. 2. Risiko kesalahan penolakan (Risiko Alfa) - yaitu risiko bahwa sampel yang mendukung kesimpulan bahwa akun yang dicatat adalah salah saji material ketika sebenarnya saldo akun tersebut tidak salah saji secara material. Perlu diingat, bahwa risiko kesalahan penerimaan berkaitan dengan efektivitas audit, dan risiko kesalahan penolakan berkaitan dengan efisiensi audit. Risiko kesalahan penerimaan dalam sampling audit berhubungan dengan risiko deteksi yang berkaitan dengan pengujian substantif terinci yang spesifik yang diterapkan 4

pada pemilihan item sampel. Risiko kesalahan penerimaan dapat ditentukan secara kuantitatif dengan menggunakan model risiko audit dan pemecahan untuk TD sebagai berikut : TD =



AR IR x CR x AP

PENDEKATAN SAMPLING STATISTIK Terdapat dua pendekatan sampling statistik yang bisa digunakan oleh auditor dalam pengujian subtantif, yaitu: 1. Sampling Probability-Proportional to Size (PPS) , dan 2. Sampling variabel klasik. Perbedaan kedua pendekatan tersebut ialah bahwa sampling PPS didasarkan pada teori sampling atribut, sedangkan sampling variabel klasik didasarkan pada teori distribusi normal. Setiap pendekatan bermanfaat dalam memperoleh bukti yang cukup sesuai standar pekerjaan lapangan yang ketiga. Namun, dalam keadaan tertentu salah satu pendekatan mungkin lebih praktis digunakan oleh auditor. Penggunaan sampling PPS dianggap lebih tepat digunakan apabila : -

Jumlah unit dan variabilitas populasi tidak diketahui

-

Populasi hanya berisi saldo debit

-

Tidak ada salah saji atau hanya sedikit salah saji yang diperkirakan dalam populasi

2. SAMPLING PPS (PROBABILITY-PROPORTIONAL-TO-SIZE) Sampling PPS adalah suatu pendekatan yang menggunakan teori sampling atribut untuk menyatakan kesimpulan dalam jumlah nominal , bukan sebagai tingkat penyimpangan. Jenis sampling ini bisa digunakan dalam pengujian subtantif terhadap transaksi dan saldo-saldo. Model ini terutama diterapkan dalam pengujian transaksi dan saldo yang salah saji terlalu tinggi (overstatement) dan terutama akan berguna dalam pengujian:

- Piutang apabila pengkreditan yang tidak dikerjakan terhadap rekening debitur tidak signifikan.

- Investasi dalam surat berharga. - Pengujian harga persediaan apabila diperkirakan hanya terdapat sedikit selisih. 5

- tambahan pada aktiva tetap. Pendekatan ini juga tidak sesuai untuk digunakan, apabila tujuan utama sampling adalah untuk melakukan estimasi secara independen atas kelompok transaksi atau saldo-saldo. 

RENCANA SAMPLING Tahap-tahap dalam rencana sampling adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Tujuan Rencana, 2. Menetapkan Populasi Dan Unit Sampling, 3. Menentukan Ukuran Sampel, 4. Menentukan Metoda Pemilihan Sampel, 5. Melaksanakan Rencana Sampling, 6. Mengevaluasi Hasil Sampel.

1.

Menetapkan Tujuan Rencana Sampling Tujuan sampling PPS pada umumnya adalah untuk mendapatkan bukti bahwa saldo rekening menurut catatan tidak salah saji secara material. Asersi - asersi laporan keuangan yang dibuktikan sampel bergantung kepada prosedur yang diterapkan untuk unsur sampel bergantung kepada prosedur yang diterapkan unsur-unsur sampel yang bersangkutan.

2.

Menetapkan Populasi dan Unit Sampling Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo rekening yang akan diuji. Untuk setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah semua unsur akan dimasukkan. Sebagai contoh, terdapat empat kemungkinan populasi apabila populasi didasarkan pada saldo rekening dalam buku pembantu piutang dagang, yaitu semua saldo, saldo debet saja, saldo kredit saja, dan saldo nol. Unit Sampling dalam sampling PPS adalah Nominal (Dollar/Rupiah) itu sendiri, dan populasinya adalah jumlah nominal yang sama dengan jumlah total nominal pada populasi tersebut. Setiap nilai nominal memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Meskipun setiap nominal merupakan dasar pemilihan sampel. Namun, auditor sesungguhnya tidak menguji nilai nominal secara tunggal dalam populasinya. Yang diuji oleh auditor adalah akun, transaksi, dokumen, atau item-item sejenis (Disebut unit sampling logis) yang berkaitan dengan nilai nominal yang diambil sebagai sampel.

