Pneumonia pada Sapi DOCX

Title Pneumonia pada Sapi
Author Z. Qudwatunnisa
Pages 3
File Size 15 KB
File Type DOCX
Total Downloads 143
Total Views 181

Summary

Pneumonia Etiologi Pneumonia adalah istilah untuk adanya keradangan pada paru-paru. Pneumonia dapat bersifat lobular dan lobar (Gibbons, 1963). Pneumonia dapat terjadi di parenkim paru-paru, bronkiolus dan pleura (Blood dkk, 1989). Pneumonia juga dapat menyerang jaringan alveoli dan interstitialis. ...


Description

Pneumonia Etiologi Pneumonia adalah istilah untuk adanya keradangan pada paru-paru. Pneumonia dapat bersifat lobular dan lobar (Gibbons, 1963). Pneumonia dapat terjadi di parenkim paru-paru, bronkiolus dan pleura (Blood dkk, 1989). Pneumonia juga dapat menyerang jaringan alveoli dan interstitialis. Berdasarkan waktu terseranganya, pneumonia dibedakan menjadi pneumonia akut dan kronis (Resang, 1984). Pneumonia terjadi sebagai akibat dari infeksi virus, bakteri, jamur, dan larva cacing. Faktor-faktor yang juga dapat berpengaruh atas terjadinya radang paru-paru misalnya: kandang yang lembab, berdebu, ventilasi udara yang jelek (Subronto, 1995). Agen bakteri seperti: Bordetella bronchiseptika, Streptococcus sp., Pasteurella multocida, E. coli, Mycobacterium tuberculosis dan Mycoplasma sp, biasanya selalu menyebabkan bronchopneumonia dan bentuk lain pneumonia seperti multifokal nekrosis atau pneumonia granulomatosa berhubungan dengan penyebaran secara hematogenous ke paru-paru. Factor predisposisi pendukung terjadinya pneumonia antara lain, perubahan cuaca yang mendadak terutama hujan yang disertai dengan turunnya temperature, kandang yang lembab, kelelahan transportasi, defisiensi nutrisi, kelelahan, kelaparan dan infestasi parasit (Runnel dkk, 1965). Patogenesis Agen-agen infeksi memasuki jaringan paru-paru secara inhalasi (aerogen), hematogen dan limfogen. Adanya keradangan paru-paru menyebabkan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida terganggu. Hipoksia yang terjadi diikuti dengan kompensasi berupa peningkatan frekuensi nafas dan intensitas pernafasan yang secara reflektoris terjadi karena adanya rangsangan terhadap reseptor oleh kelebihan CO2. Karena adanya rasa sakit karena terjadi proses keradangan, inspirasi tidak dapat dilakukan dengan leluasa, hingga pernafasan jadi cepat dan dangkal. Karena adanya hiperemi jaringan paru-paru akan mengalami pemadatan dan konsolidasi kepekaan yang meningkat pada selaput lendir pernafasaan menyebabkan jaringan tersebut menjadi peka terhadap rangsangan ringan, misalnya karena udara pernafasan, hingga terjadinya batuk. Oleh karena adanya eksudat didalam saluran pernafasan akan terdengar suara ronchi basah waktu auskultasi. Konsolidasi paru-paru dan eksudat menyebabkan suara vesikuler yang normal menjadi hilang. Perubahan struktur dan konsistensi paru-paru dapat diamati dengan jalan perkusi atau auskultasi. Infeksi secara hematogen dan limfogen menyebabkan terbentuknya fokus-fokus radang yang tepatnya tersebar pada berbagai lobus paru-paru. Infeksi yang disebabkan oleh kuman pada stadium lanjut akan disertai gejala toksemia, sel-sel mengalami keracunan, hingga mekanisme perlawanan terhadap agen infeksi juga menurun. (Subronto, 1995)....


Similar Free PDFs