PEMBANGUNAN RUMAH POTONG HEWAN.pdf PDF

Title PEMBANGUNAN RUMAH POTONG HEWAN.pdf
Author Drs H M Solihin
Pages 310
File Size 8 MB
File Type PDF
Total Downloads 98
Total Views 720

Summary

KATA PENGANTAR Proposan Perluasan dan Pembangunan Rumah Potong Hewan Pasar Cikampek, mengurai tentang pentingnya Pemerintah darah kabupaten Karawang memiliki Rumah Potong Hewan yang Representative dan Higienis. Pasal 62 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan...


Description

KATA PENGANTAR

Proposan Perluasan dan Pembangunan Rumah Potong Hewan Pasar Cikampek, mengurai tentang pentingnya Pemerintah darah kabupaten Karawang memiliki Rumah Potong Hewan yang Representative dan Higienis. Pasal 62 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan kesehatan hewan menyebutkan bahwa: Pemerintah daerah kabupaten/kota wajib memiliki rumah potong hewan yang memenuhi persyaratan teknis. Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner menyebutkan bahwa: Pemotongan hewan potong harus dilaksanakan di Rumah Pemotongan Hewan atau tempat pemotongan hewan lainnya yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang. Semua persyaratan teknis, Administrasi, keuangan dan sekaligus penanganan limbah Rumah Potong Hewanm digambarkan secara detail dalam proposal ini. Hal ini dimaksudkan agar mudah difahami dan diaplikasikan. Kebutuhan hadirnya Rumah Potong Hewan yang Representativ dan Higienis, bukan saja kebutuhan pedagang daging Pasar Cikampek saja, melainkan merupakan kebutuhan hajat hidup orang banyak. Semoga kehadiran Proposal ini, dapat membuka mata dan telinga kita, tentang eksistensi Rumah Potong Hewan yang ada, guna menuju perbaikan dimasa mendatang. Hanya Kepa Allah kami memohon pertolongan. Karawang 1 Agustus 2016 Pramusaji

(Drs.H.M.Solihin)

DAFTAR ISI NO Uraian 1.

2.

3.

4.

5. 6. 7. 7.1 7.2

7.3

7.4

7.5

Bab I Pendahuluan Berisi Gambaran Umum Rumah Potong Hewan (RPH) di Kabupaten Karawang, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Pembuatan Proposan, Biaya yang diperlukan, manfaat yang diperoleh dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Tioritis Berisi Kajian Teoritis pembangunan Rumah Potong Hewan, persyaratan lokasi, persyaratan fisik bangunan, bangunan penunjang dan lainnya. Bab III Standarisasi Manajemen Rumah Potong Hewan Berisi Peran dan Fungsi Rumah Potong Hewan, Design Tata Ruang Rumah Potong Hewan, Standarisasi Rumah Potong Hewan, Analisis Lingkungan Rumah Potong Hewan, Analisis Pasar dan Pemasaran, Analisis Financial dan Analisis Sosial ekonomi. Bab IV Manajemen Pengolahan limbah Rumah Potong Hewan Berisi tentang penanganan limbah Rumah Potong Hewan, dampak limbah Rumah Potong Hewan dan Solusi pemanfaatannya. Bab V Penutup Berisi Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran Undang-undang republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009 TentangPeternakan dan kesehatan hewan Peraturan pemerintah republik Indonesia Nomor 95 tahun 2012012 Tentang Kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan Peraturan menteri pertanian Nomor: 381/kpts/ot.140/10/2005 Tentang pedoman sertifikasi kontrol veteriner Unit usaha pangan asal hewan Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 22 tahun 1983 Tentang Kesehatan masyarakat veteriner peraturan menteri pertanian republik Indonesia nomor 13/permentan/ot.140/1/2010 tentang persyaratan rumah potong hewan ruminansia dan unit penanganan daging

Halaman 1-13

14-29

30-61

62-110

111-125 126-132 133-293 133-186 187-212

213-225

226-241

242-273

7.6 7.7

7.8 7.9

(meat cutting plant) Peraturan menteri Perdagangan Nomor 41 tahun 2015 tentang Ketentuan Ekpor dan Impor Hewan Peraturan menteri negara lingkungan hidup Nomor 02 tahun 2006 Tentang Baku mutu air limbah Bagi kegiatan rumah pemotongan hewan Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 699 Tahun 2013 Tentang Stabilisasi harga Daging Sapi Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 49 Tahun 2015 Tentang Rumah Potong Hewan Ruminansi

