Profil Faktor Klimatik dan Edafik Taman Lansia Bandung Laporan Praktikum Penelitian Ekologi Umum PDF

Title Profil Faktor Klimatik dan Edafik Taman Lansia Bandung Laporan Praktikum Penelitian Ekologi Umum
Author Aldi Maulana Azis
Pages 25
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 414
Total Views 926

Summary

Profil Klimatik dan Edafik Taman Lansia Bandung Laporan Praktikum Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum Dosen pengampu: Drs. H. Yusuf Hilmi A, M.Sc. Drs. Amprasto, M.Si. Tina Safaria, M.Si. Rini Solihat, M.Si. Disusun Oleh Aldi Maulana Azis 1605737 Kelompok 5 Pendidikan Bi...


Description

Profil Klimatik dan Edafik Taman Lansia Bandung Laporan Praktikum Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum Dosen pengampu:

Drs. H. Yusuf Hilmi A, M.Sc. Drs. Amprasto, M.Si. Tina Safaria, M.Si. Rini Solihat, M.Si.

Disusun Oleh Aldi Maulana Azis

1605737

Kelompok 5 Pendidikan Biologi B 2016

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2019

A. Judul Profil Klimatik dan Edafik Taman Lansia Bandung B. Latar Belakang Ruang publik sebagai bagian dari ruang kota tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari suatu kota. Menurut Sunaryo (2004), sistem kota merupakan pemenuhan kebutuhan hidup bagi masyarakat yang meliputi tempat tinggal, bekerja, dan rekreasi. Ruang publik memiliki arti penting untuk wilayah atau kawasan perkotaan, sebab peranan utama ruang publik adalah

menyelaraskan

pola

kehidupan

masyarakat

suatu

kota

(Kustianingrum, 2013). Kehadiran ruang publik di suatu kota menjadi salah satu pilihan tempat bagi masyarakat untuk menghilangkan penat yang dirasa. Menurut Iswanto (2006) ruang publik merupakan ruang terbuka yang bisa memuat berbagai macam aktivitas di dalamnya. Ruang terbuka juga bisa disebut sebagai arsitektur tanpa atap yang mengumpamakan lantainya adalah bumi, dindingnya berupa bangunan- bangunan dan alam di sekitarnya, dan atapnya adalah langit. Ruang publik sebagai ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka non hijau publik. Ruang terbuka hijau publik adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaanya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat. Sedangkan ruang terbuka non hijau publik merupakan ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008). Taman kota merupakan salah satu jenis ruang terbuka hijau publik yang biasanya dijadikan tempat untuk menghabiskan waktu libur atau sekedar waktu luang di tengah rutinitas. Taman kota yang berfungsi sebagai ruang publik tentu akan menjadikan lokasi ini ramai dikunjungi banyak

orang. Mereka datang melakukan aktivitas yang berbeda-beda, misal ada yang sekedar membaca buku sambil duduk di bawah pohon, jogging, dan mungkin ada yang datang ke taman kota dalam misi untuk berdagang. Taman kota sebagai ruang publik ibarat suatu wadah di mana di dalamnya terjadi interaksi sosial. C. Pertanyaan Penelitian 1) Bagaimana temperatur tanah rata-rata di Taman Lansia? 2) Beagaimana pH tanah rata-rata di Taman Lansia? 3) Berapa persentase rata-rata kelembaban tanah di Taman Lansia? 4) Bagaimana tekstur tanah di Taman Lansia? 5) Bagaimana rata-rata Materi Organik Terlarut pada tanah di Taman Lansia? 6) Bagaimana nilai intensitas cahaya di Taman Lansia? 7) Bagaimana nilai suhu udara di Taman Lansia? 8) Bagaimana nilai kelembapan udara di Taman Lansia? 9) Bagaimana nilai kecepatan angin di Taman Lansia D. Rumusan Masalah Bagaimana Keadaan Tanah dan faktor klimatik di Taman Lansia? E. Tujuan 1) Menganalisis data temperatur rata-rata tanah di Taman Lansia 2) Menganalisis data pH rata-rata tanah di Taman Lansia 3) Menganalisis persentase rata-rata kelembaban tanah di Taman Lansia 4) Menganalisis tekstur tanah di Taman Lansia 5) Menganalisis Materi Organik Terlarut pada tanah di Taman Lansia 6) Untuk mengetahui profil faktor klimatik di Taman Lansia berdasarkan 3 zona yang telah ditentukan. F. Landasan Teori 1. Faktor Klimatik Faktor klimatik yaitu faktor iklim yang meliputi suhu, sinar matahari, kelembapan, angin, dan curah hujan (Bareja, 2011). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah akan mempengaruhi kelembapan atau kadar uap air di udara. Selain itu, cahaya matahari juga

menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara. Adanya perbedaan temperature menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin (Bareja, 2011). a. Intensitas cahaya Intensitas cahaya adalah jumlah cahaya yang menyinari suatu tempat. Pencahayaan dengan satuan lux (lm/m2), dimana lm adalah lumens dan m2 adalah satuan dari luas permukaan jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan yaitu tingkat 3 pencahayaan rata-rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja yang dimaksud adalah sebuah bidang horizontal imajiner yang terletak setinggi 0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2001). Arus cahaya dalam lumens yang diemisikan setiap sudut ruang (pada arah tertentu) oleh sebuah sumber cahaya. Biasanya suatu sumber cahaya tidak memancarkan jumlah fluks persatuan sudut ruangan yang sama ke semua arah, umumnya intensitas cahaya suatu sumber berbeda untuk arah yang berlainan. Perbedaan intensitas cahaya terjadi karena adanya penutupan awan dan waktu pengukuran yang berbeda. Menurut temoat, disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Menurut waktu, perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (dari pagi sampai sore hari) maupun musiman (dari hari ke hari). Pada skala mikro arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi yang di terima (Handoko, 1995). b. Suhu

Derajat panas atau dingin suatu zat disebut suhu (temperatur). Suhu biasa dinyatakan dalam Celsius (°C). Faktor klimatik ini memengaruhi semua proses pertumbuhan tanaman,

seperti

pada

proses

fotosintesis,

respirasi,

transpirasi,

perkecambahan, sintesis protein, dan translokasi (Bareja, 2011). Pada umumnya, tanaman dapat bertahan pada rentang suhu 0°-50°C. Aktivitas enzim dan reaksi-reaksi kimia secara umum meningkat pada peningkatan suhu. Namun, pada suhu yang sangat tinggi dapat menimbulkan denaturasi enzim dan protein. Suhu yang terlalu rendah dapat pula menyebabkan penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Contohnya, absorpsi air dapat terhambat saat temperatur tanah rendah karena protoplasma lebih sedikit permeable (Bareja, 2011). c. Kelembapan Udara Kelembapan udara adalah jumlah uap air pada udara yang ditunjukan dalam persen sebagai jumlah maksimum uap air di udara pada suhu tertentu. Banyaknya uap air di udara berkisar pada 0,01% pada daerah kutub dan hingga 5% pada daerah tropis. Kelembapan udara memengaruhi pengaturan terbuka dan tertutupnya stomata pada saat transpirasi maupun fotosintesis (Bareja, 2011). Kelembapan udara merupakan salah satu unsur penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Kelembapan udara juga menentukan

bagaimana

mahluk

hidup

tersebut

dapat

beradaptasi dengan kelembapan yang ada di lingkungannya (Tatang, 2006). Kelembapan udara biasanya digunakan untuk meningkatkan produktifitas dan perkembangan tumbuhan budi daya. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Kelembapan udara memiliki satuan persen yang merupakan persentase kandungan uap air dalam udara (Hardjodinomo, 1975). Angka persentase kelembapan diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Total massa uap air per satuan volume udara disebut sebagai kelembapan absolut. Perbandingan antara massa uap air

dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembapan spesifik (Hardjodinomo, 1975). Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfer yang terkandung, termasuk uap air. jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai massa udara kering (Hardjodinomo, 1975). Kelembapan relatif yang merupakan ukuran bagi kemampuan udara pada suhu yang ada untuk menampung uap lebih lanjut (Prasasti, 2005). Kelembapan relatif diukur dengan menggunakan 2 buah termometer yang dibiarkan di udara terbuka, salah satu termometer dibungkus dengan kain basah pada ujungnya dan yang lainnya kering. Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air. Tinggi rendahnya kelembapan sangat bervariasi di suatu tempat karena sangat bergantung pada beberapa faktor, seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantitas dan kualitas penyinaran vegetasi, dan ketersediaan air di suatu tempat (air tanah, perairan) Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh. Faktor lain yang dipengaruhi oleh kelembapan relatif adalah evaporasi. Jika kelembapan relatif naik maka kemampuan udara untuk menyerap air akan berkurang (Linsley, 1989). 5 d. Kecepatan angin S Kecepatan angin merupakan rata-rata laju pergerakan angin, dimana gerakan horizontal udara terhadap permukaan bumi suatu waktu diperoleh dari hasil pengukuran harian dan dirata-ratakan setiap bulan dan memiliki suatu knot. Kecepatan angin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain gradien tekanan horizontal, ketinggian tempat, dan letak geografis (Neiburger, 1995).

2. Faktor Edafik Faktor-faktor edafik adalah faktor-faktor yang bergantung pada keadaan tanah, kandungan air dan udara di dalamnya. Perbedaanperbedaan pada tanah sering merupakan penyebab utama terjadinya perubahan vegetasi dalam daerah iklim yang sama. Oleh sebab itu, faktor edafik mempunyai arti yang sangat besar bagi geografi tumbuhan. Tanah dapat dianggap sebagai bahan lapisan permukaan kerak bumi yang tidak terkonsolidasi, yang terdapat di bawah setiap vegetasi di dalam udara dan serasah yang belum membusuk, dan meluas ke bawah sampai batas yang masih berpengaruh terhadap tumbuhan yang hidup di atas permukaannya. Perkembangan tanah dalam perkembangan vegetasi sangat erat hubungannya satu sama lain, yang keduanya terutama dikendalikan oleh iklim. Kondisi tanah atau edafik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran makhluk hidup terutama tumbuhan. Tanah merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman. Tingkat kesuburan tanah merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap persebaran tumbuhan. Adapun yang menjadi parameter kesuburan tanah antara lain kandungan humus atau bahan organik, unsur dan teksur tanah, serta ketersediaan air dalam pori-pori tanah. Ini berarti semakin subur tanah maka kehidupan tumbuhan akan semakin banyak jumlah dan keanekaragamannya. Tanah-tanah yang subur, seperti tanah vulkanis dan andosol merupakan media optimal bagi pertumbuhan tanaman Tanah banyak mengandung unsur-unsur kimia yang diperlukan bagi pertumbuhan flora di dunia. Kadar kimiawi berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Keadaan struktur tanah berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalam tanah sehingga memungkinkan akar tanaman dapat bernafas dengan baik. Keadaan tekstur tanah berpengaruh pada daya serap tanah terhadap air. Suhu tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah. Komposisi tanah umumnya terdiri dari bahan mineral anorganik (70%-90%), bahan organik (1%-15%), udara dan air (0-9%). Hal-hal di atas menunjukkan betapa pentingnya faktor tanah bagi pertumbuhan tanaman. Perbedaan jenis tanah menyebabkan perbedaan jenis dan keanekaragaman tumbuhan yang dapat hidup di suatu wilayah. Faktor edafik atau faktor tanah sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan kebutuhan utama yang menjamin kehidupan tumbuhan berasal dari tanah, seperti unsur

hara, air, dan udara. Oleh sebab itu, tingkat kesuburan tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Parameter kesuburan tanah adalah sebagai berikut: a. Tekstur Tanah (ukuran butiran tanah) Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan antara pasir, debu dan lempung. Tekstur tanah sangat penting dalam kaitannya dengan kapasitas menampung air dan udara tanah. Tanah dengan proporsi partikel –partikel yang lebih besar dapat mempunyai tata air yang baik. Tanah yang halus biasanya memiliki potidak tersebar merata. Selain

