Penurunan Kualitas Lahan (Degradasi Lahan): Studi Kasus di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu PDF

Title Penurunan Kualitas Lahan (Degradasi Lahan): Studi Kasus di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu
Author Raymond Valiant
Pages 39
File Size 2 MB
File Type PDF
Total Downloads 523
Total Views 905

Summary

Judul Tugas : Penurunan Kualitas Lahan (Degradasi Lahan): Studi Kasus di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu Nama Mahasiswa : Raymond Valiant No. Induk Mahasiswa : 137040100111018 Mata Kuliah : Reklamasi Lahan (PTT8102) Pengampu : Prof. Ir. Wani Hadi Utomo, Ph.D Program : Program Pascasarjana Fa...


Description

Judul Tugas

: Penurunan Kualitas Lahan (Degradasi Lahan): Studi Kasus di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu

Nama Mahasiswa

:

Raymond Valiant

No. Induk Mahasiswa :

137040100111018

Mata Kuliah

:

Reklamasi Lahan (PTT8102)

Pengampu

:

Prof. Ir. Wani Hadi Utomo, Ph.D

Program

:

Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Minat

:

Doktoral Manajemen Sumberdaya Lahan

Ringkasan Makalah ini membahas degradasi lahan di DAS Brantas Hulu, dengan menelaah dan mengkaji beberapa indikator, kemudian membahas cara penanganan degradasi lahan itu sendiri, dan akhirnya melakukan evaluasi kritis terhadap metode penanganan yang telah dilakukan. Secara umum indikator menunjukkan peningkatan degradasi lahan di DAS Brantas Hulu, baik dari indikasi peningkatan prosentase limpasan terhadap curah hujan yang jatuh, dari semula 24-26% (1993 dan 1997) menjadi 31-35% (2001 dan 2006) -1 maupun dari segi laju erosi teoritik yang meningkat sampai 3,9 mm tahun untuk rentang -1 -1 2007-2012, dari sebelumnya sebesar 2,1 mm tahun (1987); 2,9 mm tahun (2003) dan -1 3,3 mm tahun (2007). Berbagai dampak lain dari degradasi lahan juga diulas, seperti sedimentasi pada Bendungan Sutami dan peningkatan kadar nitrogen dan fosfat terlarut di perairan sungai dan bendungan yang memunculkan gejala eutrofikasi. Analisis secara kritis terhadap degradasi lahan di DAS Brantas Hulu menunjukkan sejumlah kekurangan yang berlangsung secara terus-menerus, seperti kegiatan penanaman pohon masih dilakukan secara sporadis dan tidak tepat pada kawasan sasaran sehingga berimplikasi penanganan lahan yang terdegradasi tidak dapat dilakukan secara optimal, sementara pemilihan spesies tanaman dari jenis kayu ringan/sedang yang cepat tumbuh mempengaruhi tata air secara keseluruhan dan belum pasti meningkatkan efektifitas pengendalian degradasi lahan. Dari sisi kelembagaan, penanganan lahan yang terdegradasi belum dilaksanakan secara terencana (designated), menyatu (integrated) dan terkoordinasi antar instansi; kondisi ini dipersulit dengan kebijakan pemerintah yang belum mampu mengendalikan tata ruang dan tata guna lahan secara efektif. Dalam hal pengelolaan sumberdaya lahan, ditenggarai bahwa sektor pertanian merupakan kunci dalam pengendalian degradasi lahan di DAS Brantas Hulu. Keterlibatan masyarakat petani dan kerjasama antar-lembaga sebagai faktor yang berpengaruh dalam pengendalian degradasi lahan di DAS Brantas Hulu. Involusi di sektor pertanian mendorong penggunaan lahan secara tidak lestari sementara kemampuan, teknik dan strategi dalam pengelolaan lahan tidak banyak berkembang. Untuk itu perlu ditingkatkan kemampuan, teknik dan strategi dalam konservasi lahan, sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat petani sebagai pendukung keberhasilan dalam melestarikan lahan. Agar kegiatan pengendalian degradasi lahan dapat memberi hasil signifikan perlu ada integrasi antara strategi, perencanaan dan metode kerja dengan kegiatan (program) pada tataran petani dengan melibatkan lembaga terkait. Kata kunci: degradasi lahan, indikator degradasi, metode pengendalian

