PERAN AGAMA SEBAGAI ALAT UTAMA MERAIH KEBAHAGIAAN DUNIA & AKHIRAT PDF

Title PERAN AGAMA SEBAGAI ALAT UTAMA MERAIH KEBAHAGIAAN DUNIA & AKHIRAT
Author Ria Putri
Pages 28
File Size 384.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 512
Total Views 862

Summary

PERAN AGAMA SEBAGAI ALAT UTAMA UNTUK MERAIH KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam Dosen Pengampu : Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : Widi Rohayati (18321947) Ria Anggelia Putri (18321954) Zulva Amaliya (18321964) Pendidikan Matematika – SMT 1 PROGR...


Description

PERAN AGAMA SEBAGAI ALAT UTAMA UNTUK MERAIH KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHIRAT Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam Dosen Pengampu : Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh : Widi Rohayati

(18321947)

Ria Anggelia Putri

(18321954)

Zulva Amaliya

(18321964)

Pendidikan Matematika – SMT 1 PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO Oktober 2018

Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah kepada hamba yang dicintai-Nya dan juga shalawat serta salam disanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. yang telah mengantarkan manusia dari kegelapan jaman jahiliyah kepada cahaya iman dan ilmu pengetahuan serta akhlak mulia. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas makalah Agama Islam. Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini, kami mendapat arahan serta informasi yang membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Mengingat hal itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo) Dr. H. Sulton, M.Si. 2. Dosen pengampu mata kuliah Agama Islam Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I 3. Seluruh pihak yang ikut berpartisipsi dalam penyusunan makalah ini. Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdoa dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal sholeh di sisi Allah SWT. Aamiin. Akhirnya kami tetap berharap semoga tugas makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas khususnya para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Aamiin.

Ponorogo, 4 Oktober 2018

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i Kata Pengantar .................................................................................................. ii DAFTAR ISI .....................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3 C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4 A. Kebahagiaan Hakiki .................................................................................. 4 1.

Kebahagiaan dunia ................................................................................. 6

2.

Kebahagiaan akhirat .............................................................................. 7

B. Urgensi Agama dalam Meraih Kebahagiaan ............................................ 11 1.

Makna Kebahagiaan Berdasarkan Kondisi Masa Kini .......................... 11

2.

Agama Dapat Membahagikan Manusia ? ............................................. 14

C. Konsep tauhid dalam islam dan implementasinya dalam kehidupan......... 17 1.

Pengertian Tauhid ................................................................................ 17

2.

Pembagian Tauhid ............................................................................... 18

3.

Hakekat dan Inti Tauhid ....................................................................... 20

4.

Implementasi Tauhid dalam Kehidupan ............................................... 21

5.

Pengaruh Tauhid dalam Kehidupan Seorang Muslim ........................... 22

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 23 Kesimpulan .................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 25

iii

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia ialah ciptaan Tuhan yang paling sempurna, baik secara fisik maupun psikis. Makhluk yang diciptakan dengan akal, emosi, nafsu dan sebagainya. Dengan segala kelebihan yang telah diberikan itulah, manusia dituntut untuk menciptakan kehidupan yang seimbang dan selaras di dunia ini. Manusia ialah makhluk sosial yang butuh dan perlu untuk berinteraksi satu dengan lainnya dalam rangka meraih tujuannya. Tujuan setiap manusia tentulah berbeda. Apabila tujuan dalam hidupnya untuk mengumpulkan harta, jabatan tinggi, kekuasaan dan kenikmatan lainnya di dunia ini, maka kesuksesan dalam meraih hal-hal tersebut adalah kebahagiaannya. Sedangkan apabila tujuan dalam hidup ini untuk bertaqwa, beriman, beramal sholeh, dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa agar dapat memperoleh kebahagiaan di akhirat kelak, maka yang seperti itu juga merupakan sumber kebahagiaannya. Aristoteles berpendapat bahwa, bahagia bukanlah suatu perolehan untuk manusia, tetapi corak bahagia itu berlain-lain dan berbagai ragam menurut perlainan corak dan ragam orang yang mencarinya. Kadang-kadang sesuatu yang dipandang bahagia oleh seseorang, tidak oleh orang lain. Sebab itu menurut undang-undang Aristoteles, bahagia itu ialah suatu kesenangan yang dicapai oleh setiap orang menurut kehendak masing-masing. 1 Dalam agama Islam sendiri telah diajarkan bagaimana berkasih sayang adalah suatu akhlak yang mulia. Oleh karena itu saling berbagi kasih sayang terhadap sesama juga merupakan kebahagiaan, terlebih kasih sayang kepada Allah SWT karena kasih sayang-Nya terhadap hamba-Nya lebih besar daripada kasih seorang ibu pada anaknya. Dalam Al-qur’an telah ditunjukkan berbagai ayat yang memberi informasi bahwa dunia ini hakikatnya adalah kebahagiaan yang semu dan bersifat