itu

alirannya

juga

sangat

lambat

sehingga

tidak

menguntungkan bagi tumbuh-tumbuhan. Tanah-tanah yang butirannya terlalu kasar, seperti kerikil dan pasir kasar, atau yang butirannya terlalu halus, seperti lempung kurang sesuai bagi pertumbuhan vegetasi. Tanah yang baik bagi media pertumbuhan vegetasi adalah tanah dengan komposisi perbandingan butiran pasir, debu, dan lempungnya seimbang. Pasir adalah jenis butiran tanah yang kasar, debu butirannya agak halus, sedangkan lempung merupakan butiran tanah yang sangat halus. b. Tingkat Kegemburan Tanah Tanah-tanah yang gembur jauh lebih baik jika dibandingkan dengan tanah-tanah yang padat. Tanah yang gembur memudahkan akar tumbuhan untuk menembus tanah dan menyerap mineral-mineral yang terkandung dalam tanah. Oleh karena itu, para petani sering membajak tanahnya dengan tujuan agar tanah tetap gembur dan tingkat kesuburan nya dapat tetap terjaga. c. Mineral Organik Humus merupakan salah satu mineral organik yang berasal dari jasad renik makhluk hidup yang dapat terurai menjadi tanah yang subur dan sangat diperlukan bagi pertumbuhan suatu vegetasi. d. Mineral Anorganik (unsur hara) Mineral anorganik adalah mineral yang berasal dari hasil pelapukan batuan yang terurai dan terkandung di dalam tanah yang dibutuhkan

tumbuhan, seperti Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O2), Nitrogen (N), Belerang (S), Posfor (P), dan Kalsium (K). e. Kandungan Air Tanah Air yang terdapat di dalam tanah terutama air tanah permukaan dan air tanah dangkal merupakan salah satu unsur pokok bagi per tumbuhan dan perkembangan vegetasi. Air sangat membantu dalam melarutkan dan mengangkut mineral-mineral yang terkandung dalam tanah sehingga mudah diserap oleh sistem perakaran pada tumbuhan. f. Kandungan Udara Tanah Kandungan udara di dalam tanah antara tanah di lahan tertentu Dengan lahan lainnya berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena adanya tingkat kegemburan tanah yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkat kegemburan suatu tanah, semakin besar kandungan udara di dalam tanah. Kandungan udara di dalam tanah diperlukan tum buhan dalam respirasi melalui sistem perakaran pada tumbuhan.

G. Metode penelitian Jenis Penelitian

: Deskriptif kuantitatif

Sampel

: Tanah yang berada di zona 1,2, dan 3

Populasi

: Tanah di Taman Lansia, Bandung

Tempat

: Taman Lansia, Bandung

Hari, tanggal

: Sabtu, 9 Maret 2019

Waktu

: Pukul 09.00 sampai 12.00

Teknik sampling Variabel bebas Variabel terikat

: Purposive sampling : tanah di 3 zona : Faktor Edafik berupa MOT, pH tanah, Kelembaban tanah, Suhu tanah, dan Tekstur tanah di Taman Lansia, Bandung

Gambar 1. Pembagian Zona penelitian di taman lansia H. Alat dan Bahan Tabel H.1. Alat yang Digunakan dalam Pengamatan Klimatik No.

Nama Alat

Jumlah

1. 2. 3. 4. 5.

Termohigrometer Termometer Anemometer Lux Meter Evaporimeter

1 buah (alat manual) 1 buah (alat manual) 1 buah (alat digital) 1 buah (alat digital) 1 buah (alat manual)

Tabel H.2. Alat yang Digunakan dalam Pengamatan Klimatik No.

Nama Alat

Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Soil Tester Sekop Termometer tanah Plastik sampling Shieve bertingkat Pipet Gelas ukur Tabung Erlenmeyer Timbangan analitis Kertas Saring

1 buah (alat manual) 1 buah (alat manual) 1 buah (alat digital) 1 buah (alat digital) 1 buah (alat manual) 7 5 3 1 27

Tabel H.3. Bahan Aerasi No.

Nama bahan

Jumlah

1. 2. 3.

HCL KCNS K₃Fe(CN)₆

Secukupnya Secukupnya Secukupnya

Tabel H.4. Bahan uji MOT No.

Nama bahan

Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6.