6

Dari situlah nama PPS berasal. Semakin banyak nilai nominal yang berkaitan dengan sampel logis, semakin besar kesempatannya untuk dipilih sebagai sampel. Dengan demikian, kemungkinan terpilih proporsional dengan ukurannya. Sifat ini juga yang menimbulkan keterbatasan sampling PPS. Dalam pengujian aktiva, saldo nol atau saldo negative harus dikeluarkan dari populasi karena saldo tersebut mempunyai kesempatan untuk dipilih sebagai sampel. Demikian juga jika sampling PPS digunakan untuk pengujian kewajiban, bila terjadi kurang saji, karena semakin besar jumlah kurang saji, semakin kecil kesempatannya untuk terpilih sebagai sampel. Auditor akan memilih unit sampling logis sesuai dengan sifat prosedur auditing yang dilakukan. Jadi, auditor mengintensifkan pada pencarian konfirmasi saldo akun pelanggan, dan memilih akun pelanggan sebagai unit logis. Alternatifnya, auditor dapat memilih untuk mencari konfirmasi transaksi tertentu yang berhubungan dengan pelanggan. Dalam kasus seperti itu, auditor dapat memilig faktur penjualan sebagai unit logis. 3.

Menentukan Ukuran Sampel Rumus untuk menentukan ukuran sampel dalam sampling PPS adalah : n=

BV x RF TM – (AM x EF)

Keterangan: BV

= nilai buku populasi yang diuji (Book Value)

RF

= faktor reliabilitas untuk resiko kesalahan penerimaan (Reliability

Factor)

-

TM

= salah saji yang dapat ditoleransi (Tolerable Misstatement)

AM

= salah saji yang diantisipasi (Anticipated Misstatement)

EF

= faktor ekspansi untuk salah saji yang diantisipasi (Expansion Factor)

Nilai Buku Populasi yang Diuji – digunakan untuk menentukan ukuran sampel harus berhubungan secara tepat dengan definisi populasi yang dijelaskan dalam bagian terdahulu. Jumlah nilai buku mempunyai pengaruh langsung terhadap ukuran sampel (semakin besar nilai buku yang diuji, semakin besar ukuran sampel).

7

-

Faktor Reliabilitas untuk Risiko Kesalahan Penerimaan - Dalam menetapkan tingkat risiko salah menerima yang dapat diterima, auditor harus mempertimbangkan (1) Tingkat risiko audit yang ditetapkan auditor bahwa suatu salah saji material tidak akan terdeteksi, (2) Tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, dan (3) Hasil pengujian detil dan prosedur analitis. Risiko kesalahan penerimaan memiliki pengaruh terbalik terhadap ukuran sampel (Semakin rendah risiko yang dispesifikkan, semakin besar ukuran sampelnya).

-

Salah saji yang bisa ditoleransi - adalah maksimum salah saji yang diterima untuk berada dalam suatu rekening sebelum hal itu dipandang sebagai salah saji secara material. Semakin kecil TM, maka semakin besar ukuran sampelnya.

-

Salah saji yang diantisipasi dan faktor ekspansi - Dalam sampling PPS, auditor tidak mengkualifikasi risiko kesalahan penolakan. Oleh karena itu, hal tersebut dikendalikan secara langsung dengan menetapkan antisipasi salah saji yang diantisipasi, yang berhubungan terbalik dengan risiko kesalahan penolakan dan berhubungan langsung dengan ukuran sampel. Faktor Ekspansi diperlukan hanya apabila salah saji diantisipasi. Semakin kecil risiko keliru menerima, semakin besar faktor ekspansi.

4.

Menentukan Metoda Pemilihan Sampel Metode pemilihan yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS adalah pemilihan sistematik. Metoda ini membagi total dollar menjadi interval yang sebanding dengan dollar. Unit logis kemudian dipilih secara sistematis dari setiap interval. Dengan demikian interval sampling dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: SI = BV n

5.

