Qadariyah dan Jabariyah PDF

Title Qadariyah dan Jabariyah
Author F. (Fakhroyy)
Pages 15
File Size 278.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 523
Total Views 845

Summary

JABARIYAH DAN QADARIYAH untuk memenuhi tugas Ilmu Kalam Dosen pengampu : Dr. Didin Komarudin, M.Ag Oleh : Deuis Fauziah 1171030048 Fitri Endah Lestari 1171030075 Siti Nurbaeti 1171030195 Syfa Salim 1171030222 JURUSAN ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019 K...


Description

JABARIYAH DAN QADARIYAH untuk memenuhi tugas Ilmu Kalam Dosen pengampu : Dr. Didin Komarudin, M.Ag

Oleh :

Deuis Fauziah

1171030048

Fitri Endah Lestari 1171030075 Siti Nurbaeti

1171030195

Syfa Salim

1171030222

JURUSAN ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah Ilmu Kalam dengan judul “Qadariyah dan Jabariyah” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah ini. Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini. Kami sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk mengangkat berbagai permasalahan lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah berikutnya. Bandung, Oktober 2019

Kelompok 4

i

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang .......................................................................... 1 1.2. Rumusan masalah ..................................................................... 1 1.3. Tujuan penulisan ...................................................................... 2 1.4. Metodologi penulisan ............................................................... 2

BAB 2

PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Jabariyah dan Qadariyah ........................................ 3 2.2. Latar belakang munculnya Jabariyah dan Qadariyah ............... 3 2.3. Tokoh-tokoh

dan

doktrin-doktrin

Jabariyah

dan

Qadariyah................................................................................... 4 2.4. Sekte-sekte Jabariyah dan Qadariyah ....................................... 8 BAB 3

PENUTUP 3.1. Simpulan ................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Bersamaan dengan Khawarij dan Murji‟ah, di awal sejarah perkembangan pemikiran kalam lahir dua aliran kalam yang memfokuskan tema bahasannya tentang qadha-qadar, yang dihubungkan dengan dengan status perbuatan manusia, inilah aliran Qadariyah dan Jabariyah.1 Pembicaraan tentang status “perbuatan manusia” ini, menurut para ahli, dimunculkan pertama kali oleh Ma‟bad al-Juhani dan dilanjutkan oleh muridnya Ghailan al-Dimasyki. Menurut Ma‟bad, perbuatan manusia adalah perbuatan manusia itu sendiri. Dengan demikian, manusia mempunyai kekuasaan penuh di dalam perbuatannya. Karenanya, paham ini disebut paham atau aliran Qadariyah. Kebalikan atau lawan dari Qadariyah, lahir pula paham yang mengatakan bahwa perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Manusia, dalam paham ini, sama sekali tidak mempunyai kekuasaan dan kebebasan, melainkan selamanya serba terpaksa (majbur) di dalam setiap perbuatan. Karenanya, paham ini disebut paham atau aliran Jabariyah. 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut kami akan sedikit mencoba memahami dan menelaah aliran teologi, yaitu mengenai aliran teologi Jabariyah dan Qadariyah. Dalam hal ini, kami akan menyajikan beberapa hal yang berkenaan dengan aliran teologi Jabariyah dan Qadariyah dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian Jabariyah dan Qadariyah? 2. Bagaimana latar belakang munculnya Jabariyah dan Qadariyah? 1

Dr. Suryan A. Jamrah, STUDI ILMU KALAM Edisi Pertama, (Jakarta: KENCANA, 2015), hal. 123.

1

3. Siapa saja tokoh-tokoh dan doktrin-doktrin Jabariyah dan Qadariyah? 4. Apa saja sekte-sekte Jabariyah dan Qadariyah? 1.3.Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui apa pengertian Jabariyah dan Qadariyah. 2. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang munculnya Jabariyah dan Qadariyah. 3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dan doktrin-doktrin Jabariyah dan Qadariyah. 4. Untuk mengetahui apa saja sekte-sekte Jabariyah dan Qadariyah. 1.4. Metodologi Penulisan Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode pengumpulan data atau studi pustaka (Library Research).