Tugas Mata Kuliah PTT8102

1

Raymond Valiant

Daftar Isi Ringkasan .............................................................................................................1  I.  Pendahuluan ...................................................................................................3  1.1  Gambaran Lokasi ...............................................................................3  1.2  Identifikasi Masalah ...........................................................................4  1.3  Rumusan Masalah .............................................................................6  II.  Kajian Pustaka ...............................................................................................7  2.1  Pengertian Degradasi Lahan ............................................................7  2.1.1  Faktor Penyebab Degradasi Lahan ............................................7  2.1.2  Proses Degradasi Lahan ............................................................8  2.2  Ciri Terjadinya Degradasi .................................................................9  2.3  Dampak Umum Degradasi Lahan .....................................................9  2.3.1  Pemanfaatan Lahan ...................................................................9  2.3.2  Air Permukaan dan Air Tanah ..................................................10  2.3.3  Sosial Ekonomi Kemasyarakatan .............................................11  2.4  Metode Pengendalian Degradasi ...................................................11  2.4.1  Peningkatan Infiltrasi Tanah .....................................................11  2.4.2  Ketahanan dan Simpanan Permukaan ....................................12  2.4.3  Meningkatkan Intersepsi Hujan ................................................12  III.  Deskripsi Lokasi Analisis ..........................................................................13  3.1  DAS Brantas Bagian Hulu ...............................................................13  3.2  Faktor Penciri Ragawi .....................................................................14  3.2.1  Topografi, Geologi dan Pedologi ..............................................14  3.2.2  Iklim dan Hidrologi ....................................................................16  3.2.3  Tata Guna Lahan dan Kondisi Lahan Kritis ..............................17  IV.  Analisis dan Pembahasan .........................................................................19  4.1  Analisis Degradasi Lahan di DAS Brantas Hulu ...........................19  4.1.1  Perubahan Limpasan Permukaan ............................................19  4.1.2  Perubahan Besaran Erosi ........................................................20  4.1.3  Angkutan Sedimen ke Badan Air..............................................22  4.1.4  Sedimentasi di Badan Air .........................................................23  4.1.5  Penurunan Kualitas Air Sungai.................................................26  4.2  Analisis Kegiatan Penanganan Degradasi Lahan ........................28  4.3  Analisis Kebijakan Pengendalian Degradasi Lahan .....................30  4.3.1  Pola Pengelolaan Sumberdaya ................................................30  4.3.2  Kerjasama Kelembagaan .........................................................32  V.  Simpulan dan Rekomendasi ......................................................................35  5.1  Simpulan ...........................................................................................35  5.2  Rekomendasi ...................................................................................36  VI.  Pustaka .......................................................................................................37 

Tugas Mata Kuliah PTT8102

2

Raymond Valiant

I.

Pendahuluan

Degradasi lahan merupakan salah satu ancaman terhadap keberlanjutan hidup manusia, yang tidak saja terjadi pada tanah di kawasan kering, setengah-kering atau setengah-basah di dunia sebagaimana ditinjau Oldeman et al (1991) namun juga terjadi pada kawasan tropis yang kaya akan kelembaban (Gilsladottir & Stocking, 2005; Bossio et al, 2010; Lestrelin, 2010). Ancaman akibat degradasi lahan ini dapat dikatakan bersifat global oleh karena mempengaruhi sejumlah besar umat manusia; diperkirakan sekitar 2,6 miliar penduduk yang menempati 33% luas lahan pertanian di dunia terancam secara langsung oleh degradasi lahan (Adams & Eswaran, 2000). Selain penyebab alami seperti erosi oleh angin, air dan aliran salju, degradasi lahan kerapkali diakibatkan campur tangan manusia seperti: perubahan tata guna lahan (GLP, 2005; Tschakert & Dietrich, 2010), pengolahan tanah secara intensif dalam kegiatan bercocok-tanam atau pembukaan lahan yang menguras kandungan zat hara (Fujii et al, 2013) atau penggembalaan hewan merumput secara berlebihan (Ravi et al, 2010). Contoh klasik campur tangan manusia dapat dilihat pada kerusakan lahan di kawasan tengah Amerika Serikat sekitar 1930-an yang memunculkan istilah cawan debu (dust-bowl) untuk menggambarkan proses lahan itu menjadi gurun pasir, atau peristiwa mengeringnya kawasan Sahel di Afrika Tengah. Proses degradasi lahan juga terjadi di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa yang memiliki penduduk dalam jumlah besar dan tingkat kerapatan pemanfaatan lahan yang tinggi. Sekitar 60% penduduk Indonesia bermukim di Pulau Jawa, yang menimbulkan tekanan pada ketersediaan lahan dan air. Tanah yang relatif subur dari aktifitas vulkanik dan curah hujan cukup dari iklim yang mendukung, mendorong pertumbuhan penduduk bersama perkembangan kegiatan agraris dan aktifitas ekonomi lainnya. Berbagai perubahan pada lahan dan air telah diamati dalam beberapa tahun terakhir ini di Pulau Jawa (Sabiham, 2013) dan diyakini lahan di pulau ini dalam ancaman karena degradasi sumberdaya yang diakibatkan aktifitas manusia (Irianto & Rejekiningrum, 2013; Arsyad, 2013). Perhatian diberikan khususnya pada daerah aliran sungai (DAS) di Pulau Jawa, yang diketahui mengalami banyak tekanan karena intensifnya pemanfaatan lahan (Anwar & Ansofino, 2013). 1.1