274-279 280-289

290-293 294-306

PROPOSAL PERLUASAN PEMBANGUNAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) PASAR CIKAMPEK

GAMBARAN UMUM KONDISI RUMAH POTONG HEWAN DI KABUPATEN KARAWANG Pedagang Daging di Karawang Keluhkan RPH Karawang, Aktual.com – Sejumlah pedagang daging sapi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, berharap agar pemerintah daerah setempat memperbaiki kondisi rumah pemotongan hewan. “Kondisi rumah pemotongan hewan yang ada saat ini tidak layak untuk disebut rumah pemotongan, karena sangat minim fasilitas,” kata Endang, salah seorang pedagang daging sapi Pasar Baru, di Karawang, Jumat.

RPH

1

CIKAMPEK

Ia mengaku selama ini para pedagang daging lebih memilih memotong sapi dengan menggunakan jasa tukang potong atau tukang jagal dibandingkan di rumah pemotongan hewan. Selain fasilitasnya minim, jasa pemotongan hewan di rumah pemotongan hewan tersebut juga tidak bisa cepat. Padahal pedagang butuh pelayanan cepat di rumah pemotongan hewan itu. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan dan Peternakan Karawang Kadarisman menyatakan tiga rumah pemotongan hewan yang ada belum berfungsi dengan baik dan perlu dikembangkan. “Kondisi rumah pemotongan hewan yang saat ini masih minim fasilitasnya. Jadi perlu dikembangkan,” kata dia. Ia mengatakan, ada tiga unit rumah pemotongan hewan atau Rumah Potong Hewan (RPH) yang ada di Karawang. Masing-masing Rumah Potong Hewan (RPH) itu berada di Kecamatan Cikampek, Karawang Timur dan wilayah Rengasdengklok. Tiga unit RPH yang tersebar di tiga kecamatan tersebut diakuinya belum memiliki fasilitas yang layak. Sehingga perlu pengembangan, agar mampu melayani pemotongan hewan dalam jumlah yang banyak. Dalam sehari, rata-rata hanya tujuh sampai delapan ekor sapi yang dipotong di masing-masing Rumah Potong Hewan (RPH) sekitar Karawang.

Kondisi Rumah Potong Hewan (RPH) saat ini banyak yang tidak layak. Karena itu secepatnya fasilitas ini akan ditingkaktkan sehingga menjadi Rumah Potong Hewan modern. Sehingga masyarakat juga bisa memanfaatkannya. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan dan Peternakan (Distanhutnak) Karawang Kadarisman, Kamis (18/2). “Dari 3 Rumah Potong Hewan yang kita miliki memang semuanya dalam kondisi yang tidak layak sebagai RPH modern. Makanya kedepan kita akan membenahi agar masyarakat juga bisa memanfaatkannya,” katanya. Kondisi Rumah Potong Hewan di Karawang, kata dia, memang banyak dikeluhkan oleh masyarakat karena fasilitasnya sangat minim. Kondisi ini