Melaksanakan Rencana Sampling Pada tahap rencana ini, auditor menerapkan prosedur pengauditan yang sesuai untuk menentukan suatu nilai menurut audit untuk setiap unit logis yang diikutsertakan dalam sampel. Ketika terjadi perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan nilai auditnya dalam kertas kerja. Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah saji total dalam populasi.

8

6.

Mengevaluasi Hasil Sampel Dalam melakukan evaluasi atas hasil sampel, auditor menghitung batas atas salah saji (Upper Misstatement Limit ) dari data sampel dan membandingkannya dengan salah saji yang ditoleransi sebagaimana ditetapkan dalam rancangan sampel. Jika batas salah saji lebih kecil atau samadengan salah saji yang dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku populasi tidak dicatat melebihi TM pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan. Batas atas salah saji dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: UML = PM + ASR Keterangan : PM = Total proyeksi salah saji dalam populasi (Projected Misstatement) ASR = Cadangan risiko salah saji (Allowance for Sampling Risk) -

Tidak Ada Salah Saji - Apabila tidak ditemukan salah saji dalam sampel, maka faktor PM dalam rumus diatas adalah nol. Dalam hal tidak terdapat salah saji, maka faktor cadangan resiko sampling (ASR) terdiri dari satu komponen yang disebut Ketepatan Dasar. Jumlahnya diperoleh dengan mengalikan faktor keandalan/reliabilitas (RF) untuk salah saji nol pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan dengan interval sampling.

-

Beberapa Salah Saji - Apabila ditemukan beberapa salah saji dalam sampel, auditor harus menghitung baik proyeksi total salah saji dalam populasi maupun cadangan risiko sampling untuk menentukan batas atas salah saji untuk salah saji terlalu tinggi.

-

Proyeksi Salah Saji Populasi – jumlah proteksi salah saji dihitung untuk setiap unit logis yang berisikan sebuah salah saji. Jumlah ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh PM pada populasi yang diinginkan. Proyeksi salah saji dihitung secara berbeda untuk (1) unit logis dengan nilai buku yang kurang dari interval samplingnya; dan (2) unit logis dengan nilai buku yang sama dengan interval samplingnya. Untuk setiap unit logis dengan nilai buku yang kurang dari interval sampling yang berisi salah saji, Presentasi Kotor dan proyeksi salah saji dihitung sebagai berikut : Persentase Kotor = (Nilai Buku – Nilai Audit) ÷ Nilai Buku Proyeksi Salah Saji = (Persentase Kotor x Interval Sampling) 9

-

Cadangan Risiko Sampling – ASR untuk sampel-sampel berisi salah saji yang mempunyai dua komponen sebagai berikut : ASR = BP + IA Keterangan : BP = Ketepatan Dasar (Basic Precision) IA = Cadangan Inkremental untuk risiko sampling (Incremental Allowance)

-

Pertimbangan Kualitatif – Auditor harus mempertimbangkan aspek kualitatif pada salah saji secara moneter. Salah saji dapat terjadi pada (1) Perbedaan dalam prinsip atau penerapan atau (2) kesalahan atau ketidaksesuaian dengan ketentuan.

-

Penarikan Kesimpulan Secara Menyeluruh – Auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam mengkombinasikan bukti dari berbagai sumber untuk menarik kesimpulan menyeluruh tentang apakah saldo akun telah bebas dari salah saji material. Pada saat (1) Hasil sampel PPS mengandung batas atas salah saji yang lebih rendah atau sama dengan TM, (2) Hasil pengujian substantif lainnya tidak kontradiktif dengan temuannya, dan (3) analisis pertimbangan kualitatif menunjukkan tidak adanya bukti mengenai ketidakteraturan, auditor umumnya menyimpulkan bahwa populasi tersebut tidak salah saji secara material. Jika salah satu dari kondisi ini tidak terpenuhi, diperlukan evaluasi lebih lanjut atas keadaan tersebut.



KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMAKAIAN SAMPLING PPS Audit Sampling Guide yang disusun oleh AICPA menyebutkan keuntungan dan kerugian pemakaian sampling PPS. -

Keuntungan sampling PPS adalah sebagai berikut: 

Lebih mudah digunakan dibandingkan dengan sampling variabel klasik karena auditor dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel dengan tangan atau den...


Similar Free PDFs