1

Prof. Dr. Hamka, Tasawuf Modern: Bahagia Itu Dekat Dengan Kita Ada Dalam Diri Kita, (Jakarta: Republika Penerbit, 2018. Hlm. 19.

2

sementara. Kebahagiaan di dunia ini silih berganti antara suka, duka atau perasaan biasa saja. Firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayat 96,

ْ‫ص َب ُروۡا‬ ‫َما ِعندَ ُكمۡ َينفَدُ َو َما ِعندَ ه‬ َ َ‫ٱَّللِ َباقۡۡ َولَنَجۡ ِز َي هن ٱلهذِين‬ 2 ٩٦ َ‫س ِن َما َكانُواْ َيعۡ َملُون‬ َ ۡ‫أَجۡ َرهُم ِبأَح‬ “ Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Berdasarkan surah tersebut kita ketahui bahwa kebahagiaan atau apapun yang ada di dunia ini tidaklah kekal, kebahagiaan yang kekal adalah bagi mereka yang mengusahakan dunia untuk kebahagiaan akhirat. Tentunya dalam meraih tujuan kita untuk mencari kebahagiaan akhirat bukanlah hal mudah. Semua perlu keteguhan dan keimanan yang tinggi. Seseorang yang beriman tentunya memiliki sikap tauhid yang kuat. Apa sih tauhid itu? Dalam kamus besar bahasa indonesia kata tauhid merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah, kuat percaya bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa arab, masdar dari wahhada yuwahhidu, tauhidan. Secara etimologi, tauhid berarti keesaan. Adapun yang dimaksud dengan tauhid adalah mengesakan tuhan yang satu yaitu Allah swt. Adapun macam-macam tauhid yaitu tauhid rububiyah, tauhid ululhiyah dan tauhid sifat dan nama-Nya.

.

2

Al-Qur’an surah An-Nahl/16:96.

3

B. Rumusan Masalah

1.

Bagaimana definisi kebahagiaan dunia akhirat itu?

2.

Bagaimana urgensi agama dalam meraih kebahagiaan?

3.

Apa itu tauhid ?

4.

Bagaimana hakekat dan inti tauhid?

C. Tujuan Masalah 1.

Diharapkan dapat memahami definisi kebahagiaan dunia akhirat.

2.

Mengetahui dan memahami urgensi agama dalam meraih kebahagiaan.

3.

Memahami konsep tauhid dan implementasi dalam beragama.

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Kebahagiaan Hakiki Menurut Imam Al-Ghazali, “ Kesempurnaan bahagia itu bergantung kepada tiga kekuatan: a) kekuatan marah, b) kekuatan syahwat, c) kakuatan ilmu.”3 Menurut pendapat filosof islam Al- Ghazali bahwa ada 5 tingkatan kebahagiaan, bagian pertama bahagia akhirat. Itulah bahagia yang baka dan tidak ada fananya. Disanalah suka cita dan tidak ada duka cita padanya. Bagian kedua keutamaan akal budi. Keutamaan ini terbagi menjadi 4 bagian; 1)sempurna akal ialah dengan ilmu, 2) sempurnanya ‘iffah (dapat menjaga kehormatan diri), 3) syaja’ah yakni berani karena benar takut karena salah, 4) al‘adl atau keadilan. Ketiga keutamaan pada tubuh. 4 keutamaan tubuh yaitu, sehat, kuat, elok, dan umur panjang. Keempat keutamaan dari luar badan, yaitu kaya akan harta benda, kaya dengan famili, anak istri, kaum kerabat, lalu terpandang dan terhormat, mulia turunan. Kelima keutamaan yang datang lantaran taufik dan pimpinan Allah. Mengandung 4 perkara, hidayah Allah (petunjuk), irsyad(pimpinan), tasdid Allah (sokongan), ta’jid Allah (bantuan).4 Dengan begitu terdapat lima tingkatan dan keutamaan yang harus ditempuh untuk memperoleh kebagahiaan, yaitu mencapai bahagia akhirat dengan membahagiaan budi, tubuh luar, jasad, dan pimpinan, yang saling terkait dan tidak dapat terpisahkan. Kebahagiaan tidak terletak pada apa yang kita inginkan, tetapi terletak pada manfaat yang bisa kita dapatkan dari kebahagiaan tersebut. Mengikuti petunjuk Allah, itulah jalan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan kondisi dimana jiwa terdapat perasaan tenang, damai, ridha terhadap diri sendiri, dan puas terhadap ketetapan Allah. Dan juga kebahagiaan merupakan keimanan kepada Allah dan penguasaan terhadap makna dari ibadah serta memahaminya