RPH

2

CIKAMPEK

membuat RPH yang ada tersebut kurang diminati sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan jasa tukang jagal atau yang biasa memotong hewan. Menurut Kadarisman, Pemkab Karawang memiliki 3 unit Rumah Potong Hewan yang ada di Kecamatan Cikampek, Karawang Timur dan Rengas Dengklok. Dari ketiga Rumah Potong Hewan tersebut seluruhnya memiliki fasilitas yang minim. Dengan fasilitas yang minim membuat para pedagang sapi potong tidak mau datang dan mereka memilih tempat lain. “RPH yang di Cikampek dan Karawang Timur paling hanya memotong 6 ekor sapi. Sedangkan yang di Rengasdengklok lebih parah lagi paling hanya memotong dua ekor saja setiap harinya. Jumlah ini sangat minim sekali makanya kita akan segera memperbaiki agar jumlah hewan yang dipotong lebih banyak lagi,” katanya. Menurut Kadarisman salah satu penyebab Rumah Potong Hewan ini sepi karena memang fasilitas yang dimiliki sangat minim. Oleh karena itu pihak dinas pertanian akan segera memperbaiki fasilitas RPH yang ada di Karawang. “Seluruh RPH akan kita perbaiki fasilitasnya dan yang kurang akan kita lengkapi sesuai dengan standar modern. Diharapkan dengan adanya penambahan fasilitas nantinya bisa lebih maksimal melayani masyarakat,” katanya. Sementara itu salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Baru Karawang, Endang, mengaku selama ini lebih memilih memotong sapi menggunakan jasa tukang potong. Menurutnya, Rumah Potong Hewan yang ada di Karawang tidak layak untuk disebut rumah pemotongan. Selain itu biaya pemotongan lebih mahal dibandingkan dengan pelayanan yang diharapkan pedagang. “Harusnya Rumah Potong Hewan itu bisa melayani sesuai dengan harapan para pedagang yaitu melayani lebih cepat. Selain itu juga harganya jangan terlalu mahal hingga pedagang mau ke Rumah Potong Hewan,” kata Endang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera, mendorong adanya tuntutan akan kebutuhan pangan yang sempurna, mencakup didalamnya komposisi gizi yang seimbang antara karbohidrat sebagai sumber energi, dan protein sebagai zat sumber pertumbuhan badan. Kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan pangan dari tumbuhtumbuhan sedang konsumsi protein hewani diperoleh dari hewan ternak yang dipelihara dengan sehat. Permintaan masyarakat terhadap daging yang sehat khusunya daging sapi sebagai sumber utama protein hewani terus meningkat, hal ini menyebabkan

RPH

3

CIKAMPEK

intensitas pemotongan juga meningkat, oleh karena itu keberadaan Rumah Pemotongan Hewan sangat diperlukan, yang dalam pelaksanaannya harus dapat menjaga kualitas, baik dari tingkat kebersihannya, kesehatannya, ataupun kehalalan daging untuk dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah mendirikan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di berbagai daerah seluruh Indonesia. Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim yang dapat mengurai/memecah beberapa komponen gizi (protein, lemak) yang akhirnya menyebabkan pembusukan daging. Oleh sebab itu, daging dikategorikan sebagai pangan yang mudah rusak (perishable food). Salah satu tahap yang sangat menentukan kualitas dan keamanan daging dalam mata rantai penyediaan daging adalah tahap di Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Di Rumah Pemotongan Hewan ini hewan disembelih dan terjadi perubahan (konversi) dari otot (hewan hidup) ke daging, serta dapat terjadi pencemaran mikroorganisme terhadap daging, terutama pada tahap eviserasi (pengeluaran jeroan). Penanganan hewan dan daging di Rumah Pemotongan Hewan yang kurang baik dan tidak higienis akan berdampak terhadap kehalalan, mutu dan keamanan daging yang dihasilkan. Oleh sebab itu, penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan di Rumah Pemotongan Hewan sangatlah penting, atau dapat dikatakan pula sebagai penerapan sistem produk safety Rumah Pemotongan Hewan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam sistem tersebut adalah higiene, sanitasi, kehalalan, dan kesehatan hewan. Dilihat dari mata rantai penyediaan daging di Indonesia, maka salah satu tahapan terpenting adalah penyembelihan hewan di RPH. Rumah pemotongan hewan (RPH) adalah kompleks bangunan dengan disain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratatn teknis dan higiene tertentu, yang digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat. Peraturan perundangan yang berkaitan persyaratan Rumah Pemotongan Hewan di Indonesia telah diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 555/Kpts/TN.240/9/1986 tentang Syarat-Syarat Rumah Pemotongan Hewan dan Usaha Pemotongan. Rumah Potong Hewan adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan disain tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan selain unggas bagi konsumsi masyarakat luas (Manual Kesmavet, 1993). Dari uraian tersebut diatas, di Kabupaten Karawang diperlukan sarana untuk pelayanan kepada masyarakat baik di dalam maupun di luar Kabupaten Karawang dalam penyediaan daging sehat yang sesuai dengan perkembangan yang terjadi. RPH

