Title | PROBLEMA DAN TANTANGAN PROFESI GURU Makalah Diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah |
---|---|
Pages | 18 |
File Size | 283.3 KB |
File Type | |
Total Downloads | 20 |
Total Views | 50 |
PROBLEMA DAN TANTANGAN PROFESI GURU Makalah Diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Profesi Keguruan Dosen Pengampu Reksiana, MA. Pd Disusun oleh: Afifah Syadza 15311498 Badhriyatul Khoiriyah 15311503 Ratu Prawati 15311488 Program Study Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tar...
PROBLEMA DAN TANTANGAN PROFESI GURU Makalah Diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Profesi Keguruan Dosen Pengampu Reksiana, MA. Pd
Disusun oleh: Afifah Syadza
15311498
Badhriyatul Khoiriyah
15311503
Ratu Prawati
15311488
Program Study Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Tahun Ajaran 2017/2018 M
1
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah SWT. yang telah menciptakan manusia dan mengajarkan Al-Qur’an dengan kalam kepada mereka. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., para keluarga, sahabat, dan pengikut kebaikan sampai akhir zaman. Terimakasih kepada Ibu Reksiana, MA. Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga penyusun terpacu untuk menjadi dan memberikan yang terbaik bagi para pembaca. Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh sekali dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mohon kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dalam proses pembutannya lebih baik lagi kedepannya.
Senin, 20 November 2017
Kelompok 9
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................... 1 B. Rumusan Massalah .............................................................................. 1 C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN 1. Problematika Profesi Guru ................................................................... 3 2. Tantangan Profesi Guru ............................................................................. 8
3. Solusi dalam Mengahadapi Problematika Guru ................................... 12 BAB III PENUTUP KESIMPULAN .................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15
II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Problem guru merupakan topik yang tidak habis-habisnya dibahas dalam berbagai seminar, diskusi, dan workshop untuk mencari berbagai alternatif pemecahanbterhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik dilingkungan sekolah. Pekerjaan mendidik bukanlah pekerjaan yang mudah. Hasil pekerjaan itu tidak dapat sama sekali kita tentukan lebih dahulu seperti halnya dengan orang yang mencetak kue atau membuat benda-benda lain. Hasil dari pekerjaan mendidik tidak hanya ditentukan oleh kehendak si pendidik sendiri, tetapi juga ditentukan oleh banyak faktor lain. Di dalam pendidikan, faktor-faktor lingkungan (milieu) dapat mempengaruhi dan bahkan turut pula mempengaruhi pertumbuhan anak didik; demikian pula anak itu sendiri tidak dapat diabaikan. Penyebabnya karena berdasarkan sejumlah penelitian pendidikan, guru diyakini sebagai salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan anak didik dalam melakukan proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral. Karena itu tidaklah berlebihan apabila para pemerhati pendidikan senantiasa mengarahkan perhatiannya pada persoalan guru dan keguruan.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana problematika profesi guru? 2. Bagaimana tantangan profesi guru? 3. Bagaimana solusi dalam menghadapi problematika profesi guru?
1
C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui problematika profesi guru 2. Untuk mengetahui tantangan profesi guru 3. Untuk mengetahui solusi dalam menghadapi problematika profesi guru
2
BAB II PEMBAHASAN
1. Problematika Profesi Guru a. Pengertian Problematika Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu Problematic yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang
menimbulkan
masalah;
permasalahan;
situasi
yang
dapat
didefinisikan sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, di atasi atau disesuaikan.1Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), problematika mempunyai arti: masih menimbulkan masalah, hal yang masih belum dapatdipecahkan permasalahan. Uraian pendapat tentang problematika adalah berbagai persoalanpersoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang datang dari individu (faktor internal) maupun dalam upaya pemberdayaan SDM atau guru dalam dunia pendidikan.
