PROPOSAL PBL1 DESA REMPOAH BATURRADEN 2015 PDF

Title PROPOSAL PBL1 DESA REMPOAH BATURRADEN 2015
Author Yesinta Bella
Pages 40
File Size 203.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 112
Total Views 447

Summary

1 A. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang. Dampak yang diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang s...


Description

1

A. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

bangsa. Pembangunan kesehatan bertujuan

untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang. Dampak yang diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan Nasional

masyarakat tahun

dilakukan secara

yang

setinggi-tingginya

2009). Pelaksanaan

(Sistem

Kesehatan

pembangunan kesehatan

berkesinambungan agar

dapat

harus

meningkatkan status

kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang tersirat dalam UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pada awalnya hanya menitik beratkan pada upaya kuratif kemudian secara berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh

masyarakat

dengan

mengikutsertakan

masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat terpadu dan berkesinambungan. Ada banyak upaya atau program kesehatan untuk masyarakat yang dibuat oleh pemerintah, salah satunya dalam sektor sanitasi adalah program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu meliputi Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (Kemenkes RI, 2014). STBM adalah pendekatan dengan proses fasilitasi yang sederhana yang dapat merubah sikap lama, dimana kewajiban

2

sanitasi menjadi tanggung jawab masyarakat, dengan satu kepercayaan bahwa kondisi bersih,

nyaman dan sehat adalah

manusia.

yang

Pendekatan

dilakukan

dalam

kebutuhan alami STBM diharapkan

menimbulkan kesadaran bahwa sanitasi merupakan masalah bersama karna dapat berdampak kepada semua masyarakat, sehingga pemecahan masalah harus dilakukan secara bersama. Strategi Nasional STBM merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, serta evaluasi yang terkait dengan sanitasi. Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapat perhatian

dan belum menjadi prioritas pembangunan di

daerah. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di aspek-aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit pada balita, turunnya daya saing maupun citra kota hingga menurunnya perekonomian ditingkat daerah. Menurut catatan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banyumas tahun 2011, Angka kesakitan (Incidence Rate) Diare di Kabupaten Banyumas tahun 2010 sebesar 22.75/1000 penduduk mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 sebesar 16.25/1000 penduduk. Kasus Malaria pada tahun 2010 (Annual Parasite Incidence) API di Kabupaten Banyumas sebesar 0.3%, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan API tahun 2009 (0,2%). Desa Rempoah sendiri dari data yang ada menunjukkan adanya jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif sedang. Adapun penyakit yang sering diderita antara lain Infeksi Pernapasan Akut Bagian Atas (ISPA), demam berdarah, chikungunya, penyakit sistem otot, diabetes, hipertensi dan stroke. Data tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan yang sering dialami penduduk diantaranya disebabkan perubahan cuaca serta kondisi lingkungan yang kurang sehat, pola hidup serta konsumsi yang kurang sehat (Profil Desa Rempoah). Keadaan sanitasi di wilayah Desa Rempoah berdasarkan Pemetaan Data Sarana Kesehatan Lingkungan pada tahun 2012 dapat diketahui kondisi sanitasi dasar masyarakat di Desa Rempoah masih memprihatinkan, jika

