PENGARUH KONDISI TEMPAT TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JATI (Tectona grandis Linn.f.) DI LAPANGAN PDF

Title PENGARUH KONDISI TEMPAT TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JATI (Tectona grandis Linn.f.) DI LAPANGAN
Author Febian Tetelay
Pages 11
File Size 123.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 118
Total Views 515

Summary

PENGARUH KONDISI TEMPAT TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JATI (Tectona grandis Linn.f.) DI LAPANGAN (The Effect of Growing Site to Growth of Jati (Tectona grandis Linn.f) At Field) Oleh : Febian. F. Tetelay 2009 Abstract This study aims to determine the condition of the growing site and the best growing ...


Description

PENGARUH KONDISI TEMPAT TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JATI (Tectona grandis Linn.f.) DI LAPANGAN (The Effect of Growing Site to Growth of Jati (Tectona grandis Linn.f) At Field) Oleh : Febian. F. Tetelay 2009 Abstract This study aims to determine the condition of the growing site and the best growing site for the growth of teak plants (Tectona grandis Linn.f) in the field. This research took place in the Teak planting area in the village of Hatusua, subdistrict of Kairatu, District of West Ceram, Maluku Province in October 2008. This research was conducted in two different growing conditions where A1 is a relatively dry growing site and far from water sources and A2 is a growing site that is close to a water source. Measurements were made on sample trees where each condition was represented by 20 trees. Measurements include plant height and plant diameter and as a supporting analysis of soil samples from both growing conditions to determine soil pH, N, P and K elements. The measurement results are then compared using the t-test The results showed that the average plant diameter and plant height in growing conditions A2 were better compared to the growing conditions A1. A2 growing conditions provide good growth for teak plants due to adequate water and nutrient availability.

Keyword : growing site, growth, Jati (Tectona grandis Linn.f)

I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pertumbuhan pohon pasti di dukung oleh berbagai factor pertumbuhan baik itu berasal dari lingkungan maupun yang berasal dari pohon itu sendiri. Gardner, et al (1991) dalam Wattimury (2009) menerangkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terbagi atas dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi respirasi, ketahanan terhadap iklim dan tanah, laju fotosintetik dan hal-hal yang berhubungan dari tanaman itu sendiri. Faktor eksternal berhubungan dengan lingkungan sekitar meliputi iklim, edafik (tanah) dan biologis. Faktor edafik atau tanah mengarah ke tempat tumbuh tanaman dalam hal ini tanah sebagai media pertumbuhan. Tanah adalah medium alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan bumi (Darmawijaya, 1997 dalam Wattimury, 2009). Sebagai media tumbuh maka tanah harus

dapat menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Hal ini berkaitan dengan produktifitas tanah, yaitu kemampuan tanah untuk menghasilkan tanaman tertentu di bawah sistem pengelolaan tertentu. Jati (Tectona grandis Linn. f) adalah salah satu jenis yang berkualitas tinggi dan banyak diminati di pasaran dunia, karena kayunya yang kuat dan awet sehingga banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, bahan pembuat mebel dan juga bahan untuk industi kayu lapis. Sebagai tanaman yang berkualitas tinggi dan banyak diminati oleh konsumen maka pembudidayaannya perlu diperhatikan agar membawa keuntungan yang lebih besar (Wattimury, 2009). Tempat tumbuh merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pembudidayaan tanaman Jati (T. grandis Linn.f). Tempat tumbuh berkaitan dengan penyediaan unsur hara dan air bagi tanaman. Tempat tumbuh yang baik akan menghasilkan tanaman yang berkualitas. Penelitian tentang pengaruh tempat tumbuh bagi pertumbuhan Jati (T. grandis Linn.f) perlu dilakukan untuk mengetahui tempat tumbuh yang baik bagi jenis ini, tempat tumbuh yang mampu menunjang pertumbuhan yang optimal dan menghasilkan tanaman yang berkualitas. 1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi tempat tumbuh dan kondisi tempat tumbuh yang baik bagi pertumbuhan Jati (T. grandis Linn. f). Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu memberikan informasi bagi pihak terkait tentang kondisi tempat tumbuh yang baik bagi pertumbuhan Jati (T. gandis L.f). II. Metode Penelitian 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung di desa Hatusua Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat, dilaksanakan pada dua tempat tumbuh yang berbeda. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan yaitu pada bulan Oktober 2008. 2.2. Alat dan Bahan Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : cangkul, parang, label plastik, tali plastik, kantong plastik 1000 g, gala, meter rol dan peralatan analisis sampel tanah di

laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Jati yang berumur dua tahun dan bahan-bahan kimia untuk analisis sampel tanah di laboratorium. 2.3. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengamati Jati yang terdapat pada dua tempat tumbuh yang berbeda yaitu tempat tumbuh pada tanah yang relatif kering dan jauh dari sumber air (A1) dan tempat tumbuh yang dekat dengan sumber air (A2).

Parameter yang

diukur yaitu tinggi tanaman dengan menggunakan gala dan diameter tanaman dengan menggunakan meter rol yang diukur setinggi dada. Tanaman Jati pada kedua kondisi tempat tumbuh berasal dari stump ditanam pada waktu yang sama, umur tanaman di lapangan saat penelitian berumur dua tahun. Tanaman Jati pada kedua kondisi tempat tumbuh dipilih secara acak dan masing-masing tempat tumbuh diambil sampel sebanyak 20 pohon. Sampel yang diambil ditandai dengan menggunakan label plastik. Sebagai penunjang maka diambil sampel tanah pada kedua kondisi tempat tumbuh untuk dianalisis kandungan N, P, K dan pH tanah di Laboratorium. Sampel tanah diambil secara komposit di mana pada masing-masing tempat tumbuh diambil contoh tanah dengan menggunakan cangkul pada beberapa titik, contoh diambil pada kedalaman 10 sampai 20 cm. Contoh tanah dari beberapa titik kemudian di campur, dikeringanginkan kemudian diambil 1000 g untuk dianalisis di Laboratorium. 2.4. Analisis Data Data yang terkumpul dalam pengamatan berupa tinggi dan diameter tanaman Jati dari kedua kondisi tempat tumbuh kemudian diperbandingkan dengan menggunakan uji t, dengan rumus :



̅

̅



di mana : ̅ = nilai rata-rata pengamatan s2 = simpangan baku sampel

n = jumlah sampel

III. Hasil dan Pembahasan 3.1. Sifat Botanis Tanaman Jati (T. grandis Linn.f) Jati termasuk dalam family Verbenaceae. Di alam tumbuh sebagai tanaman campuran serta tumbuh di daerah yang memiliki perbedaan musim basah dan kering yang tegas. Jati merupakan tanaman asli

di sebagian besar India, Myanmar, Thailand bagian Barat, Cina,

sebagian pulau Jawa serta beberapa pulau kecil di Indonesia seperti pulau Muna (Wattimury, 2009). Jati merupakan jenis tanaman yang tidak terlalu hijau atau deciduous yakni ada saatnya mengalami musim gugur. Proses ini tergantung kondisi iklim , musim, variasi hujan dan panas, serta komposisi tanah. Jati berbunga pada saat memasuki musim penghujan yaitu bulan Juli sampai Agustus atau bahkan mundur hingga bulan September. Buah Jati merupakan proses lanjutan dari bunga. Buah Jati mengandung 1-6 biji, namun pada umumnya hanya berisi 1-6 biji yang sempurna (Tini dan Amri, 2002 dalam Wattimury, 2009). Secara morfologis tanaman Jati dapat mencapai tinggi 30-45 m dengan diameter batang mencapai 220 cm. Daun berbentuk opposite( bentuk Jantung membulat dengan ujung meruncing) dengan ukuran panjang 20-50 cm serta lebar daun 15-40 cm, permukaan daun berbulu dengan warna daun hijau kecoklatan. Daun yang tua berwarna hijau tua keabu-abuan.