Gambaran Lokasi

Salah satu DAS yang cukup penting di Pulau Jawa, bahkan ditetapkan sebagai sungai strategis nasional, adalah DAS Brantas.

Tugas Mata Kuliah PTT8102

3

Raymond Valiant

Sungai Brantas merupakan salah satu sungai terpenting di Pulau Jawa. Sungai ini mengalir dari mata airnya di Gunung Arjuna dan Anjasmara pada ketinggian 1.547 meter di atas permukaan laut, menuju ke arah selatan, lalu ke barat dan akhirnya ke timur, searah jarum jam, sepanjang kurang lebih 320 km. Sepanjang alirannya sungai ini melewati sejumlah 14 kabupaten/kota, di mana ujung alirannya berada pada suatu delta yang dibatasi dua cabang anak sungai yakni Sungai Surabaya dan Sungai Porong (Sidoarjo). SURABAYA

Bend. Bening KEDIRI Gunung Arjuna Bend. Selorejo

Gunung Wilis Gunung Kelud

Bend. Wonorejo

Gunung Kawi

MALANG

Bend. Lahor

Gunung Semeru

TULUNGAGUNG Bend. Lodoyo

Bend. Wlingi

Bend. Sutami

Bend. Sengguruh

Gambar 1 – DAS Brantas di Provinsi Jawa Timur

Luas DAS Brantas seluruhnya sekitar 12.000 km2 atau ¼ luas Provinsi Jawa Timur. Secara topografis, bentuk DAS-nya memanjang namun karena sungai utama ini mengalir searah jarum jam maka terlihat seperti trapesium. Secara umum, DAS Brantas terbagi dalam 3 bagian, yakni: DAS Brantas Hulu, DAS Brantas Tengah, dan DAS Brantas Hilir. Masing-masing memiliki karakteristik geologi, topografi, pedologi dan sosial ekonomi masyarakat yang berbeda. Perubahan tata guna lahan telah diketahui terjadi di DAS Brantas sejak lama dan bersumber dari kegiatan manusia (PU, 2005). Ketersediaan sumberdaya lahan dan air yang memadai untuk kegiatan pertanian dan meningkatnya populasi di DAS Brantas menyebabkan perubahan yang meluas. Beberapa analisis terhadap DAS Brantas Hulu telah menunjukkan timbulnya perubahan tata guna lahan yang mendorong ke arah degradasi lahan (BPDAS, 2003a; 2003b; 2003c; dan Valiant, 2007). Diperlukan analisis yang terkini untuk menentukan penyebab dan menggambarkan dampak dari degradasi lahan ini. 1.2

Identifikasi Masalah

Berbagai sumber telah meneliti kekritisan dan degradasi lahan di DAS Brantas Hulu. BPDAS (2003a, 2003b dan 2003c) menghitung tingkat erosi teoritik di