3

Prof. Dr. Hamka, Tasawuf Modern: Bahagia Itu Dekat Dengan Kita Ada Dalam Diri Kita, (Jakarta: Republika Penerbit, 2018. Hlm.16. 4 Ibid., hlm 41.

5

dengan pemahaman yang sempurna dan menerapkannya dalam kehidupan seluruhnya baik yang berkenaan dengan perkara umum ataupun khusus. Kebahagiaan adalah hasil dari perbuatan di dunia yang langsung dirasakan. Tetapi ada juga kebahagiaan yang dinikmati di akhirat, yaitu di dalam surga yang kenikmatannya tidak pernah terputus. Adapula manusia yang sukses atau bahagia di dunia, namun celaka atau menderita di akhirat dan mendapatkan tempat di neraka. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh firman Allah Surat Hud/11:105-108,

ۡ‫س ِعيد‬ َ ۡ‫س ِإ هَل ِبإِذۡنِ ِهۦۚ َف ِمنۡهُم‬ ِ ۡ‫َيوۡ َم َيأ‬ ٌ ۡ‫ت ََل تَ َكله ُم نَف‬ َ ‫ش ِقيۡ َو‬ ٌ ‫ش ِه‬ َ‫ َٰ َخ ِلدِين‬١٠٦ ‫يق‬ َ ‫ار لَ ُهمۡ ِفي َها زَ ِفيرۡ َو‬ َ َ‫ فَأ َ هما ٱلهذِين‬١٠٥ ِ ‫شقُواْ فَ ِفي ٱلنه‬ ۡ‫ض إِ هَل َما شَاۡ َء َرب َُّك ۚۡ إِ هن َرب َهك فَعهال‬ ِ ‫فِي َها َما دَا َم‬ ‫ت ٱل ه‬ ُ ۡ‫س َٰ َم َٰ َوتُ َوٱلۡأَر‬ ‫ت‬ ِ ‫س ِعدُواْ فَ ِفي ٱلۡ َجنه ِة َٰ َخ ِلدِينَ فِي َها َما دَا َم‬ ُ َ‫ ۞ َوأَ هما ٱلهذِين‬١٠٧ ُ‫ِل َما يُ ِريد‬ َ ‫ض ِإ هَل َما شَاۡ َء َرب َُّكۡ َع‬ ۡ‫طاۡ ًء غَيۡ َر َمجۡذُوذ‬ ‫ٱل ه‬ ُ ۡ‫س َٰ َم َٰ َوتُ َوٱلۡأَر‬ 5 ١٠٨ “Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia (105). Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih) (106). Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki (107). Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya (108).” Dalam meraih kebahagiaan tersebut baik di dunia maupun di akhirat ‘Aidh AlQarni di dalam bukunya La Tahzan menuliskan bahwa ada 6 sumber kebahagiaan diantaranya , 1) Amal salih, 2) istri shalihah, 3) rumah yang luas, 4) penghasilan yang baik, 5) akhlak yang baik dan penuh kasih sayang kepada sesama, 6) terhindar dari impitan hutang dan sifat boros.6 Al-Qur’an surah Hud/11:105-108 Dr. ‘Aidh Al-Qarni, La Tahzan; Jangan Bersedih!, Terj. Samson Rahman (Jakarta: Qisthi Press,2016), hlm. 180. 5

6

6

1.