3.2. Keadaan Tanah Tanah yang terdapat pada areal penanaman Jati (T. grandis Linn.f) di desa Hatusua merupakan jenis tanah Aluvial. Sifat fisik dari

tanah di areal penanaman Jati (T.grandis

Linn.f) pada kedua kondisi tempat tumbuh sama, yaitu memiliki tekstur lempung berpasir dengan struktur remah atau relatif porous dan antar ped tidak terikat. Perbedaan pada kedua kondisi tempat tumbuh ini nampak pada vegetasi yang tumbuh di atasnya. Pada kondisi A 1, vegetasi dikuasai oleh alang-alang sedangkan pada kondisi A2, penggunaan lahan sudah diarahkan pada lahan usaha tani sehingga vegetasi yang ada umumnya adalah tanaman pertanian. Mahedalswara (2004) mengemukakan bahwa kondisi tanah yang cocok untuk pertumbuhan Jati (T. grandis Linn.f) adalah tanah lempung sampai lempung berpasir dengan memiliki unsur hara dalam jumlah yang cukup. Di lihat dari tekstur pada areal penanaman Jati baik untuk kondisi A1 maupun kondisi A2 maka tekstur tanahnya menunjang bagi pertumbuhan Jati. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan pH tanah pada kondisi A1 6,09 dan pada kondisi A2 6,42. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa reaksi tanah dari kedua kondisi tempat tumbuh ini masih tergolong sama yaitu termasuk masam rendah. Hal ini berarti reaksi tanahnya tergolong reaksi tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman karena menurut Sutanto (2005), kategori tanah yang dapat ditumbuhi tanaman yaitu pH berkisar 5,5 sampai 7,5. Kondisi tempat tumbuh A2 yang berada dekat dengan aliran sungai menyebabkan kelembaban tanahnya lebih tinggi dibandingkan kondisi tempat tumbuh A1, di mana dengan tekstur serta struktur tanah yang ada menyebabkan tanah pada kondisi tempat tumbuh A1 relatif lebih kering dari A2. Hal ini berarti persediaan air bagi tanaman pada kondisi tempat tumbuh A2 lebih besar daripada kondisi A1. Kondisi ini berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kerena air sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman terkhusus untuk tanaman yang masih yang masih muda. Hasil analisis laboratorium terhadap kandungan unsur N, P, dan K yang terdapat pada tanah pada masing-masing kondisi tempat tumbuh dapat di lihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan N, P dan K pada Kedua Kondisi Tempat Tumbuh No.

Kondisi Tempat Tumbuh

Ekstrak Total N (%)

1.

A1

0,14

Ekstrak Morgan Vanerna K2O (mg/kg) 29

2. A2 0,10 32 Sumber : Hasil analisis sampel tanah di laboratorium, tahun 2008

Ekstrak Bray I P2O5 (mg/kg) 3 6

Hasil pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa tanah pada kondisi tempat tumbuh A 2 memiliki kandungan unsur hara yang lebih dibandingkan dengan kondisi tempat tumbuh A1, walaupun kandungan unsur N pada tanah kondisi tempat tumbuh A1 lebih dari kondisi tempat tumbuh A2. Kandungan unsur N pada kedua kondisi tempat tumbuh termasuk rendah baik menurut PPAT (1983) maupun Reynold (1983). Begitu juga dengan kandungan unsur K pada kedua kondisi tempat tumbuh jika diubah ke kriteria PPAT tergolong sangat rendah karena nilai keduanya kurang dari 10 me/100 g. Begitu juga dengan kandungan unsur P yang tergolong sangat rendah. Hal ini berarti kandungan unsur hara pada kedua kondisi tempat tumbuh sangat rendah sehingga ketersediaan air menjadi faktor yang sangat menunjang dalam pertumbuhan Jati pada kedua kondisi tempat tumbuh ini. 3.3. Diameter Tanaman Jati Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata diameter tanaman Jati pada kedua kondisi tempat tumbuh berbeda, di mana rata-rata diameter pohon pada kondisi tempat tumbuh A1 adalah 7,41 cm sedangkan pada kondisi tempat tumbuh A2 11,18 cm. Hasil uji t dapat di lihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Rata-rata Diameter Tanaman Jati pada Kedua Kondisi Tempat Tumbuh No.

Kondisi Tempat Tumbuh

Rata-Rata Diameter (cm)

1

A1

7,41

2.

