Pembahasan DIKSI.pdf PDF

Title Pembahasan DIKSI.pdf
Author Eibd Faqeer
Pages 16
File Size 1 MB
File Type PDF
Total Downloads 42
Total Views 612

Summary

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Pembahasan DIKSI.pdf Eibd Faqeer

Related papers Makalah Bahasa indonesia Adri Na Makalah pilihan kat a yahya anugrah MAKALAH BAHASA INDONESIA 1 andy dermawan

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dan sebagai bahan diskusi bersama teman-teman PBA di kelas. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini, kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Jogjakarta, 28 Desember 2017

Kelompok 4

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Dalam menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata sesuka hati, tetapi yang harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar. Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan ( ekspresif ). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosakata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosakata yang merupakan bagian dari diksi. Ketetapan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam menggambarkan “ cerita “ pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, dan ungkapan-ungkapan. Tidak dapat disangkal bahwa dalam penggunaan kosa kata adalah bagian yang sangat penting dalam dunia perguruan tinggi. Prosesnya mungkin lamban dan sukar, tapi orang akan merasa lega dan puas sebab tidak akan sia-sia semua jerih payah yang telah diberikan. Manfaat dari kemampuan yang diperolehnya itu akan lahir dalam bentuk penguasaan terhadap pengertian-pengertian yang tepat bukan sekedar mempergunakan kata-kata yang hebat tanpa isi. Dengan pengertianpengertian yang tepat itu, kita dapat pula menyampaikan pikiran kita secara sederhana dan langsung. Mereka yang luas kosa katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Secara populer orang akan mengatakan bahwa kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Karena itu, kata-kata turunannya seperti penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan adalah kata yang sama artinya atau merupakan kata yang bersinonim. Mereka yang luas kosa katanya menolak anggapan itu. Karena tidak menerima anggapan itu, maka mereka akan berusaha untuk menetapkan secara cermat kata mana yang harus dipakainya dalam sebuah konteks tertentu. Sebaliknya yang miskin kosa katanya akan sulit menemukan kata lain yang lebih tepat, karena ia tidak tahu bahwa ada kata lain yang lebih tepat dan karena ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu. Maka atas dasar tersebutlah kita sebagai mahasiswa yang baik hendaknya mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan pilihan kata yang tepat dan cermat dalam konteks yang tepat pula.

2

B.

Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan pengertian diksi ? 2. Apa fungsi diksi ? 3. Bagaimana pembagian makna kata ? 4. Apa penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata ? 5. Apa syarat-syarat ketepatan diksi ? 6. Apa yang di maksud dengan gaya bahasa dan idiom ?

3

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Diksi Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya. Diksi adalah ketepatan pilihan kata1. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karangmengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketetapan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketersediaan kata akan ada apabila seseorang mempunyai bendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki senarai (daftar) kata. Senarai kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata. Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus ,wafat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya.

1

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006.

4

B. Fungsi Diksi Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain2 : a)

Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.

b)

Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.

c)

Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.

d)

Mencegah perbedaan penafsiran.

e)

Mencagah salah pemahaman.

f)

Mengefektifkan pencapaian target komunikasi C. Pembagian Makna Kata a. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya . Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung dalam sebuah kata secara objektif. Makna denotatif (denotasi) lazim disebut: 1) makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif. 2) makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya). 3) makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya. Contoh: Wanita dan perempuan secara konseptual sama ; gadis dan perawan secara denotatif sama makananya, kumpulan, rombongan, gerombolan, secara konseptual sama maknanya. Istri dan bini secara konseptual sama. b. Makna Konotatif Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap social, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna konotatif atau konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Contoh: “Prabowo Hatta dan Jokowi Kalla berebut kursi presiden.” Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Prabowo dan Jokowi Kalla tarik-menarik kursi. Karena kata kursi berarti jabatan presiden.

2

Hs, Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo. 2007

5

Makna konotatif dan denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada suatu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus, sedangkan denotatif maknanya umum. Kalimat dibawah ini menunjukan hal itu. Dia adalah wanita manis (konotatif). Dia adalah wanita cantik (denotatif). Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang bersifat memukau perasaan kita. Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada bodoh ), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pahak lain, kata-kata itu dapat mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotative referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini. Perhatikan contoh dibawah ini: Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan masyarakat. Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang mengandung sebuah kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan dalam golongan kata yang bermakna konotatif.

c. Umum dan Khusus Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, mana kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya. Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya, makin sedikt terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna kata yang dipakai, pilihan kata semakin cepat. Perhatikan contoh berikut:  Kata umum: melihat

Kata khusus: melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang,  Kata umum: berjalan

Kata khusus: tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap,  Kata umum: jatuh

Kata khusus: terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur, terjerembab, terperosok, terjungkal.

6

d. Kata konkret dan Abstrak Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata konkret seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika suatu kata tidak mudah dicerap panca indra maka kata itu disebut kata abstrak , seperti gagasan dan saran. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi jika dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat. e. Sinonim Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan . Sinonim ialah persamaan makna kata . Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk ejaan, dan pengucapannya. Contoh: agung, besar, raya. Mati, mangkat, wafat, meninggal, dan lain-lain. f. Pembentukan Kata Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosa kata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya: tata buku, tata bahasa, daya tahan, dan lain-lain. Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misalnya: bank, valuta, dan lain-lain. g.

Perubahan Makna

Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya, pengembangan diksi tejadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana. Pengembangan tersebut dilakukan memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatif berdampak pada perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu, bahasa berkembang dengan sesuai kualitas pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang mencakup perluasan, penyempitan, pembatasan, pelemahan, pengaburan, dan penggeseran makna. Faktor penyebab perubahan makna: 1. Kebahasaan Meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat. a) Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan tekanan.    