3

dilihat dari lima pilar STBM. Masih ada masyarakat yang buang air besar secara terbuka di sungai sebanyak 358 dan kolam ikan sebanyak 210, serta dari data sanitasi tahun 2014 presentase keluarga yang memiliki jamban di Desa Rempoah sebanyak 14,3%. Selain itu saluran pembuangan air limbah (SPAL) di Desa Rempoah lebih banyak yang terbuka ke selokan, sungai dan kolam ikan. Hal ini tentu merupakan sumber penularan penyakit bagi masyarakat dan sangat mengganggu dari segi estetika akibat bau yang ditimbulkan. Di sisi lain, untuk sarana cuci tangan masyarakat Desa Rempoah sudah dapat dikatakan cukup kepemilikan sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun mencapai angka 847. Untuk pengelolaan air minum masyarakat Desa Rempoah sudah banyak yang menggunakan sumber air minum dari mata air dan PAM desa. Namun, dari segi pengamanan sampah rumah tangga menurut Pemetaan Data Sanitasi Kesehatan Lingkungan tahun 2012 di Desa Rempoah sebanyak 969 masih menggunakan sistem pembuangan sampah di lubang sampah dengan menimbum dan dibakar. Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan terutama kesehatan di bidang sanitasi. Salah satu wujud nyata dari usaha-usaha tersebut yaitu Praktek Belajar Lapangan (PBL) yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat (JKM) Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Praktek Belajar Lapangan (PBL) 1 merupakan salah satu mata kuliah wajib yang bertujuan untuk menyiapkan dan membekali mahasiswa agar menjadi lulusan seperti yang diharapkan sesuai visi Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKES UNSOED. Selain itu, kegiatan PBL 1 ini merupakan salah satu wujud penerapan ilmu kesehatan masyarakat yang telah didapat oleh mahasiswa dari proses perkuliahan, salah satunya adalah upaya pemecahan masalah kesehatan atau dikenal dengan Problem Solving Cycle. Analisis situasi sebagai tahap awal dalam upaya pemecahan masalah merupakan langkah untuk mengetahui gambaran nyata kondisi kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi suatu daerah, sehingga dapat diambil tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut. PBL 1

4

dilaksanakan di Desa Rempoah Kecamatan Baturraden

Kabupaten

Banyumas yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Baturraden II.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan penyebab dan alternatif-alternatif

pemecahan

masalah

Sanitasi

Total

Berbasis

Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015. 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan struktur organisasi, tatalaksana, tugas pokok dan fungsi Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan masyarakat. b. Menjelaskan proses perencanaan di tingkat Puskesmas. c. Mendeskripsikan karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga. d. Mendeskripsikan pengetahuan, sikap, sarana prasarana, peran tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015. e. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015. f. Mengetahui hubungan antara sikap dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015. g. Mengetahui hubungan antara sarana dan prasarana dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015. h. Mengetahui hubungan antara peran petugas kesehatan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015.

5

i.

Mengetahui hubungan antara peran tokoh masyarakat dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015.

j.

Menentukan alternatif-alternatif pemecahan masalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa Rempoah Kabupaten Banyumas tahun 2015.

C. Manfaat 1. Bagi Puskesmas dan Instansi Pemerintahan Hasil kegiatan PBL 1 dapat memberi informasi yang terkait dengan masalah kesehatan sanitasi di Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas dan memberi masukan mengenai alternatif pemecahan masalah, sehingga membantu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat a. Kegiatan PBL 1 dapat meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah melalui kerjasama dari mahasiswa. b. Melalui hasil PBL 1 dapat diperoleh umpan balik yang berkaitan dengan pengintegrasian mahasiswa dengan pembangunan masyarakat, sehingga kurikulum Jurusan Kesehatan Masyarakat lebih dapat disesuaikan. c. Kegiatan PBL merupakan wujud dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. 3. Bagi Masyarakat Desa Rempoah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas Kegiatan ini dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan kesadaran tentang sanitasi sehat dan menambah pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat dapat melakukan upaya preventif secara mandiri. 4. Bagi Mahasiswa Kegiatan PBL 1 memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa, sehingga mampu menganalisis masalah kesehatan masyarakat dan mencari alternatif pemecahan masalah. Dengan demikian, maka

6

mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari selama diperkuliahan secara langsung di masyarakat.

D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Ruang Lingkup Sanitasi Lingkungan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan program Nasional dalam rangka percepatan peningkatan akses terhadap Sanitasi Dasar di Indonesia. Selain itu program ini juga erat kaitannya dengan target Millenium Developent Goals (MDGs) dan RPJMN. Untuk mendukung program ini, ditingkat pusat telah dibentuk Sekretarat STBM (Kementerian Kesehatan). Sekretariat STBM juga beranggotakan mitra-mitra yang sudah melaksanakan kegiatan-kegiatan STBM dibeberapa wilayah di Indonesia sehingga keberadaan sekretariat STBM sangat strategis dalam implementasi STBM di Indonesia serta diperkaya dari berbagai pembelajaran dan pengalaman. Target program yang ada dalam STBM sendiri terdiri dari 5 pilar yaitu Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Makanan dan Minuman Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, serta Pengelolaan limbah cair rumah tangga, yang mana cakupan area pendekataan utamanya adalah tingkat rumah tangga secara kolektif, untuk menjalankan itu semua harus digerakkan dan disinergikan melalui 3 komponen pendekatan yakni Menciptakan Kebutuhan (Demand creation), Ketersediaan Pasokan (Supply Improvement) dan Lingkungan yang Mendukung (Enabling Environment). Informasi detail tentang pendekatan STBM tersebut dapat dilihat pada buku petunjuk Pelaksanaan dan Teknis STBM (Manlaknis STBM) (Sekretariat Nasional STBM, 2014). Ilmu kesehatan lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan serta mempelajari dinamika hubungan interaktif antar kelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat

dan

mempelajari

upaya

untuk

penanggulangan

dan

7

pencegahannya (Mukono, 2006). Usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu, masyarakat atau negara untuk memperbaikai dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor

lingkungan hidup eksternal manusia disebut

sanitasi

lingkungan atau environmental sanitation. Ilmu sanitasi lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia (Chandra, 2006). Menurut Notoatmodjo (2003), sanitasi lingkungan adalah status

kesehatan

suatu

lingkungan

yang

mencangkup

perumahan,

pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya.

2. Lima Pilar STBM Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Pilar STBM terdiri atas perilaku: a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS); b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS); c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT); d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT); dan e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT) ( Kemenkes RI, 2014) A. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Saniter merupakan kondisi

8

fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yaitu: 1. Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan 2. Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya ( Kemenkes RI, 2014). Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus dibangun, dimiliki dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah ( Kemenkes RI, 2014). Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari : 1. Bangunan atas jamban (dinding dan atau atap) Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya. 2. Bangunan tengah jamban Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu: a. Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup. b. Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL). 3. Bangunan Bawah Merupakan bangunan penampungan, pengolah dan pengurai kotoran atau tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu: a. Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian

9

padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang atau sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut. b. Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segiempat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu dan sebagainya (Kemenkes RI, 2014). B. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. 1. Langkah-langkah CTPS yang benar : a. Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir. b. Gosokkan sabun pada kedua telapak tangansampai berbusa lalu gosok kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena busa sabun. c. Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku. d. Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai sisa sabun hilang. e. Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih atau kertas tisu atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering. 2. Waktu penting perlunya CTPS, antara lain: a. Sebelum makan b. Sebelum mengolah dan menghidangkan makanan c. Sebelum menyusui

10

d. Sebelum memberi makan bayi atau balita e. Sesudah buang air besar arau kecil f. Sesudah memegang hewan atau unggas 3. Kriteria Utama Sarana CTPS a. Air bersih yang dapat dialirkan b. Sabun c. Penampungan atau saluran air limbah yang aman (Kemenkes RI, 2014). C. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT) PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga ( Kemenkes RI, 2014). Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu: 1. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga a. Pengolahan air baku Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal: 1) Pengendapan dengan gravitasi alami 2) Penyaringan dengan kain 3) Pengendapan dengan bahan kimia atau tawas b. Pengolahan air untuk minum Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan kualitas air minum. Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan penyakit melalui: 1) Filtrasi (penyaringan), contoh: biosand filter, keramik filter dan sebagainya. 2) Klorinasi, contoh: klorin cair, klorin tablet dan sebagainya. 3) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk koagulan 4) Desinfeksi, contoh: merebus, sodis (Solar Water Disinfection)

11

c. Wadah Penyimpanan Air Minum Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman untuk keperluan sehari-hari, dengan cara: 1) Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran. 2) Air minum sebaiknya disimpan diwadah pengolahannya. 3) Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan selalu tertutup. 4) Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak minum air langsung mengenai mulut/wadah kran. 5) Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit terjangkau oleh binatang. 6) Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir. d. Hal penting dalam PAMM-RT 1) Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan siap santap. 2) Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga. 3) Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap serta untuk mengolah makan siap santap. 4) Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air minum. 5) Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan air guna pengujian laboratorium. 2. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.

12

Prinsip higiene sanitasi makanan: a. Pemilihan bahan makanan Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak atau berjamur, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas. Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunya...


Similar Free PDFs