b. Problematika Profesi Guru Secara umum problem yang dialami oleh para guru dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu problem yangberasal dari diri guru yang bersangkutan dan problem yang berasal dari dalam diri guru lazim disebut problem internal, sedangkan yangberasal dari luar disebut problem eksternal. 1) Problem Internal Problem internal yang dialami oleh guru pada umumnya berkisar pada kompetensi profesional yang dimilikinya, baik bidang kognitif seperti penguasaan bahan/materi, bidang sikap seperti mencintai profesinya (kompetensi kepribadian) dan bidang perilaku seperti 1
Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Utama, 2002), hlm. 499
3
keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa (kompetensi pedagogik) dan lain-lain.2 a) Menguasai Bahan/Materi Menguasai
materi
harus
dimulai
dengan
merancangdan
menyiapkan bahan ajar/materi pelajaran yang merupakan faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari guru kepada anak didiknya. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, rancangan dan penyiapan bahan ajar harus cermat, baik dan sistematis. Rancangan atau persiapan bahan ajar/materi pelajaran berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar dapat terarah dan efektif. Namun hendaknya dalam merancang dan menyiapkan bahan ajar disertai pula dengan gagasan/ide dan perilaku guru yang kreatif, dengan memperhatikan segenap hal yang terkandung dalam makna belajar peserta didik.3 b) Mencintai Profesi Keguruan Bertolak dari kompetensi guru yang harus dimiliki oleh guru dan adanya keinginan kuat untuk menjadi seorang guru yang baik, persoalan profesi guru di sekolah terus menarik untuk dibicarakan, didiskusikan, dan menuntut untuk dipecahkan, karena masih banyak guru yang punya anggapan bahwa mengajar hanyalah pekerjaan sambilan, padahal guru merupakan faktor dominandalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan teladan dan tokoh panutan. Untuk itu guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai dalam mengembangkan peserta didik secara utuh. Peran guru adalah perilaku yang diharapkan (expected behavior) oleh
masyarakat
dari
2
seseorang
karena
status
yang
Nana Sujana, Cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), hlm. 41 3 Iskandar Agung, Meningkatkan kreativitas pembelajaran bagi guru, (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2010), hlm. 54
4
disandangnya. Status yang tinggi membuat seorang guru mengharuskan
tampilnya
perilaku
yang
terhormat
dari
4
penyandangnya. Dewasa ini masyarakat tetap memgharapkan perilaku yang paling baik dan terhormat dari seorang guru. c) Keterampilan Mengajar Guru harus memiliki
beberapa
komponen
keterampilan
mengajar agar proses pembelajaran dapat tercapai, di antaranya yaitu 10 kompetensi guru yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Adapun 10 kompetensi guru tersebut Depdikbud,5meliputi:
menurut
(1)menguasai
bahan,
(2)mengelola program belajar mengajar, (3)mengelola kelas, (4)penggunaan media atau sumber, (5)mengelola interaksi belajar mengajar, (6)menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran,
(7)mengenal
fungsi
layanan
bimbingan
dan
penyuluhan (BP), (8)mengenal menyelenggarakan administrasi sekolah (9)memahami prinsipprinsip, (10)menafsirkan hasil penelitian pendidikanguru untuk keperluan pengajaran. d) Menilai Hasil Belajar Siswa Evaluasi diadakan bukan hanya ingin mengetahuitingkat kemajuan yang telah dicapai siswa saja, melainkan ingin mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan siswa atau peserta didik yang telah dicapai. Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana kerberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam
mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru
dengan memakai instrument penggali data seperti tes perbuatan tes tertulis dan tes lisan.6
4
H. A. R Tilaar, Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru, (Jakarta: Gramedia Widiyasarana Indonesia, 2002), hlm. 296 5 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2006), hlm. 4-5 6 Syaiful Bahri Djamara, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 20
5
2) Problem Eksternal Problem eksternal yaitu problem yang berasal dari luar diri guru itu sendiri. Kualitas pengajaran juga ditentukan oleh karakteristik kelas dan karakteristik sekolah.7 a) Karakteristik kelas seperti besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. b) Karakteristik sekolah yangdimaksud misalnya disiplin sekolah, perpustakaan yang ada di sekolah memberikan perasaan yang nyaman, bersih, rapi dan teratur. Pada masa akhir tahun ajaran sekolah perhatian masyarakat akan tertuju pada betapa rendahnya kualitas pendidikan sekolah menengah yang ditunjukkan dengan hasil nilai ebtanas murni (NEM). Rendahnya skor tersebut akan senantiasa dikaitkan dengan rendahnya mutu guru dan rendahnya kualitas pendidikan guru. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan sasaran sentral yang dibenahi adalah kualitas guru dan kualitas pendidikan guru. Berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas guru dan pendidikan guru telah dilaksanakan dengan pembaharuan pendidikan misalnya diintroduksinya proyek perintis sekolah pembangunan, pengajaran dengan sistem modul dan lainnya,8 dan adanya beberapa masalah yang mempengaruhi kinerja profesi guru yang menjadikan usaha-usaha tersebut tidak berjalan lancar, diantaranya: 1) Mengabaikan Guru Sebagai contoh adalah diintroduksinya pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dalam proses belajar-mengajar. Keyakinan para pengambil kebijaksanaan CBSA telah mendorong dikeluarkannya penetapan keharusan guru untuk menggunakan pendekatan tersebut
7
Nana Sujana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), hlm. 42-43 8 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001), hlm. 51
6
dalam proses belajar mengajar. Barangkali keyakinan ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga berdasarkan hasil-hasil penelitian. Tersendat-sendatnya pelaksanaan CBSA dewasa ini merupakan bukti bahwa setiap kebijaksanaan dibidang pendidikan apabila pengajaran di kelas yang meninggalkan pandangan guru sebagai orang yang paling tahu keadaan kelas cenderung mengalami kegagalan sebab "pandangan guru" sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan kualitas hasil pendidikan.9 2) Mentalitas dan Vitalitas Ada tiga kegiatan penting yang diperlukan oleh guru untuk bisa meningkatkan kualitasnya sehingga bisa terus menanjak pangkatnya sampai jenjang kepangkatan tertinggi.Pertama, para guru harus memperbanyak tukar pikiran tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman mengembangkan materi pelajaran dan berinteraksi dengan peserta didik. Kedua, akan lebih baik kalau apa yang dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah yang dihadiri para guru adalah merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh para guru
sendiri.