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jabariyah dan Qadariyah Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti “memaksa”. 2 bahwa manusia itu tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan perbuatannya sendiri. Semua kehendak dan perbuatan manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, karena Tuhanlah yang mempunyai kekuasaan dan kehendak yang mutlak. Dalam teologi modern, paham Jabariyah ini dikenal dengan nama fatalisme atau predestination, yaitu bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu telah ditentukan dari sejak azali oleh qadha dan qadar Tuhan. Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara, yang berarti kemampuan dan kekuatan atau kekuasaan. Menurut pengertian terminologi, Qadariyah adalah aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi dengan tangan Tuhan. 3 Kaum Qadariyah berpendapat, bahwa manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Menurut paham Qadariyah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya.4 Dalam teologi modern, paham Qadariyah ini dikenal dengan nama free will, freedom of willingness atau freedom of action, yaitu kebebasan untuk berkehendak atau kebebasan untuk berbuat.

5

Jadi,

Qadariyah adalah paham yang menisbatkan kekuasaan kepada manusia.6 2.2. Latar belakang munculnya Jabariyah dan Qadariyah Dalam sejarah teologi Islam, paham Jabariyah pertama kali ditonjolkan oleh Ja‟d Ibn Dirham. Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm Ibn Safwan dari Khurasan. Jahm yang terdapat dalam aliran jabariah ini samadengan Jahm yang 2

Adul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam Edisi Revisi, (Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, 2012), hlm. 81. 3 Ibid., hlm. 87. 4 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 2018), hlm. 33. 5 Hasan Basri, dkk, Ilmu Kalam Sejarah dan Pokok Pikiran Aliran-aliran, (Bandung : Azkia Pustaka Umum), hlm. 33. 6 Dr. Suryan A. Jamrah, op. cit., hlm. 124.

3

mendirikan golongan al-Jahmiah dalam kalangan Murji‟ah sebagai Sekretaris dari Syuraih Ibn al-Harris, ia turut dalam gerakkan melawan kekuasaan Bani Umayyah, dalam peperangan itu ia tertangkap dan dihukum mati pada tahun 131 H.7 Paham yang dibawa oleh Jahm adalah lawan ekstrim dari paham yang dianjurkan oleh Ma‟bad dan Ghailan. Manusia, menurut Jahm, tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa; manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan; manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya. 8 ada teori yang mengatakan bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi bermadzhab Qurra dan agama Kristen bermadzhab Yacobit.9 Paham Qadariyah pertama kali ditimbulkan oleh Ma‟bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasyqi. Keduanya mengambil paham ini dari seorang kristen yang telah masuk Islam di Irak. Pada waktu Ma‟bad mati terbunuh dalam pertempuran melawan al-Hallaj, maka Ghailan terus menyebarkan paham Qadariyah tersebut di Damaskus. Tetapi mendapat tantangan dari khalifah Umar Ibn al-Aziz. Akhirnya di zaman Hisyam „Abd al-Malik, ia harus mengalami hukuman mati. 2.3. Tokoh-tokoh dan doktrin-doktrin Jabariyah dan Qadariyah Jabariyah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu doktrin Jabariyah ekstrim, dan doktrin jabariyah moderat. Para pemuka Jabariyah ekstrim diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Jahm bin Shofwan Nama lengkap nya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari khurasan, bertempat tinggal di Kuffah. Ia berjasa menyebarkan faham Jabariyah ke berbagai tempat, seperti Tirmidz dan Balk. Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan Teologi sebagai berikut : 7

Lihat Fajr al-Islam,255 Harun Nasution, op.cit., hlm. 35. 9 Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, op.cit., hlm. 84.

8

4

a.

Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.

b.

Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain Tuhan.

c.

Iman adalah ma’rifat

atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini,

pendapatnya sama dengan konsep iman yang dimajukan kaum Murji‟ah. d.

Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah Maha suci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat. Begitu pula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata diakhirat kelak. Dengan demikian, pendapat Jahm hampir sama dengan Murji‟ah, Mu‟tazilah, dan

Asy‟ariyah. Itulah sebabnya pengkritik dan sejarawan menyebutnya dengan al-Mu‟tazili, al-Murji‟i dan Al-asy‟ari‟i.

2. Ja‟ad bin Dirham Al-Ja‟d adalah seorang Maulana Bani Hakim, tinggal di Damaskus. Ia dibesarkan didalam lingkungan orang Kristen yang membicarakan teologi. Doktrin pokok al-Ja‟d secara umum sama dengan pikiran Jahm. Al-Ghuraby menjelaskan sebagai berikut : a. Al-Qur‟an itu adalah makhluk. Oleh karena itu, dia baru. Sesuatu yang baru itu tidak dapat disifakan kepada Allah. b. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk seperti berbicara, melihat dan mendengar. c. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya. Kelompok yang kedua yaitu Jabariyah moderat. Tokoh yang termasuk Jabariyah moderat adalah sebagai berikut : 3. An-Najjar Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad an-Najjar (wafat 230 H). para pengikutnya disebut an-Najjariyah atau al-Husainiyah. Diantara pendapat-pendapatnya adalah :

5

a. Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Itulah yang disebut kasab dalam teori Al-Asy‟ary. Dengan demikian, manusia dalam pandangan An-Najjar tidak lagi seperti wayang yang gerakannya bergantung pada dalang, sebab tenaga yang diciptakan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. b. Tuhan tidak dapat dilihat diakhirat. Akan tetapi an-Najjar menyatakan bahwa Tuhan dapat saja memindahkan potensi hati (makrifat) pada mata hati sehingga manusia dapat melihat Tuhan. 4. Adh-Dhirrrar Nama lengkapmya Dhirrar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan Husein An-Najjar, yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakan dalang. Manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya. Secara tegas, Dhirrar mengatakan bahwa satu perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pelaku secara bersamaan, artinya perbuatan manusia tidak hanya ditimbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri. Manusia turut berperan dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Mengenai ru’yat Tuhan di akhirat, Dhirrar mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat diakhirat melalui indera keenam. Ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat diterima setelah Nabi adalah ijtihad. Hadits ahad tidak dapat dijadikan sumber dalam menetapkan hukum.10 Doktrin paham qadariyah berdasarkan pada pendapat Ghailan bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan-perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan mereka dan dayanya sendiri. Dalam hal ini manusia merdeka dalam tingkah lakunya. Ia berbuat baik adalah atas kemauan dan kehendaknya sendiri. Begitu pula, ia berbuat jahat atas kemauan dan kehendaknya sendiri. Oleh karena

10

Ratu Sunti’ah dan Maslani, Ilmu Kalam, (Bandung: Interes Media Foundation, 2014),

6

itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak memperoleh hukuman atas kejahatannya. Salah seorang pemuka qadariyah lainnya, yakni, An-Nazam, mengemukakan bahwa manusia mempunyai daya, ia berkuasa atas segala perbuatannya. pada hakikatnya, faham qadariyah merupakan sebagian dari faham Mu‟tazilah karena imam-imamnya terdiri dari orang-orang Mu‟tazilah. Pengertian qadariyah menurut faham Mu‟tazilah bahwa semua perbuatan manusia diciptakan oleh manusia sendiri, bukan oleh Allah SWT. Allah SWT tidak mempunayi hubungan dengan perbuatan dan pekerjaan manusia dana pa yang dilakukan manusia tidak diketahui oleh Allah SWT sebelumnya, tetapi setelah dilakukan atau diperbuat manusia baru Allah SWT mengetahuinya. Jadi Allah pada saat sekarang tidak bekerja lagi karena kodratnya telah diberikan-Nya kepada manusia dan Ia hanya melihat serta memperhatikan saja apa yang diperbuat oleh manusia. Jika manusia mengerjakan amal baik maka ia akan diberi pahala sebagai imbalan yang diberikan oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi jika kodrat yang diberikan kepadanya tidak dijalankan sebaik-baiknya maka ia akan dihukum menurut semestinya. Namun, tidak semua golongan Qadariyah mempunyai faham demikian. Ada sebagian dari mereka yang memiliki faham bahwa semua perbuatan yang baik adalah ciptaan Allah Swt sedangkan perbuatan manusia yang buruk dan maksiat adalah ciptaan manusia sendiri dan tidak ada hubungannya dengan Allah Swt. Dalam