A2

11,18

t- hitung

= 14,56**

t-tabel 0,05 = 2,093 t-tabel 0,01 = 2,861 Keterangan : ** = berbeda sangat nyata

Berdasarkan hasil uji t terlihat bahwa rata-rata diameter pada kedua kondisi tempat tumbuh berbeda sangat nyata, di mana rata-rata diameter pada kondisi tempat tumbuh A2 lebih dari A1. Pada kondisi A2 dari duapuluh pohon yang diukur diameter terkecil 9,4 cm dan diameter terbesar 14,8 cm dengan simpangan baku 1,7546. Pada kondisi A1 diameter terkecil 6,2 cm dan diameter terbesar 8,4 cm dengan simpangan baku 0,4108. Jika pada umur 80 tahun rata-rata diameter bisa mencapai 1,8 m sampai 2,4 m (Anonim, 2009) maka rata-rata per tahun diameter tanaman Jati 2,25 cm – 3 cm dengan demikian pada usia dua tahun diameter rata-rata tanaman Jati harus 4,5 cm – 6 cm. Dengan demikian maka diameter tanaman Jati pada kedua kondisi tempat tumbuh ini di atas rata-rata diameter teoritisnya. Hal ini berarti kedua kondisi tempat tumbuh ini baik untuk penanaman Jati. Walaupun demikian adanya perbedaan diameter ini disebabkan oleh kandungan unsur hara dan air pada kedua kondisi tempat tumbuh yang ada. Pertumbuhan diameter berkaitan dengan aktivitas kambium di mana aktivitas kambium berhubungan dengan ketersediaan air dan persediaan karbohidrat. Air yang cukup tersedia akan menyebabkan pembelahan sel pada kambium berlangsung lebih efektif sehingga mempengaruhi pertambahan diameter. Begitu juga dengan persediaan karbohidrat, karbohidrat berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, unsur hara yang tersedia dalam jumlah cukup akan menunjang proses fotosintesis, karena karbohidrat merupakan hasil dari fotosintesis. Walaupun kedua kondisi tempat tumbuh memiliki ketersediaan unsur hara yang sangat rendah sampai rendah namun ketersediaan unsur hara pada kondisi tempat tumbuh A2 lebih baik dari kondisi tempat tumbuh A1, sehingga pembentukan karbohidrat pada tanaman yang tumbuh pada kondisi tempat tumbuh A2 juga akan lebih baik dari kondisi tempat tumbuh A1. Dengan demikian kondisi tempat tumbuh A2 menyediakan faktor penunjang pertumbuhan yang lebih dari kondisi tempat tumbuh A1. 3.4. Tinggi Tanaman Jati Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman Jati pada kedua kondisi tempat tumbuh berbeda di mana rata-rata tinggi tanaman jati pada kondisi tempat tumbuh A2 lebih dari kondisi tempat tumbuh A1. Rata-rata tinggi dan uji t-nya dapat di lihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Jati pada Kedua Kondisi Tempat Tumbuh No.

Kondisi Tempat Tumbuh

Rata-rata Tinggi (m)

1.

A1

6,77

2.