Kebahagiaan dunia

Islam telah menetapkan beberapa hukum dan kriteria yang mengarahkan manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan kehidupan yang sebenarnya yang harus dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qashash/28:77,

‫َوٱبۡت َِغ فِي َماۡ َءات ََٰى َك ه‬ َ‫َصي َب َك ِمن‬ ِ ‫َنس ن‬ َ ‫ٱَّللُ ٱلد‬ َ ‫هار ٱلۡأۡ ِخ َرةَۡ َو ََل ت‬ ‫سنَ ه‬ َ‫ساد‬ َ َ‫ٱَّللُ ِإلَيۡ َكۡ َو ََل تَبۡغِ ٱلۡف‬ َ ۡ‫ٱلدُّنۡ َياۡ َوأَحۡ ِسن َك َماۡ أَح‬ 7 ‫ضۡ ِإ هن ه‬ ٧٧ َ‫ٱَّللَ ََل يُ ِحبُّ ٱلۡ ُمفۡ ِسدِين‬ ِ ۡ‫ِفي ٱلۡأَر‬ "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang uang berbuat kerusakan." Dan dalam firman Allah SWT dalam surah At- Taubah/9:38,

‫س ِبي ِل ه‬ ۡ‫ٱَّللِ ٱثهاقَلۡتُم‬ َ ‫يۡأَيُّ َها ٱلهذِينَ َءا َمنُواْ َما لَ ُكمۡ ِإذَا قِي َل لَ ُك ُم ٱن ِف ُرواْ فِي‬ َ َٰ ‫ضيتُم ِبٱلۡ َحيَ َٰوةِ ٱلدُّنۡيَا ِمنَ ٱلۡأۡ ِخ َرةِ ۚۡ فَ َما َم َٰتَ ُع‬ ِ ۡ‫ِإلَى ٱلۡأَر‬ ِ ‫ض ۚۡ أَ َر‬ 8 ٣٨ ‫ٱلۡ َح َي َٰوةِ ٱلدُّنۡ َيا فِي ٱلۡأۡ ِخ َرةِ ِإ هَل قَ ِلي ٌل‬ "Wahai orang-orang yang beriman ! mengapa apabila dikatakan kepada kamu, “berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah”, kamu mersa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehdupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit."

7 8

Al-Qur’an Surah Al-Qashash/28:77. Ibid., At- Taubah/9:39.

7

2.

Kebahagiaan akhirat

Kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang sifatnya kekal, menjadi balasan atas segala perbuatan, amal ibadah setiap hamba selama hidup di dunia. Allah berfirman dalam surah An- Nahl/16:30,

َ‫َوقِي َل ِللهذِينَ ٱتهقَوۡاْ َماذَاۡ أَنزَ َل َربُّ ُكمۡ ۚۡ قَالُواْ خَيۡرۡاۡ ِللهذِين‬ ۡۚ ۡ‫ار ٱلۡأۡ ِخ َرةِ خَيۡر‬ ُ َ‫سنَةۡ ۚۡ َولَد‬ َ ‫سنُواْ فِي َٰ َه ِذ ِه ٱلدُّنۡ َيا َح‬ َ ۡ‫أَح‬ 9 ٣٠ َ‫ار ٱلۡ ُمتهقِين‬ ُ َ‫َولَ ِنعۡ َم د‬ "Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertaqwa, “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? “ mereka menjawab, “Kebaikan”. Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa." Islam telah menetapkan tugas manusia sebagai khalifah (pepimpin) di muka bumi. Bertugas memakmurkan bumi dan merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan sehingga diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan senantiasa bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya. Hal itu akan menuntun manusia untuk selalu bersabar, berkeinginan kuat, bertawakkal, berani berkorban, dan berakhlak mulia. Semua ini akan mendatangkan ketenangan, kebahagiaan, dan ridha. Allah Swt. Berfirman dalam suranh Al-Baqarah/2 : 155-157:

َ‫ف َوٱلۡ ُجوعِ َونَقۡصۡ ِمن‬ ِ ۡ‫َو َلنَبۡلُ َو هن ُكم ِبشَيۡءۡ ِمنَ ٱلۡخَو‬ ۡ‫ ٱلهذِينَ ِإذَا‬١٥٥ َ‫ص ِب ِرين‬ ِ ‫ٱلۡأَمۡ َٰ َو ِل َوٱلۡأَنفُ ِس َوٱلث ه َم َٰ َر‬ ‫تۡ َو َبش ِِر ٱل َٰ ه‬ ‫ أ ُ ْو َٰ َلۡئِ َك‬١٥٦ َ‫صيبَةۡ قَالُوۡاْ إِنها ِ هَّللِ َوإِنهاۡ إِلَيۡ ِه َٰ َر ِجعُون‬ ِ ‫صبَتۡهُم ُّم‬ َ َٰ َ‫أ‬ ۡ‫َعلَيۡهِم‬ ‫صلَ َٰ َوتۡ ِمن هربِ ِهمۡ َو َرحۡ َمةۡۡ َوأ ُ ْو َٰ َلۡئِ َك ُه ُم‬ َ 10 ١٥٧ َ‫ٱلۡ ُمهۡتَدُون‬

9

AL-Qur’an Surah An-Nahl/16:30. Ibid., Al-Baqarah/2:155-157.