Ketiga,
guru
harus
membiasakan
diri
untuk
mengkomunikasikan hasil penelitian yang dilakukan, khususnya lewat media cetak. Untuk itu tidak ada alternatif lain bagi guru meningkatkan kemampuan dalam menulis laporan penelitian.10 3) Peran PGRI Sebagai suatu organisasi profesi guru yang memiliki anggota lebih dari dua juta, PGRI secara moral mempunyai tanggung jawab untuk mendorong dan memberikan agar para guru bisa melaksanakan tiga kegiatan di atas.PGRI bisa memperbanyak pertemua-pertemuan ilmiah, menerbitkan pedoman-pedoman penelitian yang dapat cepat dicerna guru, menerbitkan jurnal-jurnal sebagai media komunikasi
9
52-54
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001), hal.
10
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001),
hal. 52-54
7
ilmiah
para
anggota.Untuk
itu,
kiranya
meningkatkan kualiatas tubuhnya sendiri.
PGRI
perlu
lebih
11
2. Tantangan Profesi Guru Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang dihadapi
oleh profesi
keguruan dalam usaha untuk
meningkatkan
kewibaannya di mata masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Dedi Supriadi, (1999: 104-106) sebagai berikut: a. Berkenaan dengan definisi profesi keguruan, masih ada kekurang jelasan tentang definisi keguruan, bidang garapannya yang khas, dan tingkat keahlian yang dituntut dari pemegang profesi ini. Profesi keguruan berbeda misalnya dengan profesi kedokteran yang bidang tugas dan tingkat keahlian yang dituntutnya profesi telah begitu jelas serta dirinci sedemikian rupa. b. Kenyataan yang terjadi sepanjang sejarah profesi keguruan menunjukan bahwa desakan kebutuhan masyarakat dan sekolah akan guru, maka profesi ini tidak cukup terlindungi dari terjadinya “gangguan” dari luar. Di masa lalu bahkan hingga dewasa ini, ada kesan bahwa siapapun boleh berdiri di muka kelas untuk mengajar tanpa memperdulikan latar belakang dan tingkat pendidikannya. Di zaman kemerdekaan, asal seseorang bisa menulis, membaca, dan berhitung dan mau membagikan kemauannya kepada orang lain, dapat langsung berdiri di muka kelas. Sekalipun hal tersebut sekarang, pengaruh dari masa lalu itu masih terasa hingga sekarang. Di samping itu, kualifikasi pendidikan guru kita amat beragam, mulai hanya lulusan SLTP hingga S-3. Dapat dibayangkan betapa sulitnya menarik suatu generalisasi utuh tentang tingkat profesionalisme guru. Sekali lagi, bandingkan misalnya dengan profesi kedokteran yang anggotanya hanya terdiri atas dokter dengan kualifikasi pendidikan yang jelas dan seragam.12
11
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2001), hal.