A2

8,75

t-hitung = 7,279** t-tabel 0,05 = 2,093 t-tabel 0,01 = 2,861 Keterangan : ** = berbeda sangat nyata Berdasarkan hasil uji t terlihat bahwa rata-rata tinggi tanaman Jati pada kedua kondisi tempat tumbuh ini berbeda sangat nyata. Tinggi rata-rata tanaman Jati pada kondisi tempat tumbuh A1 6,77 m dengan simpangan baku 0,734, sedangkan pada kondisi A2, tinggi rata-rata tanaman Jati 8,75 m dengan simpangan baku 0,75. Jika dibandingkan dengan tinggi teoritis tanaman Jati, pada umur 80 tahun tinggi rata-rata 40 m sampai 45 m (Anonim, 2009) atau tinggi pada umur dua tahun tinggi rata-rata tanaman Jati seharusnya 1 m sampai 1,125 m. Dengan demikian kedua kondisi tempat tumbuh ini memberikan pertumbuhan tinggi yang lebih baik dari rata-rata tinggi teoritis. Pertumbuhan tinggi tanaman berhubungan dengan perkembangan pucuk dan tajuk. Pertumbuhan pucuk yang menyebabkan tanaman bertambah tinggi banyak dipengaruhi oleh jarak tanam, suplai unsur hara dan air. Kondisi tempat tumbuh A2 berdasarkan hasil penelitian memiliki kandunga hara maupun air yang lebih baik dari kondisi tempat tumbuh A1. Unsur K contohnya merupakan unsur yang berfungsi menaikkan pertumbuhan pada jaringan meristem (Rosmarkam dan Yuwono, 2002), di mana jaringan meristem merupakan jaringan tempat pertumbuhan yang umum terdapat pada titik-titik tumbuh seperti pucuk dan kambium sehingga kandungan unsur K turut berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter maupun tinggi tanaman. Kandungan unsur K pada kondisi tempat tumbuh A2 lebih dari kondisi tempat tumbuh A1 sehingga baik pertumbuhan tinggi maupun diameter pada kondisi tempat tumbuh A2 lebih baik dari kondisi tempat tumbuh A1. Namun demikian baik pertumbuhan diameter maupun tinggi tanaman Jati di pengaruhi juga oleh kondisi genetik tanaman ini. Sumber benih tanaman ini adalah stump yang dibuat dari anakan Jati yang memiliki kualitas baik sehingga pertumbuhan tanaman di lapangan juga

menjadi lebih baik ketika kondisi tempat tumbuh cukup menunjang bagi pertumbuhan tanaman. IV. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. pertumbuhan tanaman Jati (T. grandis Linn.f) di lapangan dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh. 2. Kondisi tempat tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman Jati di lapangan adalah kondisi tempat tumbuh A2. 4.2. Saran Penanaman tanaman Jati (T. grandis Linn.f) di lapangan hendaknya memperhatikan kondisi tempat tumbuh, tempat tumbuh yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah yang memadai akan memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2009, Jati, http//:www.en. Wikipedia.org/wiki/Jati, tanggal akses 20 Januari 2009 Mahedalswara, D, 2004, Tanaman Jati Emas, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono, 2002, Ilmu Kesuburan Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sugiyono, 2004, Statistika Untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung Sutanto, R, 2005, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Wattimury, L, 2009, Pengaruh Tempat Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Jati (Tectona grandis L. f) di Desa Hatusua, Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon (Skripsi tidak dipublikasikan Winarso, S, 2005, Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah, Penerbit Gava Media, Yogyakarta

LAMPIRAN Lampiran 1. Diameter dan Tinggi Pohon Sampel pada kondisi Tempat Tumbuh A1 No. Pohon

Diameter Pohon (cm)

Tinggi pohon (m)

1.

8,4

9

2.

8

8

3.

7,7

7

4.

7,2

7

5.

7,5

6,5

6.

6,8

6

7.

7,4

7

8.

8

6,5

9.

6,4

5

10.

7,8

6

11.

8,2

7,5

12.

7,4

7

13.

6,8

6

14.

7,4

7

15.

6,2

6

16.

8,3

7,1

17.

6,7

6

18.

8

7

19.

6,9

6,5

20.

7,7

7,2

Jumlah

148,1

135,3

Rata-rata

7,41

6,77

0,4108

0,734

Simpangan Baku

Lampiran 2. Diameter dan Tinggi Pohon Sampel pada kondisi Tempat Tumbuh A2 No. Pohon

Diameter Pohon (cm)

Tinggi pohon (m)

1.

10,6

10,5

2.

11,5

9,5

3.

9,4

8

4.

11,9

8

5.

14,8

9

6.

12,6

8,5

7.

10,9

7

8.

12,6

8

9.

10,4

8

10.

10,3

8,5

11.

9,9

9

12.

10,6

10

13.

11,3

9

14.

10,9

9,5

15.

9,4

8

16.

9,7

8

17.

12,7

8,5

18.

11,7

10

19.

11,7

9

20.

10,6

9

Jumlah

223,5

175

Rata-rata

11,18

8,75

Simpangan Baku

1,7546

0,75...


Similar Free PDFs