PENTINGNYA PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI PADA MASA PANDEMI COVID-19 PDF

Title PENTINGNYA PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI PADA MASA PANDEMI COVID-19
Author Khairatul Mardiah
Pages 14
File Size 104.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 128
Total Views 622

Summary

PENTINGNYA PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI PADA MASA PANDEMI COVID-19 Khairatul Mardiah Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Padang [email protected] Abstract Parents have a very important role in the development of children, especially ...


Description

PENTINGNYA PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI PADA MASA PANDEMI COVID-19 Khairatul Mardiah Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Padang [email protected]

Abstract Parents have a very important role in the development of children, especially in character education. Stimulation and proper education will have a good influence on the formation of early childhood character. During the Covid-19 pandemic, children are required to study at home, this makes children spend more time at home with their parents. This article aims to identify the important role of parents in education and character building for early childhood during the Covid-19 pandemic. This article concludes that parents have a big role and responsibility in shaping the character of early childhood, namely acting as educators (educators), facilitators, motivators, companions and supervisors, as well as role models for children. In addition, parents have more challenges in guiding and supervising children during the Covid-19 pandemic which requires children to learn from home, from using gadgets that are sometimes misused by children. Keywords: the role of parents, the covid-19 pandemic, character education, early childhood. Abstrack Orangtua memiliki peran yang sangat penting terhadap perkembangan anak, terutama dalam pendidikan karakter. Stimulasi dan pendidikan yang tepat akan memberikan pengaruh yang baik terhadap pembentukan karakter anak usia dini. Pada masa pandemi Covid-19 ini anak diharuskan untuk belajar dirumah, hal tersebut membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu dirumah bersama dengan orangtua. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi pentingnya peranan orangtua dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak usia dini selama masa pandemi Covid-19. Artikel ini menyimpulkan bahwa orang tua memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam membentuk karakter anak usia dini, yaitu berperan sebagai pendidik (educator), fasilitator, motivator, pendamping dan pengawas,

serta sebagai figur yang dicontoh anak. Selain itu, orang tua memiliki tantangan lebih dalam membimbing dan mengawasi anak selama masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan anak belajar dari rumah, dari penggunaan gadget yang terkadang disalahgunakan oleh anak. Kata kunci: peranan orangtua, pandemi covid-19, pendidikan karakter, anak usia dini. PENDAHULUAN Anak usia dini merupakan anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun. Menurut Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 dikatakan bahwa anak usia dini adalah anak sejak lahir sampai usia enam tahun. Masa ini disebut dengan masa keemasan atau Golden Age dimana perkembangan anak berkembang dengan pesat. Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental. Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamenta bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Anak usia dini adalah suatu organisme yang merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat Biologis dan psikologisnya yang unik. Anak usia dini mengalami proses perkembangan yang fundamental dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan pengaruh yang membekas dan berjangka waktu lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya. Setiap anak memiliki sejumlah potensi, baik potensi fisik biologis, kognisi, maupun sosio- emosi. Anak yang sedang mengalami proses perkembangan sangat pesat sehingga membutuhkan pembelajaran yang aktif dan energik. (Suryana, 2013) Usia dini adalah 0 sampai dengan 6 tahun, sedangkan usia TK adalah 4 sampai dengan 6 tahun. Batasan ini sesuai dengan batasan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa anak usia dini adalah sejak lahir samapi umur 6 tahun. Sesudah usia 6 tahun anak masuk sekolah dasar. (Suryana, 2011:31- 32).