Contoh dalam kalimat; Paman teman saya belum nikah Paman, teman saya belum nikah Paman, teman, saya belum nikah Paman, teman, saya, belum nikah

b) Perubahan struktur frasa: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter

7

spesialis anak), anak dokter (aanak yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi dokter). c) Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh perubahan bentuk. Contoh; tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke- maka menjadi ketua, makna berubah menjadi pemimpin. d) Kalimat akan berubah makna jika struktur kalimatnya berubah. Perhatikan kalimat berikut:

Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus penjahat itu. Kalimat diatas, salah kesejajaran bentuk kata diketahui seharusnya mengetahui. Karena mengetahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus penjahat itu. Pencuri itu segera diringkus oleh satpam karena sudah diketahui sebelumnya. 2. Kesejarahan Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk untuk menyebut perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita . Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakan nya kembali, dengan pertimbangan, kata perempuan lebih mulia dibanding kata wanita. 3. Kesosialan Masalah kesosialan berpengaruh terhadap perubahan makna. Contoh; petani kaya disebut petani berdasi, militer disebut baju hijau. 4. Kejiwaan Perubahan makna Karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan: rasa takut, kehalusan ekspresi, dan kesopanan. Perhatikan contoh berikut ini: a) Tabu: Pelacur disebut tunasusila Germo disebut hidung belang b) Kehalusan: Bodoh disebut kurang pandai Malas disebut kurang panadi c) Kesopanan: Ke kamar mandi disebut kebelakang Gagal disebut kurang berhasil

8

5. Bahasa Asing Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya kata tempat orang terhormat diganti dengan VIP. 6. Kata Baru Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut, memerlukan bahasa sebagai alat ekspresi dan komunikasi. Pethatikan penggunaan kata: jaringan, kinerja,dan justifikasi. Jaringan kerja untuk menggantikan network Justifikasi untuk menggantikan pembenaran Kinerja untuk menggantikan performance D. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan Kata a. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata yang mana, di mana, daripada. Perhatikan contoh pemakaian di mana, yang mana, daripada, yang salah dalam kalimat ini. Dalam rapat yang mana dihadiri oleh para ketua RT dan Rw. Demikian tadi sambutan Pak Lurah di mana beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja. Marilah kita perhatikan kebersihan kita daripada lingkungan kita. Kalimat 1 (satu) kerap kita dengar dalam aktivitas bermasyarakat kalau kita amati. Terdapat dua kesalahan dalam pemakaain bentuk gabungan itu, kesalahan pertama, dalam sebagian kalimat itu terdapat kata yang berlebih atau mubazir yang mengakibatkan terjadinya polusi bahasa. Kata mana dalam kalimat pertama tidak diperlukan, cobalah baca kalimat pertama tanpa kata mana, jadi bunyinya berubah seperti ini. Dalam rapat yang dihadiri oleh para ketua RT dan Rw. Kalimat 2 (dua), pada bagian besar kalimat ini terjadi salah pakai bentuk gabung di mana tidak boleh dipakai dalam bentuk kalimat. Fungsi di mana dan yang mana bukan sebagai penghubung klausa-klausa, baik dalam sebuah kalimat maupun penghubung antar kalimat. Kalimat ini harus dipecah menjadi dua. Ø Demikian tadi sambutan pak Lurah Ø Beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun dan bekerja Ada pun kalimat terakhir ini sama seperti kalimat pertama. b. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dengan, di, dan ke. Pemakaian kata dengan dalam kalimat terutama ragam lisan, sering tidak tepat, perhatikan contoh yang salah berikut ini: (1) Sampaikan salam saya dengan Dona (2) Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.

9

Kata dengan pada kalimat diatas harus diganti dengan kepada, jika tidak kepada siapa salam ditujukan. Kata dengan tidak cocok dipakai untuk kalimat diatas karena dengan dapat berarti bersama. Senada dengan kekeliruan pemakaian kata sambung dengan, pemakaian yang keliru juga sering terjadi untuk kata depan di dan ke yang seharusnya di isi oleh kata pada dan kepada. Kata depan di dan ke harus diikuti oleh tempat, waktu, sedangkan kepada harus diikuti nama/jabatan orang atau kata ganti orang. Contoh: (1) Buku agendaku tertinggal di rumah Andi. (2) Jangan menoleh ke kiri. (3) Permohonan cuti diajukan kepada direktur.

c. Kesalahan Pemakaian Kata berbahagia Dalam pertemuan formal ditengah masyarakat, kita sering mendengar kata berbahagia dipakai secara keliru oleh pembawa acara dan juga oleh pembicara lain. Umumnya kata berbahagia itu dimunculkan pada bagian awal suatu acara ketika pembicara menyapa hadirin, seperti contoh yang keliru berikut ini: (1) Selamat malam dan selamat datang ditempat yang berbahagia ini. (2) Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak hadirin untuk. Mengapa pemakaian dalam kalimat 1 dan 2 dikatakan keliru, karena berbahagia bukan kata sifat. Jika pada kata berbahagia diganti kata sifat misalnya, aman ,indah, bersih, tentu saja kalimatnya benar. E. Syarat-syarat Ketepatan Diksi Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham. Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut persyaratan yang harus di penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi. Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah3 : 1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna. Contoh :

3

Mila. 2010. Kaidah Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

10

Ø Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi) Ø Sinta adalah bunga desa di kampungnya.

(Konotasi)

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Ø Siapa peng...


Similar Free PDFs