memperkuat

keyakinan

dan

fahamnya,

kaum

Qadariyah

menggunakan dalil-dalil Aqli (akal) dan dalil-dalil Naqli (Al-Qur‟an dan Hadits). Mereka mengajukan dalil, jika perbuatan manusia diciptakan atau dijadkan oleh Allah Swt, mengapa manusia diber pahala jika berbuat baik dan disiksa jika berbuat maksiat atau dosa, bukan kah yang membuat atau menciptakan perbuatan itu adalah Allah Swt sendiri? Jika demikian halnya, berarti Allah tidak bersikap adil terhadap manusia, sedangkan manusia iyu sendiri adalah ciptaan-Nya. Dalil akal ini diperkuat oleh kaum Qadariyah dengna dalil Naqli, yang salah satu diantaranya adalah surat al-Ra‟d (13) ayat 11 :

7

ِ ْ َ‫ات ِّمن ب‬ ً‫ْي يَ َديِْه َوِم ْن َخلْ ِف ِه ََْي َفظُونَهُ ِم ْن أ َْم ِر اللّ ِه إِ َّن اللّهَ الَ يُغَيِّ ُر َما بِ َق ْوٍم َح ََّّت يُغَيِّ ُرواْ َما بِأَنْ ُف ِس ِه ْم َوإِذَا أ ََر َاد اللّهُ بِ َق ْوٍم ُسوءا‬ ٌ َ‫لَهُ ُم َعقِّب‬ ١١- ‫فَالَ َمَرَّد لَهُ َوَما ََلُم ِّمن ُدونِِه ِمن َو ٍال‬ “Dia-lah yang Memperlihatkan kilat kepadamu, yang Menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia Menjadikan mendung.” Dalil-dalil yang diungkapkan oleh kaum Qadariyah, baik yang bersifat aqli maupun naqli menunjukkan kebebasan manusia dalam menentukan sikap dan perbuatannya sesuai dengan kodrat yang ia miliki. Faham ini sama dengan faham Mu‟tazilah. Yang membedakan anatara keduanya adalah kaum Mu‟tazilah menyatakan bahwa perbuatan manusia yang baik diciptakan oleh Allah Swt, sedangkan yang buruk diciptakan oleh manusia sendiri. Sementara itu, kaum Qadariyah menyatakan bahwa perbatan itu baik atau buruk tidak dijadikan Allah Swt, tetapi semua itu adalah perbuatan manusia itu sendiri.11 2.4. Sekte-sekte Jabariyah dan Qadariyah Jabariyah terbagi menjadi beberapa sekte yakni : 1. Jahmiyah Jahmiyah adalah pengikut Jahm bin Shafwan dan mereka adalah penganut determinisme murni. Jahm sekata dengan Mu‟tazilah dalam menolak sifat-sifat Allah yang dikatakan eksternal, tetapi dia juga menambah doktrin-doktrin lainnya. Diantaranya adalah : a. Haram hukumnya menerapkan suatu sifat kepada Allah yang diterapkan kepada makhluk-makhluknya. Dengan demikian Jahm menolak bahwa Allah bersifat hidup dan mengetahui, tetapi ia berpendirian bahwa Allah berkuasa, pelaku perbuatan, pencipta, sebab kekuasaan, perbuatan, dan pencipta tidak akan dipertalikan dengan makhluk manapun. b. Allah mempunyai ilmu dan ilmu-Nya ini tidak kekal dan tidak bertempat. c. Jika seorang (mengatakan bahwa dia) telah mengetahui tentang Allah. Tetapi pada lahiriyahnya dia menolak-Nya, maka penolakannya ini 11