52-54
12
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1998), hlm. 104
8
c. Penambahan jumlah guru secara besar-besaran membuat sulitnya standar mutu guru dikendalikan dan dijaga. Hal ini terjadi hampir pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Akibatnya, ada untuk anggapan seakanakan tidak ada relevansinya untuk berbicara tentang profesionalisme guru di tengah mendesaknuya kebutuhan akan guru dalam jumlah besar.13 d. PGRI sendiri cenderung bergerak di “ pertengahan” antara pemerintah dan guru-guru. PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang secara sistematis dan langsung berkaitan dengan profesionalisme guru; misalnya melalui penerbitan profesional dan kegiatan ilmiah lainnya. Kurangnya dana, langkanya tenaga profesional dan potensi “pasar” untuk mengkonsumsi penerbitan profesional, menjadi sebab sulitny PGRI bergerak ke arah itu. Hal serupa juga berlaku dalam upaya memperjuangkan nasib n-para guru. Diakui bahwa pada beberapa tahun terakhir PGRI makin aktif menyuarakan aspirasi guru, namun secara umum tidak berlebihan bila dikatakan bahwa PGRI masih harus berbuat banyak untuk menjadi penyalur dan penyambung lidah para guru dalam menyampaikan aspirasinya untuk perbaikan statusnya.14 Baik sebagai wahana untuk meningkatkan profesionalisme maupun untuk memperjuangkan nasib guru, PGRI memang masih sebelum “secanggih” oraganisasi serupa di negara lain. Misalnya, NEA (National Education Assocoation) di AS benar-benar aktif melakukan pembinaan terhadap profesionalisme guru; sedangkan AFT (American Federation of Teacher)
lebih
berurusan
dengan
upaya
memperjuangkan
hak-hak
guru.Guru-guru yang kurang puas dengan kondisi kerja banyak bergabung dengan AFT. Di Inggris, NUT (National Teacher Union) merupakan kekuatan yang ampuh baik sebagai sarana untuk pembinaan profesionalisme
13
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1998), hlm. 104 14 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1998), hlm. 104
9
guru maupun dalam mempengaruhi opini publik tentang pendidikan dan guru.15 Tuntutan dan harapan masyarakat yang terus meningkat dan berubah membuat guru makin ditantang.Perubahan yang terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan-tuntutan baru terhadap peran (Role Expectation) yang seharusnya dimainkan oleh guru.Akibatnya, setiap penambahan kemampuan guru selalu berpacu dengan meningkatnya kemampuan dan harpan masyarakat tersebut yang kadang-kadang lebih cepat dari kemampuan guru untuk memenuhinya.Masalah terjadi apabila harapan atas peran guru bertambah, sementara kemampuan giri memenuhinya terbatas.Bila dimasa lalu guru menjadi sumber utama untuk menjawab ketidaktahuan siswa, sekarang bukan lagi. Di rumah tersedia radio, televisi, surat kabar, bahkan komputer dan internet. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa dengan pengecualian pedesaan barisan depan dalam irama perubahan masyarakat sebagaimana dipercayai di masa lalu, melainkan pengikut perubahan masyrakat yang bergerak jauh di depan mereka. Dalam situasi demikian, tidak mudah menegakkan profesi keguruan.Jadi, betapa peliknya problematik dan betapa beratnya tantangan yang dihadapi profesi keguruan.16 Di tengah tuntutan, tantangan serta berbagai persoalan kegagagalan dunia pendidikan, sosok guru merupakan pihak yang paling tertuduh.Sosok guru merupakan orang paling dimintai pertanggung jawabannya. Bahkan tidak ada alasan apa pun, yang dapat diberikan oleh seorang guru untuk membela dirinya.Maka, ketika ujian nasional digulirkan dengan standar kelulusan yang cukup fantastis, sosok guru pulalah, yang mula-mula merasa ketar-ketir.Ia mesti bertanggung jawab atas segala apa yang akan terjadi pada
15
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1998), hlm. 105 16 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1998), hlm. 105
10
peserta didik: frustasi, stress, depresi dan segala keputusasaan mental generasi bangsa ini.17 Maka perbaikan dan evaluasi pada kemampuan seorang guru, seolah menjadi hal yang logis untuk dilakukan pertama kali dalam memecahkan persoalan dunai pendidikan.Dengan prinsip pembelajaran inovatif, seorang guru akan mampu memfasilitasi siswanya untuk mengembangkan diri dan terjun di tengah masyarakatnya.Hal ini dapat dipahami dengan memerhatikan beberapa prinsip pembelajaran inovatif, yaitu: a. pembelajaran, bukan pengajaran; b. guru sebagai fasilitator, bukan instruktur; c. siswa sebagai subjek, bukan objek; d. multimedia, bukan monomedia; e. se...