Tugas Mata Kuliah PTT8102

4

Raymond Valiant

DAS Brantas Hulu telah mencapai 2,9 mm tahun-¹. PU (2005) laju erosi teoritik dihitung sebesar 2,8 mm tahun-1 atau setara 4,49 juta m3 tahun-1. Sedangkan Valiant (2007) menggunakan data satelit ASTER (2005) menghitung tingkat erosi teoritik di Brantas mencapai 2,8 mm tahun-1. Laju erosi ini mengindikasikan adanya degradasi lahan secara sistematis, di mana hutan dan lahan yang semula tertutup vegetasi dibuka untuk berbagai keperluan. Sebagai contoh dapat dilihat hasil kajian PU (2005) pada Sub-DAS Sumber-Brantas (luas 182 km2) yakni bagian paling hulu DAS Brantas: luas hutan tersisa 42,41 km2 (23%), semak 29,67 km2 (16%), lahan rumput 1,66 km2 (1%), sawah 24,72 km2 (14%), pemukiman 20,95 km2 (12%) dan lain-lain seperti kebun/ladang 62,59 km2 (34%). Memperhatikan laju erosi, semakin dapat dipahami perubahan kondisi tutupan lahan merupakan fenomena kolektif pendorong degradasi lahan pada berbagai bagian DAS. Salah satu indikator dari perubahan tata guna lahan adalah luas tutupan hutan di DAS Brantas Hulu seperti terlampir pada Tabel 1, di mana tampak perubahan luasan hutan. Oleh karena berbagai kegiatan masyarakat, terjadi perubahan tata guna lahan, sehingga luasan hutan di DAS Brantas Hulu, turun dari 25,9% menjadi 11,6% saja.

Tabel 1 - Data Luasan Hutan di DAS Brantas Hulu Luas 2 km % 1941 530 25,9 1951 398 19,4 1994 256 12,4 2005 242 11,8 Catatan: penurunan drastik dari luasan hutan di DAS Brantas Hulu disebabkan letusan Gunung Kelud pada 31 Agustus 1951 Sumber: Nippon Koei (1961) dan PU (2005) Tahun

Sejauh ini cukup banyak kegiatan pelestarian tanah dan air yang telah dilakukan di lingkup DAS Brantas Hulu. Pola pengelolaan terpadu telah disusun dan dievaluasi berkali-kali, salahsatunya oleh BPDAS (2011) yang menunjukkan berbagai perubahan biofisik di DAS Brantas secara umum beserta upaya penanggulangannya. Berbagai program dan gerakan untuk merehabilitasi lahan dan hutan telah dilakukan di DAS Brantas. Bersama-sama dengan pemerintah pusat dan daerah, kegiatan konservasi ini juga melibatkan Balai Pengelolaan DAS Brantas (Kementerian Kehutanan), Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (Kementerian Pekerjaan Umum) dan PJT-I sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yang menjadi pengelola sumberdaya air di DAS tersebut. Namun

Tugas Mata Kuliah PTT8102

5

Raymond Valiant

secara keseluruhan masih perlu ditinjau keberhasilan dari gerakan rehabilitasi dimaksud. 1.3

Rumusan Masalah

Makalah ini akan membahas masalah berikut ini: 1.

Apakah terdapat perubahan terhadap degradasi lahan di DAS Brantas Hulu?

2.

Bagaimana dampak degradasi lahan kepada tata kelola air permukaan dan kesuburan lahan?

3.

Bagaimana kegiatan rehabilitasi lahan mempengaruhi pengendalian degradasi lahan selama ini di DAS Brantas Hulu?

Tugas Mata Kuliah PTT8102

6

Raymond Valiant

II.

Kajian Pustaka

2.1

Pengertian Degradasi Lahan

Tanah merupakan media bagi kehidupan berbagai tumbuhan di permukaan bumi. Tanah yang subur adalah media yang cukup kuat untuk menunjang tegaknya tanaman, tanpa memiliki lapisan yang menghambat perkembangan akar, pengudaraan yang baik, kemasaman tanah yang mendekati netral, tidak mempunyai larutan garam yang tinggi, cukup tersedia unsur hara dan air yang seimbang. Secara ringkas, kesuburan tanah adalah manifestasi dari sifat dan kemampuan kimia serta fisika tanah (Islami & Utomo, 1995). Degradasi lahan adalah suatu proses di mana kemampuan tanah pada suatu bidang lahan menurun atau berkurang (secara aktual maupun potensial) untuk memproduksi suatu barang ataupun jasa. Lahan yang telah terdegradasi cenderung mengalami penurunan produktifitas (Mawardi, 2012; Arsyad, 2013; Banuwa, 2013). Degradasi lahan juga menjadi faktor yang membatasi produktifitas air dalam dunia pertanian (Barrow, 1991; Bossio et al, 2008; Falkenmark & Lannerstad, 2005). 2.1.1