10

8

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (155), (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(157)" Makna kebahagiaan di dunia dan akhirat yang dijelaskan dalam Al-quran merupakan penjelasan yang memberi makna bahwa bagaimana kesuksesan dapat menjadi suatu kenikmatan, yakni ketika seseorang memperoleh surga (mendapat keridhaan Allah) dan ketika kesuksesan itu berasal dari ketenangan jiwa dan keadilan antara manusia. Mereka yang berbahagia adalah hamba Allah SWT yang paling banyak timbangan kebaikannya ketika datang hari perhitungan (yaum alhisab). Allah berfirman dalam surah Al - A’raf/7:8

‫َوٱلۡ َوزۡ ُن َيوۡ َم ِئ ٍذ ٱلۡ َح ُّق ۚۡ فَ َمن ثَقُلَتۡ َم َٰ َو ِزينُهۥُ فَأ ُ ْو َٰ َلۡ ِئ َك ُه ُم‬ 11 ٨ َ‫ٱلۡ ُمفۡ ِل ُحون‬

“Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka barang siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung” Mereka yang termasuk orang berbahagia juga yang telah bertaubat setelah berbuat dosa dengan sebenar-benarnya taubat, beriman dan selalu beramal shaleh. Seperti dalam firman Allah dalam surah Al – Qashash/28:67,

َ‫س َٰىۡ أَن يَ ُكونَ ِمن‬ َ ‫فَأ َ هما َمن ت‬ َ َ‫ص ِلحۡا فَع‬ َ َٰ ‫َاب َو َءا َمنَ َو َع ِم َل‬ 12

٦٧ َ‫ٱلۡ ُمفۡ ِل ِحين‬

“Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga Dia termasuk orang-orang yang beruntung” Dengan definisi apapun, ternyata kebahagiaan hanya berarti satu. Kebahagiaan adalah karena Allah, bersama Allah, dekat dengan Allah, mengenalNya dan merasa memiliki-Nya dalam jiwa dan keseharian kita. Maka 11 12

Al-Qur’an Surah Al-A’raf/7:8. Ibid., Al-Qashas/28:67.

9

berbahagialah, wahai manusia yang senantiasa melekatkan hatinya, mensandarkan harapannnya hanya kepada Allah dan tidak mengkhianatinya walaupun dia tengah sendiri. Berbahagialah wahai jiwa- jiwa yang damai yang tahu bagaimana cara mensyukuri sebuah kebahagiaan dan pandai berterimakasih selalu kepada sang pemberinya. Menurut Usman Kusumana, dalam tulisannya yang berjudul “Menemukan Makna Kebahagiaan Sesungguhnya” terdapat empat golongan orang yang dikatakan berbahagia, yakni : a.

Pertama, manusia yang termasuk “Sa’iidun fiddunyaa wa sa’iidun fil akhirat” orang yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Itulah karakter orang yang menemukan ‘hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat”. Jabatan tinggi, harta berlimpah, keluarga sehat, dia taat beribadah kepada Allah dan banyak memberi kemanfaatan terhadap sesama.

b.

Kedua, manusia yang termasuk “Sa’iidun fiddunya, saqiyyun fi aakhirat” orang yang “bahagia” hidup di dunianya tapi tidak bahagia (celaka) kehidupan akhiratnya. Terdapat tanda petik dalam kalimat bahagia, karena kebahagiaan yang dimaksud sebatas pengertian lahiriah manusia, dia bahagia dalam segala keberlimpahan materi, tapi dia jauh dari Allah, tidak pernah mau berbagi dan memberi manfaat pada sesama manusia.

c.

Ketiga, manusia yang termasuk “Saqiyyun fiddunya, Wa Sa’iidun fil aakhirat” orang yang tidak bahagia atau sengsara hidup di dunianya, tetapi dia bahagia hidup di akhiratnya. Boleh ja...


Similar Free PDFs