K₂Cr₂O₇ H₂SO₄ Aquades H₃PO₄ Diphenylamin Fe(NH₄)₂.(SO₄).6H₂O

Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya

I. Langkah Kerja 1) Klimatik Bagan I.1. Langkah Kerja Pengukuran Suhu Udara

Lokasi untuk pengambilan data ditentukan.

Thermometer digantungkan pada pohon atau dipegang selama minimal 5 menit sampai air raksa berhenti bergerak.

Angka yang tertera pada alat dicatat dalam nilai Celcius.

Bagan I.2. Langkah Kerja Pengukuran Kelembapan Udara

Lokasi untuk pengambilan data ditentukan.

Lalu digantungkan pada pohon atau dipegang selama minimal 5 menit sampai air raksa berhenti bergerak.

Thermohygrometer diisi akuades.

Angka yang tertera pada alat dicatat dalam nilai %.

Bagan I.3. Langkah Kerja Pengukuran Intensitas Cahaya Lokasi untuk pengambilan data ditentukan.

Satuan diatur lalu dinyalakan, buka tutup prob tunggu hingga angka stabil atau tekan hold.

Prob lux meter diposisikan secara horizontal dengan tutup masih terpasang.

Angka yang tertera pada alat dicatat.

Bagan I.4. Langkah Kerja Pengukuran Kecepatan Angin Lokasi untuk pengambilan data ditentukan.

Satuan diatur lalu dinyalakan, tunggu hingga angka stabil.

Prob anemometer dihadapkan kearah datangnya angin.

Angka yang tertera pada alat dicatat dalam satuan m/s.

Bagan I.5. Langkah Kerja Pengukuran Kecepatan Penguapan Lokasi untuk pengambilan data ditentukan.

Kertas saring dibuat dengan ukuran 2x2 cm.

Evaporimeter dibalik secara perlahan supaya air tidak tumpah.

Alat digunakan hingga memunculkan angka yang dibutuhkan (%).

Evaporimeter diisi menggunakan akuades, lalu ditutup menggunakan kertas saring

2) Edafik

Bagan Alir Uji Aerasi

Bagan Alir Uji MOT (Walkley’s black method) Sampel tanah partikel 0,2 mm diambil 0,5 grdan dimasukkan ke Erlenmeyer

10 ml K2Cr2O7 1 N ditambahkan kemudian diaduk

Campuran didiamkan selama 20-30 menit sampai terjadi reaksi pemisahan

Larutan tersebut diencerkan dengan akuades sebanyak 200 ml

20 ml H2SO4 ditambahkan secara hati-hati sambil diaduk selama 1 menit

Buret diisi dengan ferro ammonium sulphat lalu larutan sampel tanah dititrasi

10 ml H3PO4 85%, 0,2 gram NaF, dan 30 tetes indikator diphenilamin ditambahkan

J. Hasil Pengamatan Tabel J.1. Hasil Pengamatan Pengukuran Rata-rata Suhu Udara di Taman Lansia Zona

Titik Pengambilan Sampel Titik 1 o

Titik 2 o

Titik 3

Zona 1

27,7 C

27 C

27 oC

Zona 2

28 oC

27,7 oC

27,7 oC

Zona 3

27,7 oC

27,7 oC

28 oC

Diagram J.1. Hasil Pengamatan Pengukuran Rata-rata Suhu Udara

Diagram Nilai Rata-rata Suhu Udara di Taman Lansia (°C) 28,2 28 28

27,8 27,6

28

27,7

27,7 27,7

27,7 27,7

27,4 27,2 27

27

26,8

27

26,6 26,4 Zona 1

Zona 2

Zona 3

Titik 1

Titik 2

Titik 3

Tabel J.2. Hasil Pengamatan Pengukuran Rata-rata Kelembapan Udara di Taman Lansia Zona

Titik Pengambilan Sampel Titik 1

Titik 2

Titik 3

Zona 1

80%

88%

85,3%

Zona 2

79,67%

82,3%

82,3%

Zona 3

79,67%

77%

74,67%

Diagram J.2. Hasil Pengamatan Pengukuran Kelembapan Udara di Taman Lansia

Diagram Nilai Rata-rata Kelembapan Udara di Taman Lansia (%) 90 85...


Similar Free PDFs