4

CIKAMPEK

Untuk menanggapi potensi luar biasa tersebut diperlukan adanya Rumah Pemotongan Hewan yang representatif, sehingga demikian perlu perencanaan tentang Rumah Pemotongan Hewan di Cikampek yang lebih menekankan pada fungsi proses produksi sehingga tercipta keefektifan di lokasi tersebut, dengan ketentuan tentang persyaratan Rumah Pemotongan Hewan yang sesuai dengan keputusan pemerintah yang berlaku. Rumah Potong Hewan adalah suatu komplek bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagai tempat pemotongan hewan bagi konsumsi masyarakat luas. Rumah Pemotongan Hewan Pasar Cikampek Kabupaten Karawang memiliki konsep terpadu dimana RPH tidak hanya memberikan pelayanan pemotongan berbagai macam jenis ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas tetapi juga RPH dilengkapi dengan kandang-kandang penampungan, pasar hewan, klinik, meat shop dan unit pengolahan ayam ungkep, koasistensi/ magang/ penelitian/ study banding pelajar, mahasiswa dan instansi (pemerintah maupun swasta) serta menjadi kawasan eduagrowisata sehingga pelayanan yang diberikan sangat lengkap dari hulu ke hilir atau one stop shopping. RPH Terpadu Pasar Cikampek yang berdiri di atas lahan 7.000 M2 diharapkan dapat menjadi RPH percontohan di Karawang. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Cikampek, merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berada dibawah naungan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang. Rumah Pemotongan Hewan sebagai unit pelayanan publik memiliki fungsi teknis, ekonomis dan sosial dimana dalam pelaksanaanya mengacu pada Visi dan Misi Bupati Karawang. Dari aspek sosial RPH memberikan ketentraman batin kepada masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit Zoonosis dan penyakit atau keracunan makanan (Food Born Disease dan Food Born Intoxication) melalui penyediaan daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Daging merupakan salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani, energi, air, mineral dan vitamin (Soeparno, 2005). Kebutuhan daging sapi di Indonesia sangat tinggi, Rumah Potong Hewan sangat berperan pada penyediaan konsumsi daging di pasaran. Rumah Potong Hewan (RPH) merupakan bangunan yang di desain dengan kontruksi khusus untuk memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat (Anonim, 1999). Untuk memperoleh kualitas daging yang baik dan ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) maka perlu diterapkan sistem pengawasan terhadap hewan potong di RPH dengan baik serta ditunjang dengan sarana dan prasana baik yang mendukung. 

RPH

5

CIKAMPEK

Daging merupakan bahan pangan asal ternak yang dibutuhkan oleh manusia karena memiliki nilai gizi yang tinggi dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan sel- sel baru, pergantian sel-sel rusak serta diperlukan bagi metabolisme tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan bagi masyarakat, daging harus memenuhi aspek kuantitatif, aspek kualitatif (nilai gizi), aspek kesehatan (syarat-syarat hygiene) dan aspek kehalalan, sehingga diperoleh produk yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Mengingat beberapa permasalahan tersebut diatas maka setiap kegiatan yang bergerak dan berhubungan dengan penanganan daging harus dilaksanakan dengan memenuhi persaratan kesehatan masyarakat veteriner. Sehingga masyarakat konsumen daging akan dapat memperoleh manfaat dan nilai kelebihan akan gizinya serta sekaligus dapat terhindar dari penularan penyakit zoonosis.. Sebagai sarana pelayanan terhadap masyarakat, khususnya jasa pelayanan pemotongan dan pemeriksaan kesehatan hewan dan daging, RPH Kabupaten Karawangberfungsi pula sebagai unit penghasil pendapatan asli daerah (PAD). Untuk dapat meningkatkan PAD RPH Kabupaten Karawang, selain tempat pelayanan yang memadai dituntut pula jasa pelayanan yang prima dan profesional dari aparatur. Rumah Potong Hewan secara garis besar mempunyai bangunan utama dan bangunan pendukung. Bangunan utama merupakan ruangan yang secara langsung menangani hewan potong dari proses pengistirahatan hewan potong sampai proses pembagian karkas dan siap untuk dipasarkan, sedangkan bangunan pendukung merupakan kantor administrasi yang mempunyai tugas untuk mendata hewan yang masuk dan karkas yang diedarkan. Rumah Pemotongan Hewan Terpadu Pasar Cikampek akan mengupayakan untuk memiliki sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. Dimana setiap juru sembelih/modin sudah mendapat sertifikasi sehingga semua produk yang keluar dari RPH telah memenuhi aspek halal. Selain akan mengupayakan memenuhi aspek halal, Rumah Pemotongan Hewan Pasar Cikampek Kabupaten Karawang juga sedang berupaya untuk memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) yaitu suatu sertifikasi yang merupakan legitimasi telah dipenuhinya peryaratan higiene sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan pangan asal hewan. Rumah Potong Hewan Pasar Cikampek akan dilengkapi oleh Standar Operasional Prosedur (SOP) yang merupakan pedoman dalam melaksanakan setiap kegiatan dan telah memiliki standar pelayananan untuk memberikan jaminan kepastian bagi pengguna jasa. Rumah Pemotongan Hewan Pasar Cikampek sudah dan sedang melakukan RPH