Pembagian rentang usia menurut Suryana (2015:4) dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya di Indonesia, tercantum dalam buku kurikulum dan hasil belajar anak usia dini yang terbagi ke dalam rentang tahapan. Pertama,Masa bayi berusia lahir– 12 bulan. Kedua, Masa “toddler ” atau batita usia 1-3 tahun.Ketiga, Masa prasekolah usia 3-6 tahun. Keempat, Masa kelas B TK usia 4-5/6tahun. Masa ini saat yang sangat tepat untuk meletakan dasar dasar pengembangankemampuan fisik, Bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai nilaiagama, serta kecakapan hidup yang diberikan secara terintegrasi dalam pelaksanaan pendidikan. Anak usia dini mengalami proses perkembangan yang fundamental dalam arti bahwa pengalaman perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan pengaruh yang membekas dan berjangka waktu lama sehingga melandasi proses perkembangan anak selanjutnya. Setiap anak memiliki sejumlah potensi, baik potensi fisik biologis, kognisi, maupun sosio-emosi. Anak yang sedang mengalami proses perkembangan sangat pesat sehingga membutuhkan pembelajaran yang aktif dan energik. (Suryana, 2013) Suryana (2013:42) Pembelajaran anak usia dini adalah sebagai dasar permbentukan, penanaman nilai moral dan akhlak yang mulia, pengembangan itelektualitas yang tinggi, pengembangan fisik motorik. Pendidikan yang dilakukan sejak dini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dimasa yang akan datang. (Suryana: 2014) Pembelajaran membutuhkan banyak penguatan terus menerus, sehingga menjadikan persambungan menjadi permanen ha1 itu harus diulang dan persambungan sel syaraf otak tidak akan terjadi jika pengetahuan itu terputus-putus atau bahkan terhenti. Dalam pendidikan anak usia dini terdapat beberapa pengaruh yang berkaitan dalam perkembangannya, antara lain yaitu pengaruh lingkungan serta di dukung oleh peran orang tua dalam pembentukan kepribadian anak ataupun karakter anak. Stimulasi dini sangat diperlukan guna memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak, yang mencakup penanaman nilai-nilai dasar (agama dan budi pekerti), pembentukan sikap (disiplin dan kemandirian) dan pengembangan kemampuan dasar (berbahasa, motorik, kognitif dan sosial) (Suryana, 2021). Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan juga perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai anggota keluarga, masyarakat dan

sebagai warga negara yang mampu membantu orang lain. Karakter seseorang berkembang sesuai dengan potensi bawaan sejak lahir, namun seiring dengan perkembangan anak orangtua memiliki peran yang sangat besar. Karakter merupakan aspek yang penting dalam kualitas sumber daya manusia, karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa itu sendiri. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina pada setiap diri bangsa Indonesia terutama sejak usia dini. Freud (dalam Muslich, 2011:35) menyatakan bahwa kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini dapat membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Permasalahan karakter terjadi pada hampir semua kalangan masyarakat di Indonesia. Semakin minimnya nilai karakter bangsa dapat meyebabkan hancurnya suatu negara. Lickona (1992) menyatakan bahwa terdapat 10 tanda perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa, yaitu: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja; (2) ketidak jujuran yang membudaya; (3) semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orang tua, guru, dan figur pemimpin; (4) pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan; (5) meningkatnya kecurigaan dan kebencian; (6) penggunaan bahasa yang memburuk; (7) penurunan etos kerja; (8) menurunnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara; (9) meningginya perilaku merusak diri; dan (10) semakin kaburnya pedoman moral. Dalam Pendidikan Anak Usia Dini berdasarkan Kurikulum 2013 sudah ditanamkan pembelajaran dan pendidikan karakter di sekolah. Namun dewasa ini pendidikan dan pembelajaran di sekolah mengalami hambatan dikarenakan adanya wabah Covid-19 yang merebak. Virus ini terdeteksi pertama kali di Indonesia pada tanggal 02 Maret 2020 di kota Depok, Jawa Barat. Sejak itu Pemerintah memberlakukan pembelajaran dirumah secara daring. Dengan demikian orangtua memiliki peranan yang lebih besar dalam menemani, membimbing, dan mengawasi anak selama mereka belajar dirumah. Pembelajaran daring tentunya mengurangi peran guru secara langsung dalam mendidik anak usia dini. Berbeda saat pembelajaran dilakukan secara tatap muka di sekolah dimana guru berperan langsung dalam mengajar dan membentuk karakter anak. Guru hanya dapat memberikan materi pembelajaran secara online. Nilai-nilai karakter yang biasanya dapat secara langsung diajarkan oleh guru seperti menanamkan kejujuran, berpikir kritis, berani menyatakan pendapat, dan bekerjasama dengan sesama teman tidak dapat berjalan secara efektif karena pembelajaran yang dilakukan secara online.