Ibid.,

8

tidaklah membuatnya kafir sebab penolakannya itu meghilangkan pengetahuannya itu. 2. Najjariyah Najjariyah adalah pengikut Husain bin Muhammad al-Najjar, yang pandangan-pandangannya kebanyakan diadopsi oleh para penganut Mu‟tazilah di daerah Rayy. Mereka ini terpecah kedalam berbagai sub kelompok, seperti Barghutsiyah, Za‟faraniyah dan Mustadrikah, tetapi mereka sependapat dengan kelompok asalnya dalam perkara-perkara yang fundamental. Mereka sepakat dengan Mu‟tazilah dalam menolak sifat-sifat Allah, yakni mengetahui, berkuasa, berkehendak, hidup, mendengar dan melihat. Akan tetapi, mereka sekata dengan dengan Shifatiyah tentang Allah menciptakan perbuatan-perbuatan (manusia). 3. Dhirariyah Dhirariyah adalah pengikut Dhirar bin Amr dan Hafsh al-Fard. Keduanya sepakat dalam menolak sifat-sifat Allah yang positif, dan menyatakan bahwa Allah mengetahui dan berkuasa dalam pengertian bahwa dia tidak bodoh dan tidak pula impontent. Keduanya berpendirian bahwa Allah memiliki sesuatu “quiditas” yang hanya diketahui oleh Dia sendiri.12 Qadariyah terbagi menjadi tiga golongan (sekte), yaitu Qadariyah Musyrikah, Qadariyah Majusiyah, dan Qadariyah Iblisiyah. 1. Qadariyah Musyrikah Qadariyah Musyrikah adalah mereka yang mengetahui qadha dan qadar serta mengakui bahwa hal itu selaras dengan perintah dan larangan. 2. Qadariyah Majusiyah Qadariyah Majusiyah adalah mereka yang menjadikan Allah berserikat dalam penciptaan-penciptaan-Nya sebagaimana Qadariyah Musyrikah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah dalam beribadah kepada-Nya. 12

Ibid.,

9

3. Qadariyah Iblisiyah Qadariyah Iblisiyah adalah mereka yang membenarkan bahwa Allah merupakan sumber terjadinya dua perkara, akan tetapi menurut mereka hal ini saling berlawanan. 13

13

Ibid.,

10

BAB III PENUTUPAN 3.1. Simpulan Bersamaan dengan Khawarij dan Murji‟ah, di awal sejarah perkembangan pemikiran kalam lahir dua aliran kalam yang memfokuskan tema bahasannya tentang qadha-qadar, yang dihubungkan dengan dengan status perbuatan manusia, inilah aliran Qadariyah dan Jabariyah. Qadariyah dan Jabariyah ini, lebih merupakan sebagai suatu paham mengenai satu masalah, bukan sebagai aliran dengan berbagai tema bahasan dan metode pembahasan tertentu. Kedua aliran ini lahir dengan satu tema bahasan tentang status “perbuatan manusia” atau “manusia dan perbuatannya”, apakah perbuatan Tuhan atau perbuatan manusia. Masalah “perbuatan manusia” ini sebenarnya juga masalah bagi semua aliran kalam lainnya. Pendapat aliran kalam yang lahir kemudian, seperti Mu‟tazilah dan Asy‟ariyah, tidak akan pernah jauh dari posisi antara Qadariyah dan Jabariyah.

11

DAFTAR PUSTAKA

Jamrah, Suryan A. STUDI ILMU KALAM Edisi Pertama, (Jakarta: KENCANA, 2015). Adul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam Edisi Revisi, (Bandung : CV. PUSTAKA SETIA, 2012). Nasution, Harun. Teologi Islam. (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 2018). Basri, Hasan. dkk, Ilmu Kalam Sejarah dan Pokok Pikiran Aliran-aliran, (Bandung : Azkia Pustaka Umum). Ratu Sunti‟ah dan Maslani, Ilmu Kalam, (Bandung: Interes Media Foundation, 2014)....


Similar Free PDFs