NCP Kasus Tuberkolosis PDF

Title NCP Kasus Tuberkolosis
Author Nurul Izzatul Aden
Course Nutrition Care Process
Institution Universitas Diponegoro
Pages 27
File Size 680.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 170
Total Views 791

Summary

TUGAS NUTRITION CARE PROCESSKASUS TUBERKOLOSISDosen Pengampu: Fillah Fithra Dieny, S,M Deny Yudi Fitranti, S, M Ayu Rahadiyanti, S, MPH Ahmad Syauqi, S, MPH,PhDDisusun oleh: Nurul Izzatul Aden (22030118120025)PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2019KASUS TUBERK...


Description

TUGAS NUTRITION CARE PROCESS KASUS TUBERKOLOSIS Dosen Pengampu: Fillah Fithra Dieny, S.Gz,M.Si Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.si Ayu Rahadiyanti, S.Gz, MPH Ahmad Syauqi, S.Gz, MPH,PhD

Disusun oleh: Nurul Izzatul Aden (22030118120025)

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2019

KASUS TUBERKOLOSIS A. GAMBARAN KASUS Tn.A merupakan mahasiswa teknik semester 7 (21th) , datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk terus menerus yang tidak kunjung sembuh selama 3 bulan. Batuk semakin parah ketika dipagi hari. Pada malam hari Tn.A sering mengeluh berkeringat. Pasien mengalami penurunan berat badan sebesar 6 kg selama 3 bulan terakhir. Berat badan sekarang yakni 50 kg dengan tinggi badan 165 cm. Tn.A tidak mampu beraktifitas banyak atau dalam durasi lama karena akan timbul keluhan mudah lelah. Tn.A sering pulang malam untuk menyelesaikan tugas, tidur tanpa alas, dan menggunakan kipas angin. Tn.A memiliki kebiasaan makan nasi 1.5 centong/ makan. Tn. A selalu mengkonsumsi lauk hewani 1P tiap kali makan. Konsumsi ayam bakar, ikan goreng, udang goreng 4x/ minggu. Konsumsi tempe dan tahu 3x/ minggu. Tn.A jarang mengkonsumsi sayur. sayur yang sering dikonsumsi hanyalah tumis kangkung dan bayam 2x/ minggu sebanyak 3sdm. Buah yang disukai yakni alpukat, jeruk, dan jambu biji. Alpukat dikonsumsi dalam bentuk jus yang diberi tambahan susu kental manis coklat. Konsumsi air putih 6 gelas/ hari, 1 gelas teh manis tiap pagi, terkadang mengkonsumsi kopi tiap malam untuk mencegah kantuk ketika mengerjakan laporan praktikum. Satu hari sebelum masuk ke rumah sakit, diketahui Tn.A mengkonsumsi nasi 3P, ayam bakar 1 ptg sedang, tumis labu siam 2sdm, ikan lele 1 ekor, dan sereal koko krunch 3 sdm + susu ½ cangkir. Tn.A tinggal bersama ayah dan ibunya. Ayah pasien pernah memiliki riwayat TB paru 10 tahun yang lalu. orang tua Tn.A bekerja sebagai buruh dan kondisi lingkungan rumah yang cukup lembab. Dari hasil rongen, diketahui bahwa Tn.A terdiagnosis mengalami TBC. Tn A belum mendapat informasi tentang makanan yang harus dimakan dari tenaga kesehatan, namun sangat tertarik mencoba hal baru dan bersemangat untuk sembuh.

B. SKRINING 1. Metode Skrining Skrining dilakukan sebagai tanda awal untuk menilai dan menentukan status gizi pasien secara akurat, menentukan hubungan dengan malnutrisi secara klinis, dan memonitor perubahan status gizi selama mendapatkan terapi gizi. Skrining dapat dilakukan oleh perawat, dokter maupun ahli gizi (RD). Dari pengertian ini dapat diambil simpulan bahwa skrining gizi bertujuan untuk menentukan seseorang beresiko malnutrisi atau tidak, mengidentifikasi individuindividu yang membutuhkan terapi gizi segera, mencegah agar seseorang yang masih sehat tidak menderita masalah gizi, dan menghindari komplikasi lebih lanjut jika seseorang telah menderita masalah gizi.

Skrining yang dilakukan

adalah menggunakan

Nutritional Risk Screening (NRS-2002). NRS adalah skala sederhana yang digunakan secara linier dan umumnya digunakan untuk mengukur intensitas nyeri dalam praktek klinis. NRS khas menggunakan skala 11 point dimana titik akhirnya mewakili nyeri yang paling ekstrim. NRS ditandai dengan garis angka nol sampai sepuluh dengan interval yang sama dimana 0 menunjukkan tidak ada nyeri, 5 menunjukkan nyeri sedang, dan 10 menunjukkan nyeri berat. NRS biasanya dijelaskan kepada pasien secara verbal, namun dapat disajikan secara visual. Ketika disajikan secara visual, NRS dapat ditampilkan dalam orientasi horizontal atau vertikal. Alat ini telah menunjukkan sensitivitas terhadap pengobatan dalam intensitas nyeri dan berguna untuk membedakan intensitas nyeri saat istirahat dan selama beraktivitas. NRS dapat digunakan untuk penelitian analgesik yang sesuai untuk penilaian nyeri secara klinis. Bukti mendukung validitas dan kemampuan dari alat NRS dapat digunakan pada pasien dewasa dan tua. Penilaian nyeri terhadap pasien dengan gangguan

kognitif ringan dan pada lansia mungkin lebih baik menggunakan NRS yang mencakup angka yang lebih besar dan kata isyarat 2. Pengisian Form Skrining Pengisian skrining Nutritional Risk Screening (NRS-2002) dilakukan dengan metode tanya jawab antara tim medis (perawat maupun ahli gizi) dengan pasien dan juga pengukuran antropometri. FORMULIR SKRINING GIZI DEWASA Nama Usia

: Tn. A : 21 tahun

Tabel 1. Skrining Awal

Ya

Tidak

1 2

Apakah IMT 5% dalam 2 bulan atau BMI

18,5-20,5

atau

Sedang

Major

Skor 2

surgery, stroke, severe pneumonia,

abdominal

LiLA ≥23,5 dan 5%

Berat Skor 3

dalam 1 bulan atau

Berat

Head

Skor 3

marrow

injury,

bone

transplation,

BMI 55 %) 105 % dietary fiber 27.1 g 30.0 g 90 %

alcohol PUFA cholesterol Vit. A carotene Vit. E (eq.) Vit. B1 Vit. B2 Vit. B6 tot. fol.acid Vit. C sodium potassium calcium magnesium phosphorus iron zinc Se sat. FA

0.0 g 7.7 g 274.9 mg 2035.1 µg 0.8 mg 6.6 mg 0.8 mg 1.2 mg 2.1 mg 372.0 µg 584.8 mg 276.3 mg 3505.9 mg 825.6 mg 401.0 mg 962.0 mg 35.6 mg 9.5 mg 0.0 µg 22.3 g

10.0 g 800.0 µg 12.0 mg 1.0 mg 1.2 mg 1.2 mg 400.0 µg 100.0 mg 2000.0 mg 3500.0 mg 1000.0 mg 310.0 mg 700.0 mg 15.0 mg 7.0 mg -

77 % 254 % 55 % 82 % 103 % 176 % 93 % 585 % 14 % 100 % 83 % 129 % 137 % 238 % 136 %...


Similar Free PDFs