6

CIKAMPEK

pembenahan baik dibidang fisik bangunan maupun organisasi pengelola untuk memperoleh ISO 9001:2008 tentang Quality Management System for the provision of beef slaughtering service. Diharapkan RPH Terpadu dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dengan berorientasi kepada kebutuhan dan kepuasan masyarakat.

1.2 Kerangka Pikir Adapun alur pikir kegiatan yang menjadi landasan prosedur kegiatan ini disajikan dalam diagram alir sebagaimana terlihat pada gambar 1. 1.2.1 Variabel dan Indikator Variabel dan indikator yang digunakan dalam studi ini dikelompokkan berdasarkan jenis analisis kelayakan yang digunakan, yaitu: 1) Analisis kelayakan pasar, dengan variabel permintaan dan penawaran saat ini dan yang akan datang, harga jual daging, target pasar, kendala pemasaran, distribusi pemasaran, daerah pemasaran dan prospek RPH. 2) Analisis kelayakan teknis, yang meliputi variabel lokasi usaha, sumber bahan baku, teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, kebutuhan tenaga kerja, fasilitas air, fasilitas listrik, alat angkut. 3) Analisis kelayakan finansial, dengan variabel jumlah/kebutuhan investasi untuk tanah dan bangunan, mesin, peralatan dan biaya pemasangannya, serta biaya-biaya lainnya, modal kerja, biaya tetap, biaya tidak tetap, sumber pembiayaan. 4) Analisis kelayakan lingkungan meliputi aspek-aspek kedekatan dengan pemukiman penduduk, jalur transportasi, dan tempat pembuangan limbah.

RPH

7

CIKAMPEK

1.2.2 Kebutuhan Dan Sumber Data Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari nara sumber yang antara terdiri dari atas 1. Pejabat Pemerintah terkait (Bupati, Dinas Pertanian, BAPPEDA, dll), untuk mengetahui kebijakan yang diambil dalam pendirian RPH. 2. Pengusaha/Peternak, untuk mengetahui respons dan feedback pengusaha/peternak dengan adanya rencana pendirian RPH tersebut. 3. Pengusaha Peralatan Pemotongan Hewan, untuk mendapatkan informasi mengenai harga peralatan dan mesin yang akan digunakan RPH. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan publikasi yang diterbitkan oleh instansi terkait dan berhubungan langsung dengan studi ini. 1.2.3

Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pembuatan Proposal ini dibagi dalam dua tahap pengumpulan data. Tahap pertama di fokuskan kepada aktivitas desk research yang meliputi telaah pustaka dan pencarian data sekunder. Tahap kedua akan memfokuskan pada pencirian data primer melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan nara sumber terpilih baik dari kalangan pejabat pemerintahan, pengusaha/peternak maupun masyarakat dengan metode random sampling. Adapun teknik pengolahan data didasarkan kepada aspek-aspek analisis kelayakan yang antara lain meliputi:

RPH

8

CIKAMPEK

1) Aspek Kelayakan Pasar, dengan teknik analisis trend terhadap variable terpilih. Analisis ini memberikan arahan tentang volume permintaan dan penawaran daging sekarang dan masa yang akan datang. 2) Aspek Kelayakan Teknis, melalui teknik analisis deskriptif terhadap variabel-variabel yang telah ditentukan. 3) Aspek Kelayakan Finansial, melalui Net Present Value (NPV), Internal Rate of Returns (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio. 4) Aspek Kelayakan Lingkungan diterapkan secara deskriptif untuk mengetahui dan mengukur kemanfaatan dan kerugian yang diprediksi akan muncul dengan adanya fasilitas pemotongan hewan di sekitar bangunan RPH. 1.2.3 Tek...


Similar Free PDFs