Faktor Penyebab Degradasi Lahan

Degradasi lahan atau kerusakan tanah dapat disebabkan oleh faktor alami dan/atau campur tangan manusia (antropogenik). Dimana faktor alami umumnya disebabkan aspek topografi, hidrologi, geologi atau pedologi dari tanah itu sendiri; seperti areal yang berlereng curam, jenis tanah yang mudah rusak atau tergerus, curah hujan yang tinggi, atau kekuatan tektonis/vulkanis yang merupakan bencana alam (Banuwa, 2013). Sedangkan faktor campur tangan manusia disebabkan oleh berbagai interaksi manusia dengan tanah, misalnya penerapan pola pertanian yang tidak tepat (Sabiham, 2013), kesalahan pola pengelolaan lahan (Haridjaja, 2013), deforestasi, penggembalaan hewan merumput yang berlebihan (overgrazing), perubahan populasi penduduk yang tinggi, marjinalisasi penduduk, kemiskinan, ketidakstabilan politik, ketidaktaatan pada tata ruang (Dardak, 2013), status kepemilikan lahan atau kebijakan agraria pemerintah (Nasoetion, 2013). Kerusakan tanah atau degradasi lahan ditandai beberapa ciri berikut ini (Arsyad, 2010): −

Hilangnya unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran tanaman yang disebabkan baik oleh perombakan cepat dari bahan organik, pelapukan mineral, pencucian zat hara, pelepasan zat hara pada saat pemanenan, pembakaran serasah di atas permukaan tanah dan lain-lain.



Berkumpulnya garam dan senyawa racun bagi tanaman di daerah perakaran. Kondisi ini umumnya terjadi di daerah beriklim kering, pesisir

Tugas Mata Kuliah PTT8102

7

Raymond Valiant

pantai, kawasan pasang-surut dan di daerah yang menggunakan bahan kimia secara intensif. −

Kondisi jenuh air pada kawasan perakaran tanaman (water logging) yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat campur tangan manusia, di mana dalam keadaan tersaturasi ini justru terjadi perubahan sifat tanah dari oksidatif sehingga reduktif yang mengganggu perkembangan tanah untuk menjadi media tumbuh dan produksi tanaman.



Hilangnya tanah atau bagian tanah yang dipindahkan oleh kekuatan air atau angin dari suatu tempat ke tempat lain yang lazim disebut erosi.

2.1.2

Proses Degradasi Lahan

Proses yang mengakibatkan terjadinya degradasi lahan dapat disebabkan oleh tiga penggerak, yaitu: kimia, fisika, dan biologi (Eswaran et al, 2001). Ketiga penggerak dari degradasi ini berkaitan erat pula dengan struktur tanah itu sendiri. −

Proses fisika dalam degradasi lahan merupakan peristiwa di mana struktur tanah mengalami proses yang mengarah kepada terbentuknya kerak, terjadinya pemadatan, berpindah tanah atau bagian tanah akibat kekuatan air atau angin (erosi), proses penggurunan (desertification), matinya biota tanah, pencemaran dan ketidakmampuan dari sumberdaya tersebut melakukan pemulihan dirinya sendiri (Islami & Utomo, 1995).



Proses kimia dalam degradasi lahan berupa peningkatan keasaman tanah, perembesan dari polutan (leaching), proses peningkatan garam di dalam tanah (salinization), penurunan kapasitas penyimpanan kation di dalam tanah dan menurunnya kesuburan secara umum. Perubahan kapasitas penyimpanan kation ini erat berhubungan dengan koloid di dalam tanah yang merupakan kunci dari kesuburan (Hardjowigeno, 1989).



Proses biologi dalam degradasi lahan adalah penurunan dari jumlah keseluruhan dan biomassa karbon, serta penurunan dari keragaman biota di dalam tanah.

Berdasarkan ketiga penggerak di atas, degradasi lahan dapat ditafsirkan adalah suatu proses bio-fisik-kimia yang didorong oleh fenomena sosialekonomi dari campur tangan manusia yang mengarah pada penurunan produktivitas tanah.

Tugas Mata Kuliah PTT8102

8

Raymond Valiant

2.2

Ciri Terjadinya Degradasi

Beberapa ciri menonjol dari degradasi lahan ditandai antara lain oleh (Bossio et al, 2008; Mawardi, 2012): −

Semakin luasnya lahan yang dianggap miskin zat hara;



Penurunan tingkat kesuburan lahan;



Menurunnya tingkat produktifitas dan daya dukung lahan;



Penurunan kapasitas/kemampuan lahan dalam menyimp...


Similar Free PDFs