Di tengah pembelajaran yang dilakukan secara online di masa pandemi Covid-19 ini membuat orangtua menjadi sumber belajar dan patokan dalam pembentukan karakter anak usia dini. Namun pada kenyataannya masih banyak orangtua yang kurang menyadari pentingnya pendidikan karakter bagi anak usia dini terutama yang ia dapatkan dari keluarga sebagai lingkungan yang paling dekat dengan anak. Orangtua lebih memfokuskan anak-anak mereka untuk belajar pengetahuan umum dibandingkan memberikan pembiasaan-pembiasaan karakter yang baik. Meskipun sudah ditemukan beberapa penelitian lain tentang peran oramgtua dalam pendidikan anak usia dini, penelitian ini tetap dirasa penting dilakukan sebagai acuan dan menambah pengetahuan orangtua tentang pentingnya pendidikan karakter bagi anak usia dini dan dalam mendampingi anak belajar karena Covid-19 ini belum berakhir. Berdasarkan latar belakang tersebut, artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi pentingnya peranan orangtua dalam pendidikan dan pembentukan karakter anak usia dini selama masa pandemi Covid-19. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi literatur. Dimana menurut Danial dan Warsiah (2009:80), studi literatur merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku, majalan yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Sedangkan menurut Nazir (1998:112) studi literatur merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari buku, jurnal, makalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai. Sumber data yang digunakan dalam penelitian studi literatur ini adalah berupa sumber resmi dari buku dan jurnal ilmiah. HASIL DAN PEMBAHASAN Kata karakter berasal dari bahasa Yunani “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang

berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah kehidupan yang lebih baik. Thomas Lickona (1993) mendefinisikan pendidikan karakter berupa usaha-usaha yang disengaja yang mempunyai tujuan membantu siswa sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, serta mengimplementasikan nilai-nilai etika. Dalam pendidikan karakter, nilai-nilai kemanusiaan secara universal berusaha diwujudkan dengan berpijak pada nilainilai etik yang dimiliki setiap individu. Thomas Lickona juga mengartikan pendidikan karakter sebagai usaha yang disengaja dari berbagai dimensi kehidupan sosial dalam rangka membentuk karakter secara optimal. Karakter juga dapat diartikan sebagai pola tingkah laku yang bersifat individual dan sifat yang dimiliki seseorang. Pola tingkah laku dan sifat tersebut terbentuk setelah anak melewati masa pertumbuhan masa kana-kanak (Ryan dan Bohlin 1999). Pendidikan karakter merupakan pembelajaran wajib dalam kurikulum 2013 di PAUD. Namun demikian orang tua tetap bertanggung jawab bwsar dalam pengembangan karakter anak usia dini. Menurut Suryana (2014:1) Pengembangan kurikulum di Indonesia mendorong perbaikan proses pembelajaran, salah satu proses utama pembelajaran dalam kurikulum pendidikan anak usia dini 2013 adalah pendekatan ilmiah berbasis pembelajaran. Belajar ilmiah adalah pencapaian tujuan melalui kegiatan anak-anak belajar. Anak-anak diharapkan untuk mengembangkan kemampuan untuk mengamati, bertanya, mencoba, alasan, dan berkomunikasi proses pembelajaran yang dialami oleh anak usaha penemuan pembelajaran.

Pendidikan karakter dalam keluarga dapat diartikan sebagai sebuah langkah orangtua kepada anak agar anak usia dini dapat bertumbuh dan menghayati nilai-nilai moral guna menyiapkan kehidupan dengan tujuan untuk membentuk pribadi anak yang berakhlak mulia. Pendidikan karakter bertujuan untuk memperkuat pondasi anak sebagai persiapan agar nantinya anak dapat hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada usia dini anak tentu belum memahami tentang moral, sehingga anak belum dapat membedakan baik dan buruk suatu perbuatan. Disinilah letak peran orangtua yang sangat besar untuk memberikan pondasi moral yang baik dan kuat kepada anak. Orangtua merupakan tempat belajar utama bagi anak. Oleh karena itu anak membutuhkan stimulasi yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama dalam pemgembangan karakternya. Orangtua harus menyadari bahwa penanaman pendidikan karakter yang baik pada anak akan menentukan perkembangan masa depannya. Pendidikan karakter dalam keluarga yang diajarkan kepada anak dapat dilakukan melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua dapat mengajarkan pembiasaan karakter yang didasari atas budaya dan adat istiadat yang melekat disekitarnya. Nilai-nilai karakter yang dapat diberikan orangtua kepada anak dirumah adalah, yang pertama disiplin. Disiplin dasar karakter yang dapat diterapkan orangtua kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua dapat melatih anak untuk disiplin dengan cara menerapkan rutinitas kegiatan mereka sehari-hari. Yang kedua, ketekunan. Dengan mengajarkan anak ketekunan, maka secara langsung orangtua juga dapat melatih kesabaran anak. Yang ketiga, tanggung jawab. Anak diberi kebebasan dalam menjalankan kewajiban dan tugas, dapat diandalkan, konsisten dalam perkataan dan perbuatan, dan dapat dipercaya ketika diberikan tugas. 4) Sikap rendah hati. Tanamkan kepada anak bahwa sikap yang terlalu menyombongkan diri akan merugikan diri sendiri dan kita tidak boleh meremehkan orang lain, karena setiap orang memiliki kelemahan dan kekuatannya masing-masing. 5) Tata krama. Berikan anak pembiasaan untuk bertatakrama dengan baik dan benar. Anak diajari agar dapat memilah dan memilih mana tindakan yang baik dan tindakan yang tidak baik. Tata krama ini termasuk hal yang penting dalam hubungan kemasyarakatan. 6) Kejujuran. Anak dibiasakan hidup jujur sejak kecil. Contohnya jika anak menemukan barang yang bukan miliknya, maka anak diajarkan untuk tidak mengambilnya. 7). Cinta kepada Allah. Orangtua mengajarkan nilai-nilai religi kepada anak dengan membawa anak ke kegiatan-kegiatan

pengajian, mengajarkan anak untuk membaca Al-qur’an, mendorong anak untuk belajar beribadah, dan menanamkan nilai-nilai kebajikan. Selama masa pandemi Covid-19 orangtua memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk terus menanamkan pendidikan karakter kepada anak usia dini. Selain dalam bentuk pembiasaan dan pendampingan, orangtua juga bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas dan memastikan keberlangsungan proses pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Berbagai peran yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam pembentukan karakter anak usia dini di masa pandemi Covid-19 adalah sebagai berikut. 1. Sebagai pendidik (edukator) Sebagai pendidik orangtua berperan untuk mendidik, memelihara, membina, membimbimbing,

dan

melatih anak

sehingga

dapat

mencapai tugas-tugas

perkembangan dengan optimal. Peran sebagai pendidik adalah peran yang harus dilakukan oleh orangtua baik di masa pandemi maupun tidak dimasa pandemi. Karena pembelajaran dilakukan secara daring, tentunya membuat orangtua berperan lebih besar lagi dalam mendidik anak usia dini dirumah. Peran orangtua sebagai pendidik dalam pembelajaran nilai-nilai karakter ataupun dalam proses belajar di rumah selama pandemi Covid-19 belum mereda dapat menggantikan peran guru di sekolah. Selama proses pendidikan karakter dijalankan dirumah maka sebagai pendidik orangtua tetap berkewajiban untuk terus memantau perkembangan anak.

2. Sebagai fasilatator Dalam konteks pendidikan karakter prestasi anak tidak hanya dilihat dan diukur dari prestasi akademiknya saja, tetapi juga prestasi sosialnya. Dalam hal ini prestasi sosial berarti sikap dan karakter anak yang mampu menghargai perbedaan dalam lingkungannya. Oleh karena itu, selain berperan mengarahkan anak agar berprestasi orangtua juga berperan untuk memfasilitasi tumbuh kembang anak agar menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik. Peran orangtua sebagai fasilitator dalam meningkatkan kemampuan sosial anak cukup berpengaruh membentuk karakter anak sebagai seorang siswa (Rohman dan Lessy 2017; Rohman 2018). Peran orangtua dapat menjadi fasilitator dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada anak usia dini untuk dapat hidup dan berdampingan di dalam lingkungan masyarakat di tengah maraknya perbedaan.

3. Sebagai pengawas dan pendamping Pandemi Covid-19 telah mengubah pola pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu orangtua berperan penting dalam megawasi dan mendampingi anak dalam proses pembelajarannya dirumah. Begitu juga dalam pendidikan karakter. Orangtua harus selalau mengawasi bagaimana perilaku anak sehari-hari. Orangtua juga boleh memberikan hukuman ringan kepada anak apabila ia melakukan suatu kesalahan. Hal ini dimaksudkan agar anak ammpu belajar dari kesalahannya. Pembelajaran yang dilakukan secara online dengan menggunakan smartphone memerlukan pengawasan dan pendampingan oleh orangtua agar prosesnya tidak disalahgunakan oleh anak.

4. Sebagai motivator Dalam masa pandemi Covid-19 Orangtua berperan sebagai motivator bagi anak dengan terus memberikan motivasi serta nasehat kepada anak agar anak tetap semangat mengikuti pembelajaran secara daring. Orangtua juga dapat memberikan dorongan dan motivasi agar anak selalu melakukan perbuatan yang baik.

5. Sebagai contoh yang baik bagi anak Anak usia dini masih bersifat meniru. Dimasa pandemi ini tentunya anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama orangtua dirumah. Dengan demikian orangtua harus memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak usia dini. Ada beberapa nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan oleh orangtua kepada anak usia dini diruma...


